Minggu, 02 Oktober 2011

SPRITE (Speed Reading technic) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemapuan Membaca Cepat

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek yakni keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya dan sama-sama penting untuk dikuasai. Pada keterampilan membaca tidak hanya kemampuan untuk mengenal huruf-huruf yang disusun menjadi kalimat atau kemampuan melafalkannya saja tetapi keterampilan membaca juga melatih kemampuan mental yang terarah sehingga sanggup menangkap dan memahami gagasan-gagasan yang tersirat.
Salah satu keterampilan membaca yaitu kemampuan membaca cepat perlu dilatihkan kepada setiap orang sejak dini. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Penyebaran informasi semakin cepat baik dari media cetak maupun elektronik. Ada lebih dari 10 buah koran yang terbit setiap hari, seperti Republika, Kompas, Media Indonesia. Ada lebih dari 10 majalah yang terbit  setiap minggu/dua mingguan, seperti: Adil, Forum, Gatra, Tempo dan sebagainya. Ada berapa buku baru dan buku edisi revisi setiap tahun diterbitkan. Ada berapa artikel ilmiah yang berhubungan dari berbagai profesi ditulis setiap tahunnya. Ribuan data sekarang masuk dalam proses dijitasi ke dalam komputer (LMT Trasco:2008). Semua informasi dari berbagai media tersebut dapat diperoleh dengan mudah, tetapi tidak semua informasi juga bisa dibaca. Hal tersebut, terjadi karena keterbatasan waktu yang dimiliki dan kecepatan membaca pun rendah.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan. Keterampilan membaca cepat jarang dilatihkan kepada anak usia sekolah karena keterbatasan waktu yang dimiliki guru untuk melatihkan keterampilan tersebut. Metode dan teknik membaca yang diterapkan untuk melatihkan keterampilan membaca cepat belum efektif dan terkesan monoton. Akibatnya, kemampuan membaca anak relatif rendah terutama dalam kecepatan membaca dan pemahaman bacaan. Selain itu, rendahnya minat baca juga menjadi faktor pendukung rendahnya tingkat kecepatan membaca. Dengan minat baca yang tinggi, motivasi membaca akan semakin tinggi sehingga dengan sendirinya tumbuh kebiasaan membaca dan kecepatan membaca semakin meningkat.
Menyikapi permasalahan tersebut perlu penerapan teknik baru yang efektif sebagai upaya dalam mengatasi masalah.  Teknik tersebut adalah SPRITE (Speed Reading Technic). Penerapan teknik tersebut cukup sederhana, mudah, dan praktis untuk melatih kecepatan membaca. Langkah-langkah SPRITE ada lima yaitu adanya motivasi membaca, latihan periferal (perluasan pandangan mata), latihan kecepatan gerakan mata, survei jenis bacaan, konsentrasi. SPRITE dapat diterapkan untuk anak usia sekolah menengah tetapi, tidak tertutup kemungkinan orang dewasa juga dapat menerapkan teknik tersebut.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis merasa tertarik mencari solusi upaya untuk meningkatkan kecepatan membaca dengan judul SPRITE Sebagai Upaya Meningkatkan Kemapuan Membaca Cepat”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi empat masalah yang berkaitan dengan membaca diantaranya sebagai berikut. Pertama, keterampilan membaca cepat jarang dilatihkan kepada anak usia sekolah  khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kedua, penerapan teknik atau metode membaca cepat belum efektif dilakukan. Ketiga, minat baca masyarakat masih rendah sehingga berpengaruh pada kemampuan membaca cepat.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat difokuskan masalah  penerapan teknik atau metode membaca cepat belum efektif.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan diantaranya sebagai berikut. Bagaimana penerapan teknik SPRITE sebagai upaya peningkatan kemampuan membaca cepat?


E. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan penerapan teknik SPRITE sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat.
F. Manfaat Penelitian
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut. Pertama, bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya SMA, sebagai informasi dalam mengajarkan keterampilan membaca cepat. Kedua, bagi pembaca sebagai motivasi dalam mengembangkan keterampilan membaca cepat. Ketiga, bagi penulis sendiri, sebagai masukkan dalam memperluas pengetahuan tentang pengembangan membaca cepat.










BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Membaca Cepat
Membaca cepat adalah membaca dalam arti menyerap informasi sebanyak-banyaknya dengan kecepatan tinggi (Ermanto, 2008:5). Kecepatan membaca selalu diiringi dengan pemahaman terhadap bacaan yang dibaca. Pembaca yang baik mengetahui apa yang diperlukannya dari bacaan tersebut, mengabaikan atau membuang unsur-unsur yang tidak penting. Biasanya kecepatan membaca dihubungkan dengan tujuan membaca dan bahan bacaan. Dengan demikian, membaca cepat merupakan kegiatan yang bermanfaat, baik dari segi hasil yang diperoleh maupun dari segi keefektifan waktu.
B. Metode Pengembangan Kecepatan Membaca
Menurut Nurhadi (1987:54-56) ada empat metode pengembangan membaca cepat yaitu metode kosakata, metode motivasi, metode bantuan alat, metode gerakan mata. Metode kosakata adalah metode pengembangan kecepatan melalui pengembangan kosakata. Metode tersebut mengarahkan perhatian kepada aspek pembendaharaan kata seseorang. Metode motivasi adalah metode yang menyangkut minat seseorang terhadap bacaan yang dibacanya. Semakin berminat seseorang pada jenis bacaan tertentu, semakin tinggi kecepatan dan pemahaman seseorang. Sebaliknya bila seseorang membaca bacaan yang kurang disukainya, pembaca akan membaca dengan kecepatan rendah.
Metode bantuan alat adalah metode yang menggunakan alat berupa ujung pensil, ujung jari, atau alat penunjuk khusus dari kayu. Alat yang digerakkan dibantu oleh gerakan mata. Jadi kecepatan mata mengikuti kecepatan gerak alat. Selain itu, metode gerak mata, kecepatan membaca dapat dikembangkan dengan meningkatkan kecepatan gerak mata. Kecepatan gerak mata dalam menelusuri unit-unit bahasa dalam bacaan dapat mengembangkan kecepatan dalam membaca.
C. Pengukuran Kecepatan Membaca dan Pemahaman Bacaan
Menurut Soedarso (2004:14) kecepatan membaca seseorang juga dapat diukur dengan rumus berikut ini:
Jumlah kata yang dibaca x 60 = ….  kpm
Jumlah detik untuk membaca
Selanjutnya, Nurhadi (1987:21) mengklasifikasikan tingkat kecepatan membaca seseorang atas tiga kriteria yakni rendah, sedang, cepat dan efektif. Apabila kecepatan membaca seseorang  berkisar antara 175-250 kpm kecepatan tersebut tergolong rendah, sedangkan bila berkisar antara  250-350 kpm termasuk sedang. Kecepatan membaca 400-500 kpm atau lebih dikatakan sebagai pembaca yang cepat dan efektif.  Kecepatan membaca yang ideal untuk anak sekolah menengah sesuai dengan standar isi kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah adalah 300-350 kpm (Mulyasa, 2006:50).
Kecepatan membaca harus diiringi dengan pemahaman bacaan. Cara mengukur pemahaman bacaan menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:156) dapat digunakan rumus berikut ini.
Kemampuan pemahaman bacaan =  Jumlah jawaban betul  x 100 %
Jumlah soal
Menurut Asep Sadikin, dkk (dalam Aritonang, 2006:21) pemahaman isi bacaan terdiri dari lima kategori diantaranya sebagai berikut. Pertama, 91% – 100% jawaban benar = baik sekali. Kedua, 81% – 90% jawaban benar = baik. Ketiga, 71% – 80% jawaban benar = sedang. Keempat, 61% – 70% jawaban benar = kurang. Kelima. …- < 60% jawaban benar = kurang sekali. Sedangkan untuk tingkat pemahaman anak sekolah menengah yang ideal daalah 75% jawaban yang benar.
D. SPRITE (Speed Reading Technic)
SPRITE merupakan teknik baru untuk meningkatkan kemapuan membaca cepat. Teknik tersebut sangat praktis dan dapat diterapkan oleh siapapun. SPRITE merupakan latihan yang dilakukan dengan melakukan persiapan sebelum memulai membaca cepat. Langkah-langkah SPRITE antara lain sebagai berikut. Pertama, memotivasi diri sendiri untuk membaca. Kedua, melatih periferal atau melatih memperluas pandangan mata. Penglihatan periferal yang lebih luas berarti kemampuan untuk menerima informasi lebih banyak dalam satu waktu (DePoter, 2002: 271). Ketiga, melatih kecepatan gerakan mata. Hal tersebut bertujuan agar terhindar dari mebaca kata per kata (Soedarso, 2004:38). Keempat, survei terlebih dahulu jenis wacana yang akan dibaca. Kelima, fokuskan fikiran untuk satu permasalahan yaitu membaca dengan berkonsentrasi (Soedarso, 2004: 50).





























BAB III
METODE PENULISAN

A. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai hubungan fenomena yang diselidiki dan hasilnya tidak dinyatakan dalam angka. Metode ini digunakan karena dapat membantu tujuan yang ingin dicapai yaitu mendeskripsikan penerapan teknik SPRITE sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat.
B. Teknik Penulisan
Data penulisan ini dikumpulkan dengan teknik studi pustaka (Library Research). Penulis mengkaji sejumlah referensi sejumlah buku-buku yang relevan dengan judul karya tulis ini. Maksud studi pustaka ini adalah menemukan teori yang dapat menunjang keabsahan penulisan.
C. Jenis dan Bentuk Data
Jenis dan bentuk data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku–buku yang berhubungan dengan judul penulisan.
D. Sistematika Penulisan
1.         Pendahuluan
pendahuluan berisi gambaran umum tentang masalah-masalah yang ada dalam keterampilan membaca cepat dan upaya untuk meningkatkan kemapuan membaca cepat. Tujuan penulisan ini akan mendeskripsikan penerapan teknik SPRITE sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat.
2.         Telaah Pustaka
Telaah Pustaka merupakan basis untuk dapat menganalisis masalah upaya untuk meningkatkan kemapuan membaca cepat.
3.         Metode Penulisan
Metode penulisan yang merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini dan sitematika tulisan.
4.         Analisis dan Sintesis
Pembahasan merupakan inti dari penulisan, dimana dasar teori diperoleh, dianalisis, dan dikaitkan antara satu dengan yang lainnya. Dalam pembahasan ini mendeskripsikan penerapan teknik SPRITE sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat secara mendetail.
5.         Penutup
Penutup merupakan bagian yang memuat simpulan dan saran dari isi penulisan.














BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
A. Deskripsikan Penerapan SPRITE Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat
Langkah-langkah penerapan SPRITE ada lima yaitu motivasi membaca, peningkatan periferal, kecepatan gerakan mata, survei, dan konsentrasi. Uraian masing-masing langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1.         Motivasi Membaca
Sebelum mulai kegiatan membaca, pembaca perlu dimotivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan minat baca. Motivasi pertama yang diberikan antara lain dengan menyodorkan dan menyakinkan diri dengan kalimat-kalimat ini:
a. Saya sadar membaca itu mudah.
b. Saya adalah pembaca cepat.
c. Saya mampu membaca cepat dan paham isinya.
Kalimat-kalimat tersebut dibaca dalam hati dan dihayati, kemudian menjadikan kalimat-kalimat tersebut sebagai keyakinan awal sebelum membaca. Sesuai dengan kata-kata bijak yang disampaikan oleh Martin Luther King, Kamu adalah apa yang kamu fikirkan. Kata bijak tersebut bermakna bahwa pikiran yang positif maupun negatif yang ada dalam pikiran seseorang merupakan cerminan dirinya sendiri. Dengan kata-kata tersebut, seseorang dengan sendirinya akan terus berfikiran positif dan berusahan mewujudkan pikiran positif tersebut.
Jika dihubungkan dengan kalimat motivasi membaca di atas. Seseorang yang mengatakan membaca itu mudah maka dalam pikiran dan diotaknya membaca itu mudah. Seseorang tersebut akan berusahan untuk meyakinkan diri bahwa membaca itu mudah.
2.         Peningkatan Periferal
Periferal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 (1999:858) berarti proses melihat tidak mengenai pokoknya. Dalam kaitan ini dapat diartikan bahwa pandangan periferal saat membaca maksudnya ketika membaca titik fokus pandangan mata tidak tertuju pada satu demi satu kata secara terpisah. Namun satu fokus mewakili satu bagian baik yang berupa kelompok kata (frase), klausa, atau bagian berdasarkan penjedaan.
Dalam membaca, penglihatan periferal yang lebih luas berarti kemampuan untuk menerima informasi lebih banyak dalam satu waktu. Oleh karena itu, penglihatan periferal perlu dilatih dan ditingkatkan agar lebih luas dan tajam.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melatih periferal salah satu cara yang cukup efektif adalah dengan melihat secara langsung sebuah objek, rentangkan kedua lengan dengan jari telunjuk mengarah ke atas, gerakan lengan ke dalam secara perlahan-lahan hingga melihat jari-jari tadi, perhatikan cakupan pelihatan mata ketika melihat lurus ke depan (DePorter 2002:271).
3.         Kecepatan Gerakan Mata
Latihan kecepatan gerakan mata adalah dengan diberi lembaran yang berisi simbol tiga bintang bintang tiap barisnya. Bintang tersebut yang menjadi fokus pandangan mata atau simbol tersebut juga dikenal dengan nama Tri Fokus Steve Snyder seperti Gambar 1. Untuk membaca simbol-simbol tersebut dengan memperhatikan bagian kiri dengan fokus pada bintang, bagian tengah, dan bagian yang kanan. Hal ini dilakukan berulang-ulang beberapa menit. Pada saat mata berpindah dari satu bintang ke bintang yang lain lalu hitung dalam hati secara berirama 1, 2, 3; 1, 2, 3 (DePoter, 2002:272).
——*—–  —–*—–  —–*——
——*—–  —–*—–  —–*——
——*—–  —–*—–  —–*——
——*—–  —–*—–  —–*——
——*—–  —–*—–  —–*——
——*—–  —–*—–  —–*——
Gambar 1. Simbol-simbol Tri Fokus Steve Snyder
Latihan memfokuskan mata pada tiga titik bertujuan untuk menghindari membaca kata perkata sehingga dalam satu baris sebuah wacana dibagi menjadi tiga bagian atau tiga frase agar lebih mudah memahami bacaan tersebut.
4.         Survei
Survei atau prabaca merupakan teknik untuk mengenal bahan sebelum membaca secara keseluruhan. Survei dilakukan beberapa menit dengan cara yang sistematis dengan tujuan menentukan jenis baca, menemukan ide-ide penting dan menentukan kecepatan membaca (Soedarso, 2004:60). Setiap jenis bacaan kecepatan membacanya akan berbeda misalnya: jenis bacaan novel (fiksi) akan berbeda dengan jenis bacaan ilmiah. Hal tersebut terjadi karena jenis bacaan seperti novel (fiksi), informasi yang dikandungnya dapat cepat diketahui sedangkan jenis bacaan ilmiah perlu analisa yang mendalam sehingga kecepatan membaca akan lebih lambat dari bacaan fiksi.
5.         Konsentrasi
Sebelum membaca perlu dilakukan latihan untuk meningkatkan konsentrasi menurut Chung Moo II (dalam Soedarso, 2004:50) ada dua cara yang dapat digunakan untuk melatih konsentrasi ”menelusuri benang kusut”, dan ”menghitung titik berderetan”. Selain itu, agar lebih konsentrasi dalam membaca persiapkanlah diri dengan baik seperti minimalkan gangguan dari apapun, duduk dengan sikap tegap dan mulai fokus pada bahan bacaan. Bentuk latihan konsentrasi yang diterapkan pada SPRITE ini dan cukup efektif yaitu dengan menghitung titik berderetan.
Latihan menghitung titik-titik berderetan
a.       Hitunglah titik yang berderetan vertikal satu demi satu dari atas sampai terbawah dalam waktu dua menit.
b.      Dengan demikian hitung titik yang berderetan horizontal satu demi satu dari kiri sampai titik paling kanan dalam waktu dua menit.
: .
:                                    :
: :
: .
.                                     .
: :
……………………..…:……………………………………
:                                     :
……………… ………..:…………………………………..
. :
.                                      .
: :
:                                     .
.                                      :
: :
. :
Gambar 2.  Konsentrasi Memusatkan Perhatian
Kelima langkah dalam SPRITE tersebut dilaksanakan sebelum memulai membaca baca yang tujuannya untuk melatih segala komponen yang berhubungan dengan membaca cepat dan pemahaman. Komponen dalam membaca terdiri dari pertama, keinginan dari diri sendiri untuk membaca. kedua, periferal atau perluasan pandangan mata yang dilakukan untuk dapat melihat secara keseluruhan bahan bacaan baik itu dari sisi kiri, tengah maupun kanan bacaan. Ketiga, mempercepat gerakan mata karena jika gerakan mata sudah cepat maka dalam membaca akan terhinadar dari membaca kata pertkata yang dapat memperlambat kecepatan gerakan mata. Keempat, mensurvei jenis bacaan yang akan dibaca. Hal tersebut bertujuan agar nantinya pembaca dapat menetukan kecepatan membaca bacaan tersebut karena setiap jenis bacaan berbeda kecepatan membacanya sesuai dengan tingkat kesulitan pemahaman dan tujuan membacanya. Kelima, konsentrasi. Segala sesuatu yang dilakukan perlu konsentrasi agar hasilnya dapat maksimal. Demikian juga dengan membaca cepat, konsentrasi sangat penting karena tanpa konsentrasi isi bacaan tidak akan diperoleh secara maksimal sehingga kecepatan membaca tidak akan berguna.
Setelah melaksanakan kelima langkah SPRITE tersebut mulailah membaca bacaan yang ingin dibaca dan lakukan tes kemapuan membaca cepat pada lampiran I.















BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari analisis dan sintesis tersebut dapat diambil simpulan bahwa penerapan SPRITE sebagai upaya meningkatkan kemapuan membaca cepat terdiri dari lima langkah yang dilaksanakan sebelum memulai membaca baca. Hal tersebut tujuannya untuk melatih segala komponen yang berhubungan dengan membaca cepat dan pemahaman. Lima langkah SPRITE tersebut adalah motivasi membaca, peningkatan periferal, peningkatan kecepatan gerakan mata, survei terlebih dahulu jenis wacana yang akan dibaca, fokuskan fikiran untuk satu permasalahan yaitu membaca dengan berkonsentrasi.
B. Saran
Untuk meningkatkan kecepatan membaca, maka semua ini tidak terlepas dari kemauan dan kerjasama dari semua pihak. Untuk itu diharapkan kepada:
1.    Pembaca, agar dapat menyadari bahwa membaca itu penting, khususnya keterampilan membaca cepat.
2.    Pemerintah, agar dapat lebih mengiatkan program gemar membaca kepada masyarakat dalam sekolah dan luar sekolah.
3.    Guru mata pelajaran bahasa Indonesia, agar lebih kreatif lagi untuk mengajarkan keterampilan membaca cepat di sekolah salah satunya menggunakan SPRITE sebagai teknik baru untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Keke T. 2006. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Cepat. Jakarta: Jurnal Pendidikan Penabur – No.06/Th.V/Juni.
Depdiknas. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
De Porter, B dan Hemacki, M. 2002. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Ermanto. 2008. Keterampilan Membaca Cerdas: Cara Melejitkan Kecepatan dan Kemampuan Membaca. Padang: UNP Press.
Harjasujana A. S.dan Mulyati. 1997. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud.
LMT Trasco. 2008. Pentingnya Membaca. Artikel. Dalam www.CeLoTEHan_Eka.123.htm. Diakses tangal 20 Februari 2009.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Rineka
Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Malang: Setia Budi.
Soedarso. 2004. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Simbol-simbol Tri Fokus Steve Snyder
Gambar 2.  Konsentrasi Memusatkan Perhatian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar