Istilah adab saat ini banyak digunakan dengan makna sastra, seperti istilah  كلية   الأدب   ( Fakultas Sastra ),      تاريخ الأدب العربي (Sejarah Kesusastraan Arab),  النقد الأدبي ( Kritik Sastra ),   dan  الأدب  المقارن (Sastra Perbandingan). Adab  merupakan suatu bentuk ekspresi kehidupan melalui sarana bahasa. Karena  itu, mempelajari adab juga erat hubungannya dengan mempelajari  kebudayaan dan lingkungan yang melingkupinya. Adab juga bisa dikatakan  sebagai sebuah bentuk seni, sebagaimana seni musik atau seni rupa, hanya  saja ia menggunakan bahasa sebagai sarananya.Sejarah  kesusastraan Arab terdiri dari beberapa periode, yaitu zaman jahiliyyah  (pra-Islam), zaman permulaan Islam, zaman Bani Umayyah, zaman Bani  Abbasiyah (berakhir bersamaan dengan keruntuhan Baghdad akibat serangan  Mongol), zaman pertengahan / zaman kemunduran, dan zaman modern (sejak  abad ke-13 H).
Apa saja yang ada dalam adab?
Secara garis besar, karya adab dibedakan atas dua genre ( النوع  ), yaitu puisi (الشعر) dan prosa ( النثر  ). Secara kategoris, puisi bisa dibedakan atas puisi perasaan (الشعر الغنائي أوالوجداني ), puisi cerita (الشعر القصصي أو الملحمي), puisi perumpamaan (الشعر التمثيلي ), dan puisi pengajaran (  الشعر التعليمي ). Prosa bisa dibedakan atas prosa tertulis  dan prosa tak tertulis.  
Prosa  tertulis  meliputi  prosa  naratif (القصة) dan  prosa  non naratif  (المقال).  Prosa  naratif  meliputi  biografi   (الرواية), kisah  (القصة) , cerita pendek (الأقصوصة = القصة القصيرة), dan novel. Adapun prosa non naratif bisa dibedakan atas prosa  subyektif (argumentasi/persuasi)   (المقال الذاتي) dan prosa obyektif (deskripsi/eksposisi) (المقال الموضوعي). Prosa tak tertulis meliputi pidato (الخطابة), ceramah (baik ceramah audiovisual (المحاضرة) maupun ceramah auditorial (الحديث الاذاعي), dan drama (المسرحية). Drama sendiri dibedakan atas drama komedi (الملهاة) dan drama nonkomedi (المأساة). Diantara berbagai genre adab diatas, novel dan drama merupakan genre yang tidak asli Arab, akan tetapi datang dari Eropa.  
Perkembangan adab dari masa ke masa
Pada zaman jahiliyah, genre adab yang paling dominan ialah puisi. Saat itu puisi yang paling populer ialah المعلقات (Puisi-puisi  Yang Tergantung). Disebut demikian karena puisi-puisi tersebut  digantungkan di dinding Ka’bah. Dinding Ka’bah kala itu kurang lebih  juga berfungsi sebagai “majalah dinding”. Penyair yang paling terkenal  pada masa jahiliyyah ialah Imru’ul Qais. Disamping itu tercatat pula nama-nama seperti Al-A’syaa, Al-Khansa, dan Nabighah Adz-Dzibyani.  
Berdasarkan temanya, puisi zaman jahiliyah dibedakan atas الفخر (membangga-banggakan diri atau suku), الحماسة (kepahlawanan),  المدح  (puji-pujian), الرثاء   (rasa putus asa, penyesalan, dan kesedihan),الهجاء (kebencian dan olok-olok),  الوصف  (tentang keadaan alam),  الغزل  (tentang wanita),  الاعتذار  (permintaan maaf).
Setelah  Islam datang, tidak berarti bahwa puisi-puisi menjadi dilarang. Islam  datang untuk memelihara yang sudah baik, memperbaiki yang kurang baik,  menghilangkan yang buruk-buruk  saja, dan  melengkapi  yang masih  lowong.   Tentang   puisi,  Nabi  bersabda,”إن من الشعر حكمة (Sesungguhnya diantara puisi itu terdapat hikmah)”.  Ketika  Hasan  ibn  Tsabit        (شاعر الإسلام ) mengajak untuk mencemooh musuh - musuh  Islam,    Nabi   berkata,    ”هجاهم و جبريل معك (Cemoohlah  mereka, Jibril bersamamu)”. Nabi pernah memuji puisi Umayyah ibn Abu  Shalti, seorang penyair jahiliyah yang menjauhi khamr dan berhala. Nabi  juga pernah memuji puisi Al-Khansa, seorang wanita penyair zaman  jahiliyyah. Bahkan, Nabi pernah menghadiahkan burdah (gamis)-nya kepada Ka’ab ibn Zuhair saat Ka’ab membacakan qasidahnya yang berjudul  بنات سعاد . Karena itu, muncullah apa yang disebut dengan Qasidah Burdah.  Di masa permulaan Islam ini, berkembang pula genre pidato dan surat  korespondensi. Surat-surat pada mulanya dibuat oleh Nabi untuk menyeru  raja-raja di sekitar Arab agar masuk Islam.
Pada  masa Bani Umayyah, muncul tema-tema politik dan polemiknya sebagai  dampak dari ramainya pergelutan politik dan aliran keagamaan. Namun,  pada masa ini Islam juga mencapai prestasi pembebasan (القتوح) yang luar biasa, sehingga banyak memunculkan شعر الفتوح و الدعوة الإسلامية (Puisi Pembebasan dan Dakwah Islam). Para penyair yang terkenal pada masa ini antara lain Dzur Rimah, Farazdaq, Jarir,  Akhtal, dan Qais ibn Al-Mulawwih (terkenal dengan sebutan Majnun Laila).
Pada  zaman Bani Abbasiyah, surat menyurat menjadi semakin penting dalam  rangka penyelenggaraan sistem pemerintahan yang semakin kompleks. Dalam  genre prosa, muncul prosa pembaruan (النثر التجديدي) yang ditokohi oleh Abdullah ibn Muqaffa dan juga prosa lirik yang ditokohi oleh antara lain Al-Jahizh. Salah satu prosa terkenal dari masa ini ialah Kisah Seribu Satu Malam (ألف ليلة و ليلة). Dalam dunia puisi juga muncul puisi pembaruan yang ditokohi oleh antara lain Abu Nuwas dan Abul Atahiyah.  
Masa  Bani Abbasiyah sering disebut-sebut sebagai Masa Keemasan Sastra Arab.  Karena Islam juga eksis di Andalusia (Spanyol), maka tidak ayal lagi  kesusastraan Arab juga berkembang disana. Pada zaman Harun Al-Rasyid,  berdiri Biro Penerjemahan Darul Hikmah. Namun hal lain yang  perlu dicatat ialah bahwa pada masa ini banyak terjadi kekeliruan  berbahasa di tengah masyarakat akibat pergumulan yang kuat bangsa Arab  dengan bangsa ajam (non Arab).
Setelah  melewati Masa Keemasan, kesusastraan Arab kemudian memasuki masa  kemunduran, yang sering juga disebut sebagai zaman pertengahan, zaman  Mamluk, atau zaman Turki. Secara umum kemunduran ini disebabkan oleh  mulai timbulnya instabilitas politik. Bahasa Arab saat itu bahkan bisa  dikatakan telah hancur dihadapan bahasa resmi, Turki. Meski namanya  zaman kemunduran, namun tidak sedikit para sastrawan ternama muncul pada  masa ini.
Menjelang  zaman modern, sastra Arab mulai dihadapkan dengan sastra Barat. Dalam  hal ini, terdapat dua aliran utama. Pertama, aliran konservatif (المحافظون), yakni mereka yang masih memegang kaidah puisi Arab secara kuat. Mereka itu antara lain Mahmud Al-Barudi dan Ahmad Syauqi. Yang terakhir disebut ini  sering   dikenal   dengan     sebutan أمير الشعراء (Pangeran Para Penyair) dan Poet of Court (Penyair Istana). Disamping itu terdapat pula Hafizh Ibrahim yang dikenal dengan sebutan Poet of People (Penyair Rakyat). Aliran yang kedua ialah aliran modernis (المجددون), yakni mereka yang ingin lepas dari kaidah dan gaya tradisional serta sangat terpengaruh oleh sastra Barat.  
Memasuki  zaman modern, perseteruan antara sastra Arab dan sastra Barat semakin  menjadi-jadi. Dalam dunia puisi, terdapat dua aliran utama, yakni  konservatif dan modernis. Di kubu konservatif terdapat Mushthafa Shadiq Al- Rafi’i, Mahmud Abbas Al-Aqqad dan kawan-kawan. Sementara di kubu modernis terdapat Ahmad Amin, Muhammad Husain Haikal, Taha Husain,  dan kawan-kawan. Dalam dunia puisi juga terdapat aliran konservatif dan  modernis. Aliran modernis memperkenalkan puisi bebas (puisi tanpa  sajak).  Beberapa sastrawan aliran Romantik pada tahun 1930-an telah  mendirikan kelompok penyair bernama Kelompok Apollo. Satu  perkembangan  unik puisi  di masa   ini   ialah    munculnya شعر المقاومة (Puisi Perlawanan) yaitu puisi yang menggelorakan perlawanan Islam dan Arab melawan Zionis Israel.  
  Kesusastraan  Arab tidak hanya telah diramaikan oleh umat Islam. Beberapa sastrawan  nonmuslim,  meskipun tidak banyak, telah diakui (minimal oleh dunia  Barat) sebagai bagian dari komunitas sastra Arab. Diantara mereka  terdapat Khalil Jibran (Kahlil Gibran), dengan karya terkenalnya الأجنحة المتكسرة (Sayap-sayap Patah) dan الأرواح المتمردة (Jiwa-jiwa Pemberontak). [Selesai]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar