Rabu, 08 Juni 2011

Pendidikan Islam Pada Masa Pembaharuan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat pada zaman Nabi Muhammad SAW. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberikan contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung ide-ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan pada masa sekarang. Orang Mekah Arab yang tadinya menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha kegiatan Nabi mengIslamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan itu Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berarti bahwa Nabi SAW adalah seorang pendidik yang berhasil. Perubahan dan tingkah laku yang sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilan.


Maka pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.(1)

Pendidikan Islam mengalami beberapa fase perkembangan seiring dengan perkembangan agama Islam itu sendiri. Dimulai dari pada masa Nabi Muhammad SAW, kemudian dilanjutkan pada masa Khulafaur Rasyidin, dan mencapai masa kegemilangan pada masa Khalifah-Khalifah yang memerintah Negara Islam silih berganti. Sampai akhirnya Islam mengalami kemunduran yang juga turut mempengaruhi pendidikan Islam.

Kemudian pendidikan Islam mengalami masa kebangkitan kembali yang dinamakan fase pembaharuan. Pada fase ini pendidikan Islam mulai naik kembali dengan beberapa tokoh pembaharu Islam.

B. Rumusan Masalah

Objek pembahasan dalam Makalah ini selanjutnya dijabarkan melalui rumusan masalah antara lain :
1. Bagaimana pendidikan Islam pada masa pembaharuan ?
2. Siapa saja tokoh pembaharuan pendidikan Islam masa pembaharuan, dan sejauh mana kontribusi mereka dalam pendidikan Islam ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan Islam masa pembaharuan ?

C. Tujuan Penyusunan Makalah

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Tersturuktur Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam UIN SUSKA Riau. Selain itu juga untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai pendidikan Islam pada masa pembaharuan Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemikiran Pembaharuan Dalam Islam

Tercatat beberapa nama ulama besar yang berperan sebagai pembaharu bidang pendidikan Islam yang muncul di Timur Tengah, seperti Muhammad Ali Pasya, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dari Mesir. Kemudian tercatat nama Muhammad Iqbal dari India dan sebagainya. Pada masa kemunduran Islam abad 13-18, segala warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diperoleh Eropa dari Islam, ketika umat Islam larut dalam kegemilangan sehingga tidak memperhatikan lagi pendidikan, maka Eropa tampil mencuri ilmu pengetahuan dan belajar dari Islam. Eropa kemudian bangkit dan Islam mulai dijajah dan mengalami kemunduran. Hampir seluruh wilayah dunia Islam dijajah oleh Bangsa Eropa termasuk Indonesia.

Penemuan-penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi muncul di Eropa. Misalnya dalam bidang mesin, listrik, radio, yang semuanya itu menunjang semakin kuatnya Eropa terhadap dunia Timur bahkan sampai ke Indonesia. Dunia jadi berbalik, dunia Timur terpukau dan terbius kemujuan yang dialami Eropa.

Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari Bangsa Eropa telah timbul mulai abad ke 11 sampai ke 17 Masehi. Dengan kekalahan-kekalahan yang diderita oleh Turki Utsmani dalam peperangan dengan Negara-Negara Eropa. Mereja mulai memperhatikan kemajuan yang dialami Eropa dengan mengirimkan utusan-utusan untuk mempelajari kemajuan Eropa terutama dari Prancis dan didirikan sekolah-sekolah Militer di Turki pada tahun 1734.(2)

Dalam membuka mata kaum muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbul berbagai macam usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan, termasuk usaha-usaha dibidang pendidikan.(3)

Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai daerah masing-masing. Adapun mereka mengemukakan opini kebangkitan dengan mengacu kepada tema yang sama yaitu adalah :
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumberkan kepada Al-Qur’an, Hadist dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul, dan mistik.
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad dinyatakan ditutup.(4)


B. Pola Pembaharuan Pendidikan Islam

Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah : (1) pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Eropa, (2) golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni, (3) usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.

1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pendidikan modern di Barat.

Mereka berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami Barat adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu. (5)

Pada dasarnya, mereka (golongan ini) berpandangan bahwa pola pendidikan Islam harus meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga pendidikan Islam bisa setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan / sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya.(6) Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju.

2. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.

Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad Abduh.(7)

Disamping itu, dengan berhentinya perkembangan ilmu yang ditandai dengan penutupan pintu ijtihad, umat Islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman. Pola pembaharuan ini telah dirintasi oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani (akhir abad 19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.

Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian akan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad harus dibuka.(8)

Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Ajaran Islam sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. (9) Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.(10)

3. Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme.

Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bbersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing. Yang mendorong berkembangnya nasionalisme adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari berbagai bangsa dengan latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.(12)

Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional. (13)

C. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam

Ada beberapa tokoh pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam yang akan Kami kemukakan, antara lain yaitu :

1. Jamaluddin Al-Afghani
a. Riwayat Hidup
Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang aktifitasnya berpindah-pindah dari satu negara Islam kenagara Islam yang lain. Pengaruh terbesarnya ditinggalkannya di Mesir.

Ia dilahirkan di Mesir tahun 1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897. Ketika berusia 20 tahun ia telah menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan, kemudian ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Dalam hal itu, Inggris telah mulai mencampuri urusan politik Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi Al-Afghani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah, dan Al-Afghan memilih meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India tahun 1869. Di Inggris ia juga tidak merasa bebeas bergerak, karena negara itu telah jaruh kepihak Inggris, dan ia pindah ke Mesir tahun 1871. Ia menetap di Cairo mulanya menjauhi persoalan politik Mesir dan pemusatkan perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab. Di tempat ia tinggal kemudian menjadi tempat pertemuan murid-muridnya. Disanalah ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Muridnya berasal dari berbagai golongan, seperti orang pemerintahan, pengadilan, dosen dan mahasiswa Al-Azhar serta perguruan tinggi lain.(13)

Dari Mesir ia pergi ke Paris dan disanalah ia mendirikan perkumpulan Al-Urwatul Al-Wusqa yang anggotanya terdiri dari orang Islam Mesir, India, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Diantara tujuan yang hendak dicapai adalah memperkuat rasa persaudaraan, membela Islam, dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Majalah Urwah Al-Wusqa, yang diterbitkan perkumpulan ini cukup terkenal termasuk di Indonesia. Kemudian, pada tahun 1892 ia pergi ke Istanbul atas undangan Sultan Abdul Hamid, namun kemudian ia terjebak dan tidak bisa keluar dari Istanbul karena dijadikan tahanan hingga ia wafat pada tahun 1897.(14)

b. Pemikiran Pembaharuan Pendidikan
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan Al-Afghani adalah didasari pada pendapatnya bahwa Islam adalah relevan pada setiap zaman, kondisi, dan bangsa. Untuk itu kemunduran umat Islam adalah karena tidak diterapkannya Islam dalam segala segi kehidupan dan meninggalkan ajaran Islam murni. Jalan untuk memperbaiki kemunduran Islam hanyalah dengan membuang segala bentuk pengertian yang bukan berasal dari Islam, dan kembali pada jaran Islam murni.

2. Rasyid Ridha
a. Riwayat Hidup
Rasyid Ridha adalah murid dari Muhammad Abduh (yang merupakan murid dari Jamaluddin Al-Afghani). Ia lahir pada 1865 Suria. Semasa kecil ia dimasukkan ke sekolah madrasah tradisional, kemudian ia meneruskan sekolah ke Sekolah Nasional Islam. Setelah selesai ia meneruskan ke sekolah agama yang ada di Tripoli, dan banyak belajar dari Al-urawatul Wusqa Jamaluddin dan Muhammad Abduh. Ia banyak belajar dengan Muhammad Abduh ketika Muhammad Abduh sedang dalam buangan di Beirut. Ia mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan ketika masih berada di Suria dan mendapat tantangan dari Pihak Turki Utsmani, lalu ia memutuskan pindah ke Mesir dan berada di dekat gurunya Muhammad Abduh pada tahun 1898. Beberapa bulan setelah itu, ia menerbitkan majalah Al-Manar, yang juga terkenal.(15)

b. Pemikiran Pembaharuan Pendidikan
Rasyid Ridha merasa perlu diadakan pembaharuan dibidang pendidikan, dan melihat perlu ditambahkannya kedalam kurikulum mata pelajaran berikut : teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, kesehatan, bahasa asing, disamping fiqih, tafsir, hadist dan lain-lain.(16)

3. Aliran Pembaharuan Barat, Islam dan Nasionalis di Turki
Munculnya aliran-aliran pembaharuan di Turki secara tak langsung membawa dampak pada pembaharuan pendidikan di sana. Timbulnya 3 golongan yang mempertahankan pendapat masing-masing yaitu golongan yang mengambil Barat sebagai contoh, golongan yang mempertahankan Islam dan golongan nasionalisme. Pada mulanya kriteria agamalah yang dipakai untuk memperbedakan rakyat yang beraneka ragam dengan kebangsaannya itu. Kemudian timbul pengelompokan dan akhirnya golongan nasionalisme menang dan menguasai Turki. Akibat yang ditimbulkan dalam bidang pendidikan adalah pembaharuan sistem pendidikan yang tetap mempertahankan tradisionalisme (lebih dekat pada agama), dan golongan modernisme. Yang akhrinya menimbulkan dualisme pendidikan, yaitu dalam lembaga pendidikan akan ada sistem pendidikan sekularis yang mengajarkan ilmu-ilmu umum dan sistem pendidikan tradisionalis-agamis (yang menjagarkan agama).

4. Muhammad Iqbal
a. Riwayat Hidup
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan kahir di Sialkot tahun 1867. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar disana sampai memperoleh gelar kesarjaan MA. Di tahu 1905 ia pergi ke negara Inggris dan belajar filsafat di Universitas Cambridge. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich Jerman, dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang tasawwuf.(17)

b. Pemikiran Pembaharuan Pendidikan
Sama dengan pembaharu lainnya, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama 500 tahun dikarenakan kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai pada keadaan statis. Untuk memperbaharui Islam di segala bidang (termasuk pendidikan), maka diperlukan sebuah institusi penegak Hukum Islam yang menanungi seluruh umat Islam dalam sebuah naungan negara yang dinamakan Khilafah Islamiyah.(18)


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan Islam mengalami fase kebangkitan kembali yang dinamakan fase pembaharuan. Pada fase ini pendidikan Islam mulai naik dengan beberapa tokoh yang menjadi pelopor. Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan adalah dalm rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor di berbagai daerah seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Pembaharuan di Turki, dan Muhammad Iqbal di India.
Adapun mereka mengemukakan tema kebangkitan dengan opini / ide dasar yaitu :
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan Al-Qur’an dan Hadist, dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul dan mistik.
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad.

Terjadinya tiga pola pembaharuan pemikiran pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut yaitu :
a. Pola pembaharuan yang berorientasi pada pola pendidikan Barat.
b. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
c. Usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.


FOOT NOTE

1. Dr. Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta. 1991. Hal : 28.
2. Drs. Edi Yusrianto, M.Pd. Lintasan Sejarah Pendidikan Islam. Pekanbaru : Intania Grafika. Hal : 52.
3. Dra. Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 1995. Hal : 117.
4. Drs. Edi Yusrianto. Op Cit. Hal : 51.
5. Ibid. Hal : 52-53.
6. Dra. Zuhairi. Op Cit. Hal : 118.
7. Drs. Edi Yusrianto. Op Cit. Hal : 53.
8. Dra. Zuhairini. Op Cit. Hal : 122.
9. Prof. Dr. Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam. Penerbit Bulan Bintang. Jakarta. 1982. Hal : 55.
10. Boehori. Islam Mengisi Kehidupan. Al-Ikhlas. Surabaya. 1982. Hal : 24.
11. Drs. Edi Yusrianto. Op Cit. Hal : 53.
12. Dra. Zuhairini. Op Cit. Hal : 124.
13. Prof. Dr. Harun Nasution. Op Cit. Hal : 50-51.
14. Ibid. Hal : 53-54.
15. Ibid. Hal : 69-70.
16. Ibid. Hal : 71.
17. Ibid. Hal : 190.
18. Ibid. Hal : 194.


DAFTAR PUSTAKA

Boehori. Islam Mengisi Kehidupan. 1982. Surabaya : Al-Ikhlas.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. 1991. Jakarta : Bumi Aksara.
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam. 1982. Jakarta : Bulan Bintang.
Yusrianto, Edi. Lintasan Pendidikan Islam. 2008. Pekanbaru : Intania Grafika.
Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam. 1995. Jakarta : Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar