Senin, 06 Juni 2011

Ibn Bajjah


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Filsafat merupakan suatu induk ilmu pengetahuan, yang berarti mencari hakikat sesuatu sedalam-dalamnya atau berfikir tentang sesuatu dengan seluas-luasnya sampai berpijak pada kebenaran yang terdalam.
Banyak terdapat cabang dalam filsafat, diantaranya ada filsafat Islam, filsafat Ilmu, filsafat pengetahuan maupun yang lain. Pada makalah ini kami akan membahas tentang filsafat Islam, yakni tentang salah satu filosufnya “Ibnu Bajjah”.

  1. Rumusan Masalah
Kajian tentang para filosuf dan pemikiran-pemikirannya sangatlah luas. Namun dalam makalah ini kami membatasi pembahasan kami pada:
    1. Biografi Ibnu Bajjah
    2. Karya-karya Ibnu Bajjah
    3. Pemikiran-pemikiran Ibnu Bajjah
  1. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
    1. untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam
    2. diharapkan mahasiswa mengetahui biografi Ibnu Bajjah
    3. diharapkan mahasiswa mengetahui karya-karya Ibnu Bajjah
    4. diharapkan mahasiswa mengetahui pemikiran-pemikiran Ibnu Bajjah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu Bajjah
Nama asli Ibnu Bajjah adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya al-Sha’igh. Di dunia barat ia terkenal dengan sebutan Avempace. Dia berasal dari keluarga al-Tujib, maka ia terkenal dengan sebutan al-Tujibi. Ibnu Bajjah lahir pada abad 11 M atau abad V H. di kota Sarragosa dan sampai besar. Dia dapat menyelesaikan jenjang kuliah di akademisnya juga di kota itu. Maka ketika pergi ke Granada, dia telah menjadi seorang sarjana bahasa dan sastra Arab dan dapat menguasai dua belas macam ilmu pengetahuan.[1]
Para ahli sejarah memandangnya sebagai orang yang berpengetahuan luas dan mampu dalam berbagai ilmu. Fath ibnu Khayan yang telah menuduh Ibnu Bajjah sebagai ahli bid’ah dan mengecam pedas dalam karyanya (Qawa’id al-Iqyan) pun mengakui kekuasaan ilmu pengetahuannya dan tidak pernah meragukan kepandaiannya. Ibnu Bajjah menguasai sastra, tata bahasa, dan filsafat kuno. Oleh tokoh-tokoh sezamannya, Ibnu Bajjah disejajarkan dengan al-Syam al-Rais Ibnu Sina.[2]
B. Hasil karya Ibnu Bajjah
Beberapa karya Ibnu Bajjah adalah:
1. Filsafat al-Wada’, berisi tentang ilmu pengobatan
2. tardiyyan, berisi tentang syair pujian
3. kitab an-Nafs, berisi tentang catatan dan pendahuluan dalam bahasa Arab
4. tadbir al-Mutawahhid, rezim satu orang
5. risalah-risalah Ibnu Bajjah yang berisi tentang penjelasan atas risalah-risalah al-Farabi dalam masalah logika.
6. karya-karya yang disunting oleh Asin Palacis dengan terjemahan bahasa Spanyol dan catatan-catatan yang diperlukan:
a. Kitab al-Nabat, al-Andalus jilid V, 1940
b. Risalah Ittishal al-Aql bil insan, al-Andalus, jilid VII, 1942
c. Risalah al-Wada’, al-Andalus, jilid VIII, 1943
d. Tadbir al-Mutawahhid, dengan judul el-Regimen del solitario, 1946
7. majalah al-Majama’ al-Ilm al-Arabi[3]
C. Ajaran Filsafat Ibnu Bajjah
1. Epistemologi
Manusia mampu berhubungan dan meleburkan diri dengan akal fa’al atas bantuan ilmu dan pertumbuhan kekuasaan insaniah, bila ia telah bersih dari kerendahan dan keburukan masyarakat. Masyarakat bisa melumpuhkan daya kemampuan berpikir perseorangan dan menghalanginya untuk mencapai kesempurnaan.
Pengetahuan yang didapatkan lewat akal, akan membangun kepribadian seseorang.[4] Akal mendapatkan obyek-obyek pengetahuan yang disebut hal-hal yang dapat diserap dari unsur imajinatif, dan memberikan sejumlah obyek pengetahuan lain kepada unsur imajinatif. Hal yang paling mencengangkan pada unsur imajinatif adalah keterhubungan dengan wahyu dan ramalan.
Ibnu Bajjah juga menandaskan bahwa Tuhan memanifestasikan pengetahuan dan perbuatan kepada makhluk-makhlukNya. Metode yang diajukan Ibnu Bajjah adalah perpaduan perasaan dan akal. Dalam masalah pengetahuan fakta, ia mempergunakan metode rasional-empiris, tetapi mengenai kebenaran akan keberadaan Tuhan ia mempergunakan filsafat. Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh manusia apabila manusia menyendiri (uzlah).
Menurut Ibnu Bajjah akal memiliki dua fungsi yaitu memberikan imaji obyek yang akan diciptakan kepada unsur imajinasi dan memiliki obyek yang dibuat di luar ruh dengan menggerakkan organ-organ tubuh.[5]
2. Metafisika
Menurut Ibnu Bajjah segala yang wujud terbagi dua: bergerak dan tidak bergerak. Yang bergerak itu adalah materi yang sifatnya terbatas dan sebab gerakannya berasal dari kekuatan yang tidak terbatas, yaitu akal. Untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, Ibnu Bajjah menganjurkan untuk melakukan tiga hal, yaitu: (1) membuat lidah kita selalu mengingat Tuhan dan memuliakanNya (2) membuat organ-organ tubuh kita bertindak sesuai dengan wawasan hati (3) menghindari segala yang membuat kita lalai mengingat Tuhan.
3. Moral
Ibnu Bajjah mengelompokkan perbuatan manusia kepada perbuatan hewani dan perbuatan manusiawi. Perbuatan hewani adalah perbuatan yang didorong oleh motif naluri atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya. Sedangkan perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang didasarkan akal budi, timbul karena adanya pemikiran yang lurus. Dalam upaya mencari klasifikasi, apakah suatu perbuatan itu bersifat hewani atau manusiawi, perlulah memiliki spekulasi disamping kemauan. Dari sifat spekulasi dan kemauan ini kemudian Ibnu Bajjah membagi kebajikan menjadi dua jenis yakni kebajikan formal dan kebajikan spekulatif. Kebajikan formal merupakan sifat yang dibawa sejak lahir tanpa adanya pengaruh kemauan atau spekulasi. Sedangkan kebajikan spekulatif didasarkan pada kemauan bebas dan spekulasi.
Menurut Ibnu Bajjah, hanya orang yang bekerja di bawah pengaruh pikiran dan keadilan semata-mata, dan tidak ada hubungannya dengan segi hewani padanya, itu saja yang bisa dihargai perbuatannya dan bisa disebut orang langit. Jika segi hewani tunduk kepada ketinggian segi kemanusiaan, maka seseorang menjadi manusia dengan tidak ada kekurangannya karena kekurangan ini timbul disebabkan ketundukannya kepada naluri.[6]
4. Jiwa
Pembahasan terhadap jiwa, Ibnu Bajjah mendasarkan kepada fisika. Jiwa dianggap sebagai pernyataan pertama dalam tubuh alamiah dan teratur yang bersifat nutritif (mengandung zat-zat untuk badan), sensitif (kepekaan), dan imajinatif (rasional). Jiwa yang berhasrat itu terdiri dari tiga unsur yaitu: hasrat imajinatif, hasrat menengah, dan hasrat berbicara. Jiwa yang berhasrat menghendaki suatu obyek yang kekal. Kehendak ini disebut kesenangan dan tiadanya kehendak merupakan kejemuan dan kesakitan. Kehendak bukan merupakan suatu yang dimiliki oleh manusia. Siapapun yang bertindak sesuatu atas dasar kehendak dianggap telah bertindak atas dasar gagasan-gagasan.
5. Politik
Dia menerima pendapat al-Farabi yang membagi negara menjadi negara sempurna dan negara tidak sempurna. Dia juga setuju dengan al-Farabi yang beranggapan bahwa individu yang berbeda dari sebuah bangsa memiliki watak yang berbeda pula, sebagian mereka lebih suka memerintah dan sebagian lain lebih suka diperintah. Tapi Ibnu Bajjah memberikan tambahan bahwasanya seorang mutawahhid sekalipun, harus senantiasa berhubungan dengan masyarakat. Tetapi hendaklah seseorang mampu menguasai diri dan sanggup mengendalikan hawa nafsu, tidak terseret ke dalam arus perbuatan rendah masyarakat.[7]
Dalam Risalah al-Wada’ Ibnu Bajjah memberikan dua fungsi alternatif negara: (1) untuk menilai perbuatan rakyat guna membimbing mereka mencapai tujuan yang mereka inginkan (2) merancang cara-cara mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam sistem al-Farabi dan Ibnu Bajjah, konstitusi harus disusun oleh Kepala Negara.
6. Tasawuf
Ibnu Bajjah mengagumi al-Ghazali dan menyatakan bahwa metode al-Ghazali memampukan orang memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, dan bahwa metode ini didasarkan pada ajaran-ajaran Nabi suci. Sang Sufi menerima cahaya di dalam hatinya.[8]
Ibnu Bajjah menjunjung tinggi para wali Allah (Auliya’ Allah) dan menempatkan mereka di bawah para Nabi. Menurutnya, sebagian orang dikuasai oleh keinginan jasmaniyah belaka, mereka berada di tingkat paling bawah, dan sebagian lagi dikuasai oleh spiritualitas, kelompok ini sangat langka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat merupakan suatu induk ilmu pengetahuan. Banyak terdapat cabang dalam filsafat, diantaranya ada filsafat Islam, filsafat Ilmu, filsafat pengetahuan maupun yang lain. Pada makalah ini kami membahas tentang filsafat Islam, yakni tentang salah satu filosufnya “Ibnu Bajjah”, yang meliputi biografi, karya-karya, serta pemikiran-pemikiran Ibnu Bajjah.
Ibnu Bajjah berasal dari keluarga al-Tujib. Dia lahir pada abad 11 M di kota Sarragosa. Para ahli sejarah memandangnya sebagai orang yang berpengetahuan luas dan mampu dalam berbagai ilmu. Dia menguasai sastra, tata bahasa, dan filsafat kuno. Ketika hidupnya, dia telah membuat beberapa karya yang penting.
Pemikiran-pemikirannya anatara lain adalah:
- Kebenaran dapat diperoleh manusia apabila manusia menyendiri (uzlah).
- Segala yang wujud terbagi dua yakni bergerak dan tidak bergerak.
- Perbuatan manusia dikelompokan kepada perbuatan hewani dan perbuatan manusiawi.
- Jiwa yang berhasrat itu terdiri dari tiga unsur yaitu: hasrat imajinatif, hasrat menengah, dan hasrat berbicara.
- Seorang mutawahhid harus senantiasa berhubungan dengan masyarakat. Tetapi hendaklah seseorang mampu menguasai diri dan sanggup mengendalikan hawa nafsu, tidak terseret ke dalam arus perbuatan rendah masyarakat.
- Sebagian orang dikuasai oleh keinginan jasmaniyah belaka, mereka berada di tingkat paling bawah, dan sebagian lagi dikuasai oleh spiritualitas.
B. Saran
Setelah mahasiswa mengetahui dan memahami pemikiran-pemikiran Ibnu Bajjah, hendaknya mahasiswa mampu mengambil sebagian pemikiran yang relevan dengan keadaan sekarang agar bisa dijadikan sebagai spirit untuk maju.

[1] A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, cet. III, 2007), hlm. 225.
[2] Ibid, hlm. 256.
[3] Ibid, hlm. 258.
[4] Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Partama, 2001), hlm. 97.
[5] Ibid, A. Mustofa, Filsafat Islam, hlm. 263.
[6] Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm. 79.
[7] Ibid, Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, hlm. 101.
[8] Ibid, A. Mustofa, Filsafat Islam, hlm. 269-270.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar