Rabu, 25 Mei 2011

NABI IDRIS AS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kalau kita bicara kembali tentang ajaran dan agama maka kita tidak akan lepas dari peran seorang Nabi dan rosul khususnya umat islam karena Nabi adalah seorang penyampai berita dari Allah SWT dalam bentuk syariat yang inti dari ajarannya adalah terbagi dari tiga bagian:
- Seruan beriman kepada Allah dan keesaannya
- Iman kepada hari akhir dan balasan pada hari akhir itu
- Penjelasan hokum-hukum yang didalamnya terdapat kabaikan dan kebahagiaan manusia dunia dan akhirat
demikian juga dalam pembahasan makalah ini yang berusaha untuk lebih mengetahui bagaimana masalah Nabi Idris dalam penyampaian nya pada kaumnya untuk mengajak ke jalan yang benar dan meninggalkan segala bentuk kesesatan sesudah Nabi Adam melalui ajaran-ajaran yang telah beliau dari Allah SWT. melalui perantara malaikat Jibril a.s.

BAB II
PEMABAHASAN


A. Kisah Nabi Idris
Idris as. Adalah termasuk Nabi yan disebut dalam al-quran. Allah SWT. Berfirman:


“Ismail dan Idris dan Zulkhifl, mereka semua adalah termasuk orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anbiya’ : 85)


“Ceritakanlah kisah Idris di dalam al-quran, sesungguhnya ia seoarang yang sangat benar dan seorang Nabi. Kami naikkan dia ke tempat yang tinggi. ” (Q.S. Maryam: 56-57)
Al-Quran mengamabarkan dengan sifat-sifat sabar, kebenaran dan ketinggian derajat.
Kesimpulan pendapat-pendapat para ulama mengenai dia adalah adalah bahwa ia adalah Nabi pertama yang menerima wahyu dari Jibril untuk memberi petunjuk kepada keturunan Qabil supaya mereka kembali dari kesesatan dan kekafiran mereka serta bertobat kepada Allah dan berjalan menurut syariat-Nya.
Al-Quran tidak menyebut suatu secara terperinci mengenai kehidupan dan ajaran-ajarannya sebagaimana tidak ada sandaran sejarah yang kuat tentang kehidupannya.

B. Tempat Kelahiran Nabi Idris
Dijelaskan dalam kitab Tarikhul Hukama yang akan kami ceritakan beberapa hal tentang dirinya yang terdapat disitu.
Kami ceritakan riwayat ini bukan besdasarkan kenyataan yang pasti, akan tetapi hanyalah untuk sekedar mengetahui.
Para hukuma berbeda pendapat tentang masalah tempat kelahiran dan tempat ia di dibesarkan. Segolongan mengatakan di Mesir, Hermas, dan Manaf. Meraka mengatakan bahwa dalam bahasa Yunani ia bernama Aramis, dan diarabkan dengan nama Harmas. Dalam bahasa Ibrani Khunnukh, sedang sebutan Arabnya adalah Akhnukh. Allah Azza Wajalla menamakan dalam kitab-Nya yang berbahasa Arab (Al-Quran), Idris.
Harmas (Idris) keluar dari Mesir dan mengelilingi bumi seluruhnya, kemudian ia kembali ke Mesir dan Allah mengangkat nya sebagai Nabi sesudah ia berumur 82 tahun.
Segolongan lain mengatakan , sesungguhnya Idris dilahirkan di Babil. Disitu ia di besarkan. Ia belajar pertama kali dari Syiit bin Adam, yaitu kakek dari kakek ayahnya.
Ketika Idris menginjak dewasa Allah mengangkatnya sebagai Nabi. Maka iapaun melarang orang-orang yang berbuat kerusakan dari anak-anak Adam, agar tidak menantang syaria Adam dan Syiits. Sebagian kecil dari meeka manaati larangannya, sedang sebagian besar tetap membangkang, maka pergilah ia dan pengiktu-pengikutnya sehingga tiba di Mesir.
Idris dan pengikut-pengikutnya berdiam di Mesir menyerukan kepada orang-orang untuk berbuat kebaikan dan melarang berbuatan kejahatan dan menyerukan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla .
Sebagaimana telah dikatakan : sesungguhnya ia menyerukan agama Allahdan menyeruh berpegang teguh kepada kalimat Tauhid dan penyembahan kepada Al-Khaliq dan membersihkan jiwa dari siksaan di akhirat dengan amal shaleh di dunia dan menganjurkan agar tidak terlalu mementingkan keduniaan serta berbuat keadilan.
Juga ia menyuruh mereka mengerjakan shalat yang dijelaskan kepada mereka tentang sifat-sifatnya. Menyeruh mereka berpuasa di hari-hai tertentu setiap bulan. Mendorong mereka berjihad melawan musuh-musuh agama mereka dan menyuruh mengeluarkan zakat harta mereka sebagai pertolongan bagi orang-orang yang yang lemah.
Pada cincinnya tertulis : “Iman kepada Allah menyebabkan keberhsilan.” pada baju yang dipakainya di waktu sembahyang jenasah tertulis: “Orang yang berbahagia ialah siapa yang melihat amal-amalnya yang baik bagi dirinya dan syafaatnya di sisi Tuhannya .” Diantara ucapan-ucapannya: “Tidaklah seseorang dapat bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada makhluk-Nya. Apabila kamu berdo’a kepada Allah SWT., maka ikhlaskanlah niatnya. Begitu pula puasa dan shalat, kerjakanlah. Janganlah kamu mendengki atas rezeki yang mereka peroleh, karena yang mereak nikmati dari padanya sedikit. Barang siapa melampui batas kecukupannya, ia pun tidak akan merasa cukup. Kehidupan jiwa adalah di dalam hikmah.”

C. Nasab Nabi Idris
Para pakar silsilah menyebutkan bahwa nasab keturunan Idris as. Adalah anak Yaarid bin Mahallail bin Qiinan bin Annusi bin Syits as.
Adapun nama Idris dalam bahasa Ibrani masyhur dengan sebutan Hunuh atau Khunuh, dan diarabkan menjadi Ukhnuh.

D. Pendapat Para Sejarawan Tentang Agama Dan Nasab Nabi Idris
Menurut para sejarawan, umat Siryani termasuk uma yang paling kuno, sedangkan agama meraka adalah agama atau aturan Shabiin (dinisbatkan kepada Shaabi, salah seorang anak Syits), dan Shabiun (bentuk jamak Shabi’) mengambil aturan agama dari agama Syits dan Idris. Mereka mempunyai kitab pedoman yang sangat dimuliakan yang mereka namakan Shuhuf Syits. Kitab tersebut berisi petuah-petuah, anjuran berlaku baik, dan melarang keburukan dan kejelekan.
Pokok ajaran agama mereka adalah tauhid dan menyembah Allah, berusaha membebaskan jiwa ragadari siksaan atau kesengsaraan di hari kiamat dengan berbuat amal shaleh di dunia, mendorong untuk hidup zuhud dan berlaku adil.
Para sejarawan mengatakan, “ Kaum Sahabin mengenal cara peribadahan shalat tujuh kali sehari semalam , lima diantaranya sama dengan umat islam dewasa ini. Yang keenam adalah shalat dhuha, sedangkan yang ke tujuh dilaksanakan kira-kira pada pukul enam malam. Kesamaan shalat mereka dengan shalat umat islam adalah dalam segi niat dan tidak mencampurnya dengan amalan lain. Mereka juga mengenal shlat janazah tanpa rukuk dan tanpa sujud.”
Lebih jauh, para sejarawan menyatakan bahwa umat Shabin juga mnegenal kewajiban berpuasa sebulan lamanya dalam setahun qamariyah. Mereka memualinya dari seperempat malam terakhir hingga hilangnya sinar matahari. Mereka juga mengagungkan bait Mekah (Ka’bah).
Ibnu Hazm berkata: “Agama yang dianut oleh umat Shabin termasuk agama tertua di muka bumi, yang menguasai belahan bumi, hingga terjadi berbagai bencana yang menimpanya.”
Para sejarawan mengatakan, “Lamanya Nabi Idris menetap di bumi sekitar 82 tahun, kemudian ia diangkat oleh kesisi-Nya. Pada cincin yang dikenakan tertulis ‘kesabaran yang diseratai iman kepada Allah menyebabkan kesenangan’. Nabi Idris as. Pun banyak memiliki nasihat dan adab”


BAB III
KESIMPULAN


- Didalam Al-Qur’an tidak disebutkan sesuat utentang Nabi Idris secara terperici mengenai kehidupan dan ajaran-ajaranya dan juga tidak ada sandaran kuat tentang kehidupannya
- Al-qar’an hanya mengambarkan Nabi Idris as. Dengan keterangan mengenai sifat-sifat beliau yaitu sabar, kebenaran, dan ketinggian derajat
- Kesimpulan pendapat-pendapat para ulama mengenai beliau adalah Nabi Idris as. Merupakan Nabi pertama yang menerima wahyu dari malaikat Jibril untuk memberi petunjuk kepada keturunan Qabil supaya mereak kembali dari kesesatan dan kekafiran mereka serta bertobat kepada Allah dan berjalan menurut syariaatnya.

DAFTAR PUSTAKA


o Zaid Hussein Al-Hamid. Kisah 25 Nabi dan Rosul, PT. Pustaka Amani Jakarta.
o Prof. R. H. A. Soenarjo, S.H., Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Peterjemah/Pentafsir Al-Qur’an.
o Al-Hamid, Zaid Husein. Kisah 25 Nabi dan Rosul, PT. Pustaka Amani, Jakarta, 1995.
o Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya
o Habanakah Abdurrahman Pokok-Pokok Akidah Islam Gema Insani Press, Jakrta: 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar