Minggu, 25 September 2011

SUMBER DAN KARAKTERISTIK ISLAM

A. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang benar-benar bersumber dari Allah SWT, yang tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kebenaran-Nya. Islam lahir sebagai Agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah banyak dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri. Islam mempunyai sumber ajaran utama yaitu al-Qur’an yang mutlak benarnya karena bersumber langsung dari Allah SWT, yang kedua yaitu Hadits sebagai sumber kedua setelah al-Qur’an. Di dalam Islam juga dikenal adanya Ra’yu atau akal pikiran yang digunakan sebagai sumber pendukung untuk mendapatkan hukum bila dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ditemui. Islam juga mempunyai berbagai karakteristik yang sangat luwes dan toleran, sehingga Islam menjadi sangat menarik bagi pemeluknya baik dalam kajian historist maupun normatif. Islam juga memiliki moralitas yang tangguh dan kuat yang di dalamnya mencakup aspek-aspek dalam berbagai segi kehidupan. Di dalam Islam juga dikenal pembaharuan atau modernisitas yang semuanya itu adalah untuk mencapai kekuatan dan kemajuan Islam. untuk selengkapnya akan dibahas dalam makalah.


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Sumber Ajaran Islam Primer dan Sekunder ?
2. Bagaimanakah Sifat Dasar Islam?
3. Bagaimanakah Karakter Islam Antara Normativitas dan Historitas?
4. Bagaimanakah Moralitas Islam Dalam Ibadah, Pendidikan, Ilmu dan Sosial?
5. Bagaimanakah Islam Dalam Wacana Pembaharuan?




C. PEMBAHASAN
1. Sumber Ajaran Islam
Islam merupakan nama dari suatu agama yang berasal dari Allah SWT, sumber ajarannya berasal dari wahyu yang datang dari Allah SWT. bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari nabi Muhammad SAW. Di kalangan ulama’ terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama (primer) adalah Al qur’an dan As sunnah sebagai sumber ajaran kedua. Selain itu juga digunakan ro’yu atau akal pikiran untuk memahami Alqur’an dan Assunnah.
Sumber ajaran Islam ada 3:
a. Al quran
Al qur’an merupakan fundamental ajaran Islam yang di dalamnya memuat wahyu dari Allah SWT. Alqur’an merupakan sumber ajaran Islam pertama dan utama dalam Islam. Alqur’an adalah kitab suci yang isinya mengandung firman Allah, turunnya secara bertahap melalui malaikat, pembawanya adalah Nabi Muhammad SAW, susunanny dimulai dari surat al fatihah bdan diakhiri surat an nass, bagi yang membacanya bernilai ibadah, fungsinya sebagai hujjah atau bukti yang kuat atas kerosulan Nabi Muhammad SAW, keberadaannya hingga kini masih terpelihara dengan baik dan pemasyarakatannya dilaksanakan secara berantai dari satu generasi ke generasi lainnya dengan tulisan dan lisan.
Tujuan diturunkan Alqur;an untuk menjadi pedoman bagi umat manusia dalam hidup. sehingga mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al Ahzab: 36
         •             •   
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata”.
(QS Al Ahzab: 36)
Al-Qur’an menjadi sumber nilai dan norma umat Islam, yang berisi tentang:
• Petunjuk mengenai aqidah yang harus diyakini umat Islam. petunjuk aqidah ini berintikan keimanan akan ke-Esaan Tuhan dan kepercayaan terhadap kepastian adanya hari kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak.
• Petunjuk mengenai syariah yaitu jalan yang harus diikuti oleh manusia dalam berhubungan dengan Allah dan sesama insan. demi kebahagian dunia dan akhirat.
• Petunjuk tentang akhlak mengenai baik dan buruk yang harus diindahkan manusia.
• Kisah-kisah umat manusia masa lampau (sejarah).
Dengan demikian al Qur’an menjadi sangat fundamental bagi manusia, sebagaimana firman Allah (Q.S al-An’am:38)
             •           
“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. (Q.S al-An’am:38)
b. As-Sunnah
Sunnah adalah segala yang dinukilkan nabi SAW baik perkataan, perbuatan maupun taqrir. Kedudukan as-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits juga didasarkan pada kesepakatan para sahabat.
Sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an as-Sunnah memiliki fungsi yang sejalan dengan al-Qur’an. keberadaan as-Sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya sebagian dari ayat al-Qur’an yaitu:
• Ayat yang bersifat global yang memerlukan perincian, maka Hadits berfungsi untuk merinci petunjuk dan isyarat al-Qur’an yang global tersebut.
• Ayat yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian, maka hadits berfungsi sebagai pengecuali terhadap isyarat al-Qur’an yang bersifat umum.
• Ayat yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan, maka hadits berfungsi sebagai pembatas.
• Isyarat al-Qur’an yang mengandung makna lebih dari satu (Musytarak) yang menghendaki penetapan makna, bahkan terdapat sesuatu yang secara khusus tidak dijumpai keterangannya dari al-Qur’an, maka Hadits berperan sebagai pemberi informasi terhadap kasusu tersebut. Dengan demikian, pemahaman al-Qur’an dan pehaman ajaran Islam yang seutuhnya tidak dapat dipisahkan tanpa mengikut sertakan Hadits.
c. Ro’yu
Ro’yu atau akal pikiran merupakan sumber ajaran Islam yang ketiga setelah al-Qur’an dan Hadits. Ro’yu disebut sebagai sumber sekunder atau instrumental karena merupakan sarana atau alat untuk memahami ajaran dasar.
Ro’yu digunakan untuk ijtihad yaitu melakukan kesungguhan dan ketekunan optimal untuk menetapkan hukum Syara’. Jadi, ijtihad dilakukan untuk menetapkan hukum yang tidak dipenuhi dalam al-Qur’an dan Hadits.
Syarat-syarat melakukan ijtihad yaitu:
1.) Mengetahui Nash
2.) Mengetahui soal-soal ijma’
3.) Mengetahui Bahasa Arab
4.) Mengetahui Ushul Fiqih
5.) Mengetahui Maslihul Mursalah
6.) Ilmu-ilmu penunjang.
Jadi, apabila terdapat suatu perkara yang Allah SWT dan Rasul-Nya belum menetapkan ketetapannya, maka umat Islam dapat menentukannnya sendiri.
               •           
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun". (Q.S al-Maidah:101)

2. Sifat Dasar Ajaran Islam
Konsep dasar ajaran Islam adalah seuruh alam semesta diciptakan oleh Allah SWT yang merupakan Tuhan dan penguasa alam semesta, Dialah pencipta alam semesta, Dan penguasa alam semesta dan Dia pula yang akan mencukupinya. Diciptakannya manusia, dan masing-masing manusia diberi umur tertentu, Allah SWT telah menentukan kode kehidupan tertentu yang paling tepat bagi manusia, tetapi pada saat yang sama manusia diberi kebebasan untuk memilih. Apakah akan menerima atau mengingkari dasar kehidupannya sendiri. Ajaran Islam memiliki sifat khas yang berneda dengan ajaran Agama lainnya yang menjadikannya menarik bagi manusia sepanjang umur dan zaman.
Sifat dasar Islam antara lain:
a. Kederhanaan, rasionalitas, dan praktis
Islam tidak memiliki mitologis, ajarannya cukup sederhana dan dapat dipahami. Didalamnya tidak pernah ada tempat bagi keberhalaan dan keyainan yang tidak rasional. Ajaran Islam bersifat rasional yang dapat dijelaskan oleh logika dan penalaran. Islam merangsang pemeluknya mempergunakan akal serta mendorong pemakaian intelek.. Ajarannya bersifat dan langsung yaitu setiap manusia dimungkinkan untuk memahami kitab Allah SWT secara langsung dan menerapkan ketentuan yang ada dalam kehidupan praktis. Sehingga jelaslah bahwa Islam merupakan agama yanng praktis dan tidak memperbolehkan manusia berpuas diri dalam kekosongan (kesia-siaan).
b. Kesatuan antara materi dan rohani
Islam mendorong manusia untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan. Islam tidak memisahkan secara yang material dengan yang moral, yang duniawi dengan yang ukhrawi, dan mengajak manusia agar selalu mencurahkan tenaga untuk mengkonstruksikan kehidupan atas dasar moral yang sehat. dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa Islam menyuruh untuk memadukan antara kehidupan moral dan materi. Sehingga keduanya saling selaras dan memberi kemanfa’atan, bukan dengan kehidupan asketisme (kepertapaan) maupun dengan ideologi materialistik yang dapat mengabaikan sisi moral dan spiritual kehidupan.
c. Sebuah cara hidup yang lengkap
Islam mempunyai cara hidup yang lengkap yang melingkupi seluruh aspek eksistensi kehidupan manusia. Islam memberikan tuntunan bagi seluruh aspek kehidupan baik pribadi dam sosial, material dan moral, ekonomi dan politik,, legal dan kultural, serta nasional dan internasional. Al-Qur’an mengajak manusia agar memeluk Islam tanpa keraguan dan mengikuti tuntunan Ilahi dalam segala aspek kehidupan.
d. Keseimbangan antara pribadi dan masyarakat
Islam menciptakan keserasian dan keseimbangan antara individualisme dan kolektivisme. Keduanya mempunyai hak dan kewajiban sehingga harus ditunaikan secara selaras dan sebaik-baiknya.
e. Universalitas dan Humanisme
Islam bersifat menyeluruh dan sangat menjunjung tinggi kemanusiaan, Islam menghendaki perdamaian dan persatuan Umat.
f. Keajegan dan perubahan
Yang dimaksud keajegan dalam Islam bukan berarti kaku, datar dalam setiap hal. Islam bisa menerima perubahan. Keduanya harus dijalankan secara luwes dan seimbang, sehingga prinsip Islam tetap ada tanpa terganggu oleh perubahab yang ada.


3. Karakter Islam Antara Normativitas dan Historitas
Para ilmuwan mencoba untuk melakukan berbagai pendekatan guna mengenali karakteristik ajaran Islam. Misalnya Harun Nasution menggunakan pendekatan filosofis dan historis sebagai acuannya. H.M Rasyidi melakukan pendekatan normatif legalistik. Karakteristik normatif yaitu karakteristik yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya terdapat penalaran manusia.
Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui konsepnya dalam berbagai bidang. seperti bidang agama, ibadah, mu’amalah, yang didalamnya mencakup masalah pendidikan, illmu pengetahuan, kebudayaan, sosisal, ekonomi, politik, lingkungan hidup, kesehatan. Serta Islam sebagai sebuah disiplin Ilmu. sedangkan karakteristik Historistik adalah Ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.
Macam-macam karakteristik Islam:
a. Kerobbanian
Kerobbanian adalah karakteristik konsep Islam yang terutama dan sumber dari karakteristik lainnya, konsep Islam ini merupakan aqidah yang diwahyukan dari Allah SWT dan bersumber dari pada-Nya saja. Konsep ini diterima oleh seluruh unsur keberadaan manusia bukan diciptakan oleh manusia sebagaimana konsep keberhalaan. sehingga apa yang dikerjakan manusia menurut karakteristik Islam konsep Rabbani ini hanyalah menerima, memahami, beradaptasi dengannya dan menerapkan tuntutan-tuntutannya dalam kehidupan manusia.
b. Kekonstanan
Kekonstanan terdapat pad sendi-sendi pokok konsep dan nilai-nilai yang esensial dalam Islam, karena sendi-sendi dan nilai-nilai ini tidak berubah dan tidak berimbang dengan berkembangnya fenomena-fenomena kehidupan yang nyata dan bentuk-bentuk aturan praktis. perubahan pada fenomena-fenomena kehidupan dan bentuk-bentuk aturan ini tetap dalam kerangka sendi-sendi dan nilai-nilai yang tetap dalam konsep. Sehingga tidak ada pelanggaran pokok aturan Islam meskipun telah terjadi perubahan atau kondisi tetap (konstan).
c. Ke-Universalan
Kehidupan aqidah yang dijalani sendiri akan menimbulkan pemikiran yang bersifat parsial sehingga tidak akan pernah mencerminkan suatu kehidupan yang menyeluruh atau universal. Ke-Universalan akan membuat lengkap dan sempurna suatu sistem yang mencakup aqidah dan organisasi kehidupan dan akan memberikan ketenangan pada fitrah manusia, karena ia menghadapi fitrah tersebut dengan tabi’’at yang padu tidak terpecah belah eksistensinya. dengan demikian ke-Universlan akan memberikan kelengkapan dan kesempurnaan serta keterpaduan dalam menjalankan hukum Islam.
d. Keseimbangan
Dalam posisi yang seimbang, maka Islam tidak akan terombang-ambing dalam keadaan kurang atau lebih maupun dari benturan berbagai masalah. yang dimaksud keseimbangan dalam Islam konsepnya yaitu keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat yang merupakan Implementasi keseimbangan antara kemutlakan kehendak Ilahi dengan ketetapan hukum-hukum alam. Apabila manusia hanya mengedepankan salah satunya maka tidak akan terjadi pemuliaan.
e. Keaktifan
Sifat Allah dalam konsep Islam bukanlah sifat yang pasif. Dan kesempurnaan-Nya bukan sifat yang pasif pula, sesungguhnya keaktifan hubungan antara Allah SWT dengan seluruh makhluk-Nya bersifat padu dan aktif. Konsep manusia tentang Tuhannya dan keterkaitan sifat-sifatNya dengan kehidupan manusia, itulah yang menentukan nilai Tuhan di dalam dirinya, disamping menentukan juga sikapnya kepada-Nya.

f. Kerealistisan
Konsep ini berhubungan dengan reailtas-realitas objek yang memiliki wujud yang nyata dan meyakinkan. dan bekas yang realitas. Ia tidak berupa konsep rasional atau idealisme yang tak mempunyai wujud dalam realita. Sehingga dalam kerealistisan konsep dasar Islam akan membawa kepada kehidupan yang bersifat nyata, sebab konsep Islam berhubungan dengan hakikat Ilahi yang nampak dalam jejak bekasnya yang aktif dan efektifitasnya yang nyata. Selain itu juga berhubungan dengan hakikat alam yang nampak dalam gejala-gejalanya yang indrawi, yang memancarkan dan menerima pengaruh.
g. Ketauhidan
Tauhid merupakan sendi pertama konsep Islam, karena dia adalah hakikat pokok dalam aqidah Islam. Tauhid juga merupakan salah satu karakteristik dalam konsep Islam karena luasnya kajiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep Islam adalah satu-satunnya konsep yang tetap tegak di atas landasan tauhid yang murni, dan tauhid merupakan salah satu karakteristik konsep ini, sehingga ketauhidan memberikan pada keunikan dan keistimewaan diantara semua aqidah yang ada di dunia

4. Moralitas Islam dalam Ibadah, Pendidikan, Ilmu dan Sosial
Pada prinsipnya moral tidak seperti akhlak yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits secara mutlak
• Ibadah dalam Islam
Ibadah dalam Islam merupakan cara untuk mensucikan diri. Dasar dari ibadah adalah pengakuan bahwa manusia adalah makhluk Allah, Oleh karena itu, berkewajiban untuk mengabdi kepada-Nya. sedang dalam ajaran Islam konsepsi ibadah berkaitan erat dengan pandangan bahwa landasan kehidupan adalah keyakinan dan pemikiran yang benar, kesucian jiwa dan tindakan yang baik.
Keutamaan Ibadah menurut ajaran Islam antara lain:
a. Bebas dari segala perantara
Islam telah melepaskan Ibadah dari ikatan perantara yang menghubungkan manusia dengan sang pencipta. Islam menghendaki hubungan langsung antara manusia dengan Tuhan-Nya, sehingga perantara tidak diperlukan lagi.
b. Tidak ditunjukkan untuk wilayah tertentu
Islam membebaskan tempat dalam ibadah. Dimana saja manusia dapat menghadapkan wajahnya kepada Tuhannya.
c. Melingkupi segala
Islam tidak terpaku pada bentuk do’a atau pujian tertentu. Segala perbuatan baik yang di lakukan dengan tulus, serta kesadaran bahwa segalanya di lakukan untuk melaksanakan perintah Tuhannya semata-mata mencari keridhoan-Nya.
• Moralitas Islam Dalam Pendidikan
Islam memiliki ajaran khas dalam bidang pendidikan. Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all) dan berlangsung sepanjang hayat (long life education). Dalam bidang pendidikan islam memiliki rumusan yang jelas, dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana dan sebagainya.
Di Al qur’an dijumpai beberapa metode-metode pendidikan seperti metode ceramah, tanya-jawab, diskusi, dan lain-lain. Berbagai metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan materi yang di ajarkan dan dimaksudkan agar tidak membosankan.
• Moralitas Islam Dalam Ilmu
Islam memiliki berbagai disiplin ilmu yaitu ilmu ke-Islaman. Yang termasuk ilmu keislaman adalah Alqur’an/tafsir, hadits/ilmu hadits, ilmu kalam, filsafat, tasawuf, hukum islam, sejarah dan kebudayaan islam, serta pendidikan islam.
Islam dan ilmu akan membawa kepada timbulnya jurusan dan fakultas di IAIN yang tersebar di Indonesia.
• Moralitas Islam Dalam Sosial
Dalam sosial yang di bicarakan adalah hubungan manusia dengan makhluk di sekitarnya secara komprehensif. Baik dalam keluarga, karib maupun masyarakat. Islam memiliki keluasan dalam berinteraksi dengan sesamanya. Islam juga menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiaan, kesamaan derajat, tenggang rasa, dan kebersamaan.

5. Pembaharuan Dalam Islam
Pembaharuan dalam islam mengandung makna modernisasi-modernisasi dalam masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham, adat-istiadat, institusi lama, dan sebagainya. Untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan IPTEK modern.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia islam, terutama pembukaan abad ke-19 yang dalam sejarah islam di pandang sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya membuat ide-ide baru ke dunia Islam tersebut rasionalisme, nasionalisme, dan demokrasi, semua itu akan menimbulkan persoalan baru.
Sebagaimana di Barat, dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan modern. Kata modernitas dianggap mengandung arti negatif, maka untuk menjauhi arti negatif itu apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu pembaharuan.
Pada abad ke-18 dan 19 timbullah kesadaran akan kelemahan dan kemunduran umat Islam pada diri pemimpin-pemimpin setelah adanya hubungan langsung dengan dunia barat. Adanya kontak itu membuat para pemimpin Islam dapat mengadakan perbandingan antara dunia Islam yang sedang menurun dan dengan dunia Barat yang sedang naik. Keadaan ini mendorong pemimpin-pemimpin Islam untuk menyelidiki sebab yang membawa Islam kepada kemunduran dan kelemahan. Selanjutnya mereka memikirkan jalan keluar untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan. Diantara sebab yang ditemukan pemimpin-pemimpin Islam yang membuat Islam lemah dan mundur adalah bahwa Islam yang dianut dan yang di amalkan umat bukan Islam yang sebenarnya. Di dalam Islam telah masuk ajaran dan praktek dari luar. Dengan kata lain, bid’ah yang tidak menguntungkan telah banyak masuk ke dalam Islam. Selain itu juga berkurangnya pemikiran untuk berijtihad untuk menemukan hukuk dari sumber al Qur’an dan Hadits. Mereka lebih banyak bersifat taklid dan menjadi statis. Sehingga timbullah anggapan bahwa hidup di dunia bukan untuk orang Islam tapi untuk orang bukan Islam. Selain itu dalam ajaran jabariyah yang didalamnya terdapat teologi islam mulai mempunyai pengaruh kepada umat Islam diabad pertengahan. Ajaran ini dan ajaran tawakkal yang dibawa tarikat sufi telah menghilangkan dinamika umat Islam, sebagai gantinya timbullah sikap pasif dikalangan umat Islam. Sebab lain ialah pemerintahan absolut yang terdapat di dunia Islam abad pertengahan. Sultan atau raja berbuat sekehendak hati tanpa memperhatikan kepentingan umat. Itulah sebab-sebab penting yang membawa kemunduran dan kelemahan umat Islam. Maka pembaharuan yang perlu dilakukan yaitu umat Islam harus kembali pada ajaran Islam sebenarnya yaitu sebagai mana diamalkan umat Islam dizaman kelasik. Sikap taklid kepada pendapat dan penafsiran lama juga harus ditinggalkan dan pintu ijtihad dibuka, yang dijadikan pedoman hanya Al Qur’an dan Hadits. Dinamika dikalangan umat Islam harus dihidupkan kembali dari paham tawakkal dan paham Jabariyah. Orientasi keakhiratan umat Islam harus diimbangi dengan orientasi keduniaan. Pendidikan tradisional harus diubah dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern kepada kurikulum madrasah. Dalam bidang politik, pemerintahan absolut harus diubah menjadi pemerintahan demokrasi.
Perubahan-perubahan telah banyak terjadi dikalangan umat islam yang pada intinya tidak melanggar ajaran-ajaran agama. Jadi pembaharuan yang terjadi di dunia Islam dimaksudkan untuk kemajuan Islam dengan meninggalkan tradisi lama bukan dengan meninggalkan dasar agama atau ketentuan-ketentuan yang dibawa wahyu.

D. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bawa Islam itu agama yang betul-betul haq disisi Allah SWT, yang menyempurnakan agama-agama terdahulu. Islam memiliki sumber ajaran yaitu al Qur’an dan hadist, selain itu juga digunakan akal dan pikiran atau ro’yu untuk menetapkan hukum yang tidak ditemui dalam alQur’an dan hadist. Islam juga mempunyai karakteristik yang unik dan menarik yang dapat dikaji secara normatifitas dan historistas. Selain itu Islam juga mempunyai moralitas yang kukuh dan menyeluruh. Yang dalam intinya Islam, prinsip dasarnya dan ajaran-ajarannya bersifat selaras dan seimbamg. Islam juga mengenal adanya berbagai pembaharuan atau modernesitas akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi pembaharuan yang dimaksud bukan dengan meninggalkan prinsip pokok ajaran Islam atau aturan-aturan yang telah ditentukan oleh wahyu, akan tetapi dengan meninggalkan tradisi lama.

E. PENUTUP
Demikianlah makalah Sumber Dan Karakteristik Islam yang dapat saya susun. Semoga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang Metodologi Studi Islam. Kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Khurshid, Prinsip-Prinsip Pokok Islam, Jakarta: CV. Rajawali, 1989
Ali, Daud, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV. Rajawali, 1997
Hasan, Ali,M., Studi Islam AlQur’an dan Assunah, Jakarta: Grafindo Persada, 2000
Hakim, Atang, Abdul, Metodologi Studi Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999
Kaelani, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992
Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2001
Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Grafindo,2002
Qutb, Sayyid, Karakteristik Konsepsi Islam, Bandung: Pustaka, 1990

Tidak ada komentar:

Posting Komentar