Jumat, 10 Juni 2011

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN HADITS PADA MASA RASULULLAH DAN KHULAFAUR RASYIDIN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits  telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi. Sesunggunhya semasa hidup Rasulullah adalah wajar sekali jika kaum muslimin (para sahabat r.a.) memperhatikan apa saja yang dilakukan maupun yang diucapkan oleh beliau, terutamas sekali yang berkaitan dengan fatwa-fatwa keagamaan. Orang-orang Arab yang suka menghafal dan syair-syair dari para penyair mereka, ramalan-ramalan dari peramal mereka dan pernyataan-pernyataan dari para hakim, tidak mungkin lengah untuk mengisahkan kembali perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan dari seorang yang mereka akui sebagai seorang Rasul Allah.
Di samping sebagai utusan Allah, Nabi adalah panutan dan tokoh masyarakat. Selanjutnya dalam kapasitasnya sebagai apa saja (Rasul, pemimpin masyarakat, panglima perang, kepala rumah tanggal, teman) maka, tingkah laku, ucapan dan petunjuknya disebut sebagai ajaran Islam. Beliau sendiri sadar sepenuhnya bahwa agama yang dibawanya harus disampaikan dan terwujud secara kongkret dalam kehidupan nyata sehari-hari. Karena itu, setiap kali ada kesempatan Nabi memanfaatkannya berdialog dengan para sahabat dengan berbagai media, dan para sahabat juga memanfaatkan hak itu untuk lebih mendalami ajaran Islam.
Hadis Nabi yang sudah diterima oleh para sahabat, ada yang dihafal dan ada pula yang dicatat. Sahabat yang banyak mengahafal hadis dapat disebut misalnya Abu Hurairah, sedangkan sahabat Nabi yang membuat catatan hadis diantaranya ; Abu Bakar Shidiq, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Amr bin Ash, dan Abdullah bin Abbas.
Minat yang besar dari para sahabat Nabi untuk menerima dan menyampaikan hadis disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya : Pertama, Dinyatakan secara tegas oleh Allah dalam al-Qur’an, bahwa Nabi Muhammad adalah panutan utama (uswah hasanah) yang harus diikuti oleh orang-orang beriman dan sebagai utusan Allah yang harus ditaati oleh mereka.
Kedua, Allah dan Rasul-Nya memberikan penghargaan yang tinggi kepada mereka yang berpengetahuan. Ajaran ini telah mendorong para sahabat untuk berusaha memperoleh pengetahuan yang banyak, yang pada zaman Nabi, sumber pengetahuan adalah Nabi sendiri.
Ketiga, Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk menyampaikan pengajaran kepada mereka yang tidak hadir. Nabi menyatakan bahwa boleh jadi orang yang tidak hadir akan lebih paham daripada mereka yang hadir mendengarkan langsung dari Nabi. Perintah ini telah mendorong para sahabat untuk menyebarkan apa yang mereka peroleh dari Nabi.

B. Rumusan Masalah
  1. Apa Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Astar
  2. Apa Pengertian Sanad, Matan, Mukharij
  3. Apa Pengertian Ulumul Hadits
  4. Apa Manfaat Mempelajari Ilmu Hadits
  5. Bagaimana Sejarah Perkembangan Dan Pertubuhan Hadits Pada Masa Rasulullah Dan Khulafaurrasyidin


C. Tujuan
  1. Mengetahui Dan Memahami Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Astar
  2. Mengetahui Dan Memahami  Pengertian Sanad, Matan, Mukharij
  3. Mengetahui Dan Memahami Pengertian Ulumul Hadits
  4. Mengetahui Manfaat Mempelajari Ilmu Hadits
  5. Mengetahui Sejarah Perkembangan Dan Pertubuhan Hadits Pada Masa Rasulullah Dan Khulafaurrasyidin



BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar

Pengertian Hadits
Hadits adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly), ataupun ketetapan (taqriry).

Pada umumnya ulama hadits memberi pengertian, bahwa yang dimaksud dengan hadits adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly), ataupun ketetapan (taqriry),dalam pengertian inilah, maka ulama hadits menyamakan hadits dengan istilah sunnah. Ada pula ahli hadits yang berpendapat, bahwa kata hadits menunjukkan kepada penampilan kepribadiaan beliau. Meskipun demikian, penampilan kepribadian nabi, menurut ahli fiqih tidak termasuk kategori hadits. Dengan demikian menurut umumnya ulama hadits, bahwa bentuk-bentuk hadits atau sunnah adalah segala berita yang berkenan dengan perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly), ketetapan (taqriry)/hal-ihwal nabi Muhammad saw. Sedangkan yang dimaksud dengan ihwal adalah segala sifat dan pribadi.

Pengertian sunnah
Sunaah menurut istilah Muhadditsin ialah segala sesuatu yang dinukilkan dari nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir), pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang sebelum nabi saw diangkat menjadi Rasul ataupun sebelumya.
Sedangkan sunnah menurut ahli ushul fiqih ialah segala yang dinukilkan dari nabi saw, baik perkataan maupun perbuatan atau ketetapan (taqrir) yang berkaitan dengan hukum.

Pengertian Khabar
Khabar adalah sesuatu yang datang dari sahabat nabi.
Menurut istilah sumber ahli hadits, baik warta dari nabi, maupun warta dari sahabat, ataupun warta dari tabi’in. Ada yang berpendapat bahwa khabar digunakan buat segala warta yang diterima dari selain nabi. Mengingat hal inilah, orang yang meriwayatkan hadits dinamakan muhaddits, dan orang yang meriwayatkan sejarah dinamai akhbari atau khabari.

Dan ada pula yang mengatakan bahwa khabar lebih umum daripada hadits, karena masuk kedalam perkataan khabar, segala yang diriwayatkan baik dari nabi maupun dari selainnya, sedangkan hadits khusus terhadap yang diriwayatkan dari nabi saja.
Ada juga yang mengatakan, khabar dan hadits di ithlaqkan kepada yang sampai dari nabi saja, sedangkan yang diterima dari sahabat dinamakan sahabat.

Pengertian Atsar
Atsar adalah sesuatu yang berasal dari tabi’in. Menurut istilah jumhur ulama sama artinya dengan khabar dan hadits, untuk itulah ahli hadits dinamai dengan atsari, dan ada yang mengatakan atsar lebih umum daripada khabar.

B. Unsur-unsur dalam hadits
Pengertian Sanad
Sanad yaitu mata rantai periwayatan yang menghubungkan antara penulis hadits dengan generasi diatasnya hingga sampai kepada nabi.

Gambaran Sanad
Sabda Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
didengar oleh sahabat (seorang atau lebih), mereka ini (seorang atau lebih)menyampaikan kepada Tabi’in (seorang atau lebih), Tabi’in menyampaikan pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka. Demikian seterusnya hingga  dicatat oleh     imam-imam   ahli hadits seperti Muslim, Bukhari, Abu Dawud dll.

Contoh:
Waktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam , Bukhari berkata Hadits ini diucapkan kepada saya oleh A, dan A berkata diucapkan kepada saya oleh B, dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C, dan C berkata diucapkan kepada saya oleh D, dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi Muhammad.

Menurut istilah ahli hadits Sanad itu ada permulaannya (awal) dan ada kesudahannya (akhir). Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad adalah A dan akhir sanad adalah D.

Pengertian matan
Matan yaitu redaksi atau bunyi dari sebuah hadits (isi hadits).
Ada yang mengatakan Matan adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu  sabda   Rosulullah saw , sahabat ataupun  Tabi’in. Baik isi  pem-bicaraan itu  tentang  perbuatan  Nabi,  maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Muhammad Saw.

Pengertia Mukharij
Mukhorij adalah seorang yang mengeluarkan hadits baik dari sanadnya, sumbernya, matan, status haditsnya (marfu, mauquf, maqtu), sehingga diketahui kwalitas hadits tersebut dapat dipilah-pilihh.
Adapun tujuan seorang mukharij adalah untuk mengetahui sumber dari suatu hadits dan mengetahui kwalitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima (shohih, hasan dhoif)
Contoh Hadits Mutawatir Lafzi :






"Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia bersedia menduduki tempat duduk di nerak
Silsilah/urutan rawi hadits di atas ialah sebagai berikut :














C. Pengertian/definisi ulumul hadits
Ulumul hadits yaitu ilmu yang membicarakan masalah hadits dari berbagai aspeknya.
Ilmu hadits muncul pada masa tabi’in. Az-zuhri dianggap sebagai peletak dasar ilmu hadits, kemudian selanjutnya muncul para mudawin hadits seperti Malik, Bukhari, dan sebagainya.
Ilmu ini dibagi dua yaitu:
1. Ilmu Hadis Riwayah

  • Ilmu Hadis Riwayah adalah ilmu hadis yang berupa periwayatan atau ilmu yang menukilkan segala yang disandarkan kepada Nabi.

  • Objek kajiannya adalah:
  1. Bagaimana cara menerima dan menyampaikan hadis
  2. Bagaimana cara memindahkan hadis
  3. Bagaimana cara mentadwinkan hadis.

  • Kegunaannya adalah untuk menghindari adanya penukilan yang salah dari sumbernya.

2. Ilmu Hadis Dirayah

  • Ilmu Hadis Dirayah atau disebut dengan ilmu Mustalahul Hadis, yaitu ilmu yang mempelajari tentang keadaan hadis dari segi kesahihan, sandaran, maupun sifat-sifat rawinya.

  • Objek kajiannya adalah sanad, matan dan rawi.

  • Kegunaannya adalah:
  1. Untuk mengetahui pertumbuhan hadis
  2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh hadis
  3. Untuk megetahui kaidah-kaidah yang digunakan
  4. Untuk mengetahui istilah dan criteria hadis.

  • Cagang ilmu Hadis Dirayah:
  1. Ilmu Rijalul Hadis
  2. Ilmu Jarh wa Ta’dil
  3. Ilmu Ilalil Hadis
  4. Ilmu Asbab al-Wurud
5.   Ilmu Mukhtaliful Hadis

D. Manfaat mempelajari hadits
  Beberapa fadhilah/ keutamaan mempelajari hadits :
1.   Wajah para penuntut ilmu hadits cerah/ berseri-seri.
2.   Para penuntut ilmu hadits adalah orang yang paling bershalawat kepada Nabi
Sabda Rasulullah saw :
( من صلى علىّ صلاة  واحدة صلى الله عليه بـها عشراً  )
“Barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali”.
       Berkata Khatib Al Baghdadi رحمه الله : Berkata Abu Nu’aim رحمه الله kepada kami : “Keutamaan yang mulia ini terkhusus bagi para perawi dan penukil hadits, karena tidak diketahui satu kelompok di kalangan ulama yang lebih banyak bershalawat kepada Rasulullah saw dari mereka, baik itu (shalawat) berupa tulisan ataupun ucapan”.
BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN HADITS PADA MASA RASULULLAH SAW DAN KHULAFAUR RASYIDIN

A. Pada Masa Rosulullah saw

Masa ini dikenal dengan masa wahyu dan pembentukan hukum serta dasar-dasarnya, dimulai dari permulaan Nabi diangkat rasulullah hingga wafatnya pada tahun 11 H (mulai dari 13 tahun sebelum hijriah sampai 11 H) perkembangan hadits pada masa ini ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut :
  1. Para sahabat menerima dan memperoleh hadits dengan cara berhubungan langsung dengan Nabi untuk menanyakan berbagai masalah atau mengetahui perbuatan dan amlannya yang perlu dicontoh. Para sahabat tidak sederajat dalam mengetahui keadaan rasulullah saw karena berbeda tempat tinggalnya, kegiatan sehari-hari, (ada yang sering bepergian, ada yang sering beribadah dimasjid, dan lain-lain), sedang nabi pun tidak selalu secara rutin mengadakan ceramah terbuka untuk menyampaikan berita. Para sahabat yang banyak menerima pelajaran beliau adalah :
    1. Yang terdahulu masuk islam (As-sabiqunal awwalun) seperti khalifah empat, Abdullah bin mas’ud.
    2. Yang selalu berada disamping nabi dan bersungguh-sungguh menghafal hadits (seperti Abu hurairah), atau yang mencatat hadist (seperti Abdullah bin Amr bin Ash).
    3. Yang lama hidupnya sesudah nabi, karena dapat menerima hadist dari sesama sahabat, seperti Anas bin malik dan Abdullah bin Abbas.
    4. Yang erat hubungannya dengan nabi, yaitu ummul mu’minin, seperti siti aisyah dan ummu salamah.
  2. Hadist atau sunnah nabi tidak ditulis seperti Al-Qur’an, karena ada larangan nabi saw, yang khawatir andaikan campur dengan Al-Qur’an, disamping umumnya para sahabat mengandalkan pada kekuatan hafalan, dan juga karena kekurangan tenaga penulis dikalangan mereka. Namun demkian ada juga sahabat yang menulisnya tidak secara resmi, melainkan atas inisiatif sendiri seperti yang dilakukan oleh Abdullah bin amr bin ash dalam sebuah shahiffah yang diberi nama Ash – shadiqah. Setelah Al-Qur’an dibukukan ditulis dengan sempurna serta lengkap pula turunnya, barulah izin penulisan hadist pun dikeluarkan.


B. Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Masa ini disebut masa periwayatan hadits secara terbatas (12-40 H). Para sahabat menyampaikan amanat sedikit demi sedikit menyampikan hadits kepada orang lain setelah nabi saw wafat. Hal tersebut dilakukan mereka dengan penuh kehati-hatian karena takut berbuat salah. Sabda nabi saw :




Ketahuilah ! Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang ghaib (tidak hadir) diantaramu. (diriwayatkan ibnu Abdil bari dari abu bakrah)




Sampaikanlah daripadaku walaupun hanya satu ayat (maksudnya satu hadist). Riwayat bukhari dari Abdullah bin Amr bin Ash.


Periwayatan yang dilakukan para sahabat yang pergi kekota-kota lain, dilakukan mereka dengan menyampaikan hadits kepada para sahabat lain dan tabi’in dengan sangat dibatasi dan sekedar keperluan, tidak bersifat pelajaran. Terutama pada masa Abu bakar dan Umar lebih sangat berhati-hati karena ingin menjaga jangan sampai terjadi pendustaan dalam mentabligkannya yang diancam dosa besar. Sabda nabi saw :


Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya disediakan di neraka. (riwayat jama’ah perawi hadist)




Para sahabat disamping terbatas dalam meriwayatkan hadist, juga sangat berhati-hati dalam menerima sesama sahabat dengan memperhatikan rawi/periwayat dan marwi (hadits yang diriwayatkan), tidak memperbanyak menerima hadits atau meriwayatkannya.



Baru pada masa khalifah Ustman dan Ali bin abi thalib dimulai pengembangan hadits dan periwayatannya, mereka meriwayatkan hadits dengan dua cara, yaitu:
a.       Dengan lafazd asli seperti diterima dari nabi
b.      Dengan maknanya, walupun lafzdnya lain, karena yang penting adalah menyampaikan maksud isinya.


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

  • Hadis adalah: segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly), maupun ketetapan (taqriry).
  • Sunnah: segala yang diperintahkan, dilarang, dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkatan maupun perbuatan.
  • Khabar adalah sesuatu yang datang dari sahabat Nabi
  • Atsar adalah sesuatu yang berasal dari Tabi’in.
  • Mukharij: seseorang yang mengeluarkan hadits baik dari sanadnya, sumbernya, matan, status hadits (marfu, mauquf, maqtu) sehingga diketahuikwalitas hadits tersebut dapat dipilah-pilih.

Bentuk-bentuk Hadis:
Dari segi sampai tidaknya kepada Nabi, Hadis dibagi menjadi tiga:

  1. Hadis Marfu’: yaitu hadis yang periwayatannya sampai kepada nabi
  2. Hadis Mauquf: yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai pada sahabat
  3. Hadis Maqtu’: yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai pada Tabi’in.

Berdasarkan pengertiannya, maka yang termasuk kategori hadis yang dapat digunakan sebagai sumber ajaran Islam adalah Hadis Marfu’. Sedangkan Hadis Mauquf hanya menempati tingkatan Khabar dan Hadis Maqtu’ hanya merupakan Atsar.

Ditinjau dari segi isinya, Hadis dibagi menjadi tiga:

  1. Hadis qauly: hadis yang isinya berupa perkataan atau ucapan Nabi
  2. Hadis fi’ly: hadis yang isinya berupa pebuatan Nabi yang dideskripsikan oleh sahabat
  3. Hadis taqriry: hadis yang isinya berupa ketetapan tindakan Nabi

Diantara ketiga bentuk hadis tersebut hadis qauly menempati kedudukan tertinggi, baru kemudian dibawahnya hadis fi’ly. Hadis taqriry merupakan bentuk hadis yang terlemah.

Unsur-Unsur dalam Hadis:

  • Sanad: yaitu mata rantai periwayatan yang menghubungkan antara penulis hadis dengan generasi di atasnya hingga sampai kepada Nabi
  • Matan: yaitu redaksi atau bunyi dari sebuah hadis
  • Rawi: yaitu para periwayat hadis yang terdapat dalam rangkaian sanad

Kedudukan Hadis:
Hadis adalah sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an. Artinya Hadis menjadi dasar dan dalil bagi aturan-aturan (baik dalam masalah aqidah, hukum, maupun etika) dalam ajaran.


Sejarah Perkembangan dan pertumbuhan Hadis
sPada Masa Rasul

  • Nabi menyampaikan hadis melalui media: majlis ‘ilmi, melalui sahabat tertentu, ceramah pada tempat terbuka (spt pada waktu haji wada’), perbuatan langsung, dan sebagainya.
  • Sahabat yang banyak menerima hadis antara lain: (1) as-Sabiqunal awwalun yaitu: Abu Bakar, Usman, Ali, dan Abdullah Ibn Mas’ud (2) Ummahatul Mukminin atau istri-istri Rasul seperti ‘Aisyah dan Ummu Salamah (3) Sahabat dekat yang menulis hadis yaitu Abdullah Amr bin al’Ash (4) Sahabat yang selalu memanfaatkan waktu bersama Nabi seperti Abu Hurairah (5) Sahabat yang aktif dalam majlis ilmi dan bertanya kepada sahabat yang lain seperti Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, dan Abdullah bin Abbas.
  • Hadis lebih banyak dihafal karena Rasul melarang menulis hadis agar tidak bercampur dengan al-Qur’an. Namun terdapat beberapa sahabat yang menulis hadis dan disimpan sendiri seperti: Abdullah bin Amr bin ‘Ash (as-sahifah as-sadiqah), Jabir bin Abdullah (sahifah Jabir), Anas bin Malik, Abu Hurairah ad-Dausi (sahifah as-sahihah), Abu Bakar, Ali, Abdullah bin Abbas dan lain-lain.

Hadis Masa Sahabat

  • Disebut juga dengan masa pembatasan dan pengetatan riwayat karena perhatian difokuskan pada penyebaran al-Qur’an.
  • Sahabat sangat hati-hati dalam menerima dan meriwayatkan hadis. Setiap hadis yang diriwayatkan harus didatangkan seorang saksi.
  •  Terjadi perbedaan pendapat tentang pemaknaan larangan menulis hadis pada masa Rasul.


DAFTAR PUSTAKA



Riyadush Shalihin, Al Imam Al Muhaddits Al Hafidz Muhyiddin Abi Zakaria Yahya Bin Syarafin Nawawi, Mustofa Muhammad Imarah, Isa Al Baby Al Halaby Wasyarakahu, Kairo 1960 M/ 1380 H.

Terjemah Shahih Muslim, Ma’mur Daud, Wijaya, Jakarta, 1983.

Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Prof. Tm Hasibi Ash Shiddieqy, Bulan Bintang, Jakarta, Cetakan Ketiga, 1996.

400 Hadits Pilihan, Drs. Muslich Shabir, Al Ma’arif, Bandung, Cetakan Ketiga,1986.

Terjemah Mukhtarul Ahadits, Sayid Ahmad Al Hasyimi, Drs Makmud Zaini, Pustaka Amani, Jakarta, Cetakan I, Rabi’ul Akhir 1416 / September 1995.

Subhi al- shalih Ulama al-hadits wa matsalahiha Beirut;Dar al- ilmi li al-malayin, 1997 cet IX.

Mustafa al-siba’I al-sunnah wa maknathur fi al-Tsyri al-islami (ttp/al Dar al-Qowiyyah, 1996)

Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad Nashruddin Al-Albany;  Kitab Hadits Maudhlu -  Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah; Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy; Kitab Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin Al-Albany);  Kitab Mushtholahul Hadits -  A. Hassan) - (Mediamuslim)


Sa’dullah assa’idi, MA, hadits-hadits sekte, Yogyakarta Pustaka Pelajar. 1996.


Muhammad Mustafa Azami, MA, ph.D, Memahami Ilmu Hadits, Jakarta lentera, 1995.

www.google.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar