وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا (الإسراء: 24)
يأمر الله المسلم ان يدعو ربه أن يرحم والديه ، لأنهما ربياه صغيرا، أي لأنهما قالما برعاية شؤونه وتنشئته وتوجيهه.
يأمر الله المسلم ان يدعو ربه أن يرحم والديه ، لأنهما ربياه صغيرا، أي لأنهما قالما برعاية شؤونه وتنشئته وتوجيهه.
PENDIDIKAN ADALAH SEBUAH AKTIFITAS (AMALIYAH) YANG DILAKUKAN OLEH INDIVIDU ATAU KUMPULAN INDIVIDU DITUJUKAN KEPADA INDIVIDU-INDIVIDU LAIN, DAN MEMBERIKAN PENGARUH PADA PERILAKU MEREKA (SULUK).
PENDIDIKAN = AMAL KEGIATAN, YANG MELIPUTI RI`AYAH (Perhatian secara intens), TAUJIH (pengarahan), TANSYI’AH (Pembentukan & Pertumbuhan), YANG DAPAT MEMBANTU PEMBENTUKAN PRILAKU INDIVIDU (PESERTA DIDIK), DAN MEMBANTU TUMBUH KEMBANGKAN ASPEK-ASPEK PERTUMBUHAN INDIVIDU, AKALNYA, JASMANINYA, SOSIALNYA, KEJIWAAANNYA, AKHLAKNYA …… DST
AKTIFITAS PENDIDIKAN DIMULAI DARI RUMAH TANGGA (USRAH MUSLIMAH), TERLETAK DI PUNDAK KEDUA ORANGTUA ANAK-ANAK, MENGARAHKAN PERTUMBUHAN MEREKA (SECARA MENYELURUH), DALAM RANGKA MENJAGA MEREKA DARI KEMURKAAN ALLAH DAN ADZAB NYA, SEKALIGUS MEWUJUDKAN UNSUR KEMANUSIAN MEREKA DAN KEMASLAHATAN SOSIAL MEREKA.
MASJID, SEKOLAH-SEKOLAH, YAYASAN-YAYASAN PENDIDIKAN KEMUDIAN KINI DIRASAKAN SANGATLAH MEMBANTU KELUARGA MUSLIM DALAM AMALIYAH PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN, BAIK YANG KONVENSIONAL MAUPUN YANG MODERN.
DISAMPING ITU BERPERAN PULA BANYAK MEDIA YANG MEMBANTU PENDIDIKAN, SEPERTI : TV, RADIO, INTERNET, MEDIA CETAK, DLL.
YANG SERING MENJADI PERSOALAN, ADALAH KETIKA SEBAGIAN YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM ITU MENYIMPANG DARI PENGAJARAN-PENGAJARAN ISLAM DAN DALAM MEWUJUD KAN SASARAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM.
SUATU KEWAJIBAN, BAHWA PENDIDIKAN ISLAM HARUS MEMANCAR DARI AQIDAH ISLAM YANG SHAHIH DAN MELAYANI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN MASYARAKATNYA, TUJUAN-TUJUANNYA DAN NILAI-NILAINYA SESUAI DENGAN TSAQAFAH (culture) DAN HADLARAHNYA (Peradaban).
SETIAP MASYARAKAT MEMILIKI KEBUTUHAN BERBEDA-BEDA, TERGANTUNG DARI AQIDAH MASYARAKAT ITU SENDIRI DAN KEBUTUHAN SERTA KEMASLAHATAN NYA.
OLEH KARENA ITU YANG BAIK BAGI MASYARAKAT AMERIKA BELUM TENTU BAIK BAGI MASYARAKAT KOMUNIS. BEGITU PULA YANG BAIK BAGI MASYARAKAT BARAT TIDAK BAIK BAGI MASYARAKAT ISLAM.
YANG HARUS MENJADI KEYAKINAN DAN SIKAP BAGI MUSLIM MURABBI :
BAHWA PENDIDIKAN ISLAM YANG MEMANCAR DARI AQIDAH ISLAM YG UNIVERSAL ITU DAN DARI TUJUAN-TUJUAN KEMANUSIAAN, BEKERJA UNTUK MELAYANI (BERHIDMAT) INDIVIDU, MASYARAKAT DAN KEMANUSIAAN. OLEH KARENA ITU (KITA MESTI YAKIN SEKAIN-YAKINNYA), BAHWA PENDIDIKAN ISLAM DAPAT MEMPERBAIKI SEMUA MASYARAKAT DAN UMAT-UMAT MANUSIA SERTA BANGSA-BANGSA, SEBAB ISLAM DITURUNKAN SEBAGAI RAHMAT. QS AL ANBIYA’: 107. DAN QS AT TAUBAH: 33.
Ahmad Tafsir (1994) menyatakan bahwa pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba (abd) dihadapan Khaliq-nya dan sebagai 'pemelihara' (khalifah) pada semesta-(Tafsir, 1994). Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakn peserta didik (generasi penerus) dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan).
Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar-benar bisa dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita saksikan, di mana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah Arab, Asia Barat hingga Eropa Timurabad pertengahan, di mana peradaban dan kebudayaan Islam berhasil menguasai jazirah Arab, Asia Barat dan Eropa Timur, tidak dapat dilepaskan dari adanya sistem dan paradigma pendidikan yang dilaksanakan pada masa tersebut.
Penididikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menjuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan Khaliq-nya dan juga sebagai Khalifatu fil ardh (pemelihara) pada alam semesta ini.
Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan generasi penerus (peserta didik) dengan kemampuan dan keahliannya (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ketengah lingkungan masyarakat.
Bagi Al-Attas, ilmu dalam dunia pendidikan adalah sesuatu yang sangat prinsipil. Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana pencapaian tujuan-tujuan sosial-ekonomi, tetapi secara khusus juga berperan dalam mencapai tujuan-tujuan spiritual manusia. Hal ini tidak berarti bahwa tujuan aspek-aspek sosial-ekonomi dan politik tidak penting, tetapi kedudukannya lebih rendah dan lebih difungsikan sebagai pendukung aspek-aspek spiritual. Konsekuensinya kita perlu mendefiniskan Ilmu dalam kaitannya dengan realitas sepiritual manusia[5]. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Islam And Secularism. Lahore: Suhail Academy Pakistan 1998.
Untuk itu, adanya sebuah paradigma pendidikan yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan.
Kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam pada masa kejayaan sepanjang abad pertengahan, di mana peradaban dan kebudayaan Islam berhasil menguasai jazirah Arab, Asia Barat dan Eropa Timur, tidak dapat dilepaskan dari adanya sistem dan paradigma pendidikan yang dilaksanakan pada masa tersebut.
Kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam pada masa kejayaan sepanjang abad pertengahan, di mana peradaban dan kebudayaan Islam berhasil menguasai jazirah Arab, Asia Barat dan Eropa Timur, tidak dapat dilepaskan dari adanya sistem dan paradigma pendidikan yang dilaksanakan pada masa tersebut.
Kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat Islam ini tidak muncul secara spontan dan mendadak, namun kesadaran ini merupakan efek dari sebuah proses panjang yang dimulai pada masa awal Islam (masa ke-Rasul-an Muhammad). Pada masa itu Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan pengikutnya (baca; umat Islam) akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadis yang menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki pengetahuan. Bahkan dalam sebuah riwayat yang sangat termashur disebutkan bahwa Muhammad menyatakan menuntut ilmu merupakan sesuatu yang diwajibkan bagi umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan.
PENDIDIKAN BARAT YANG BERPIJAK PADA FILSAFAT: IA MEMBEDAKAN ANTARA PENGERTIAN TARBIYAH DAN TA`LIM.
MEREKA MENGATAKAN:
PENDIDIKAN ITU BEKERJA MENGARAHKAN PERTUMBUHAN INDIVIDU, AKALNYA, AKHLAKNYA, JASMANIYA, KESEHATAN DAN KEJIWAANNYA. DAN INI MERUPAKAN AKTIFITAS TOTAL MENYELURUH MELIPUTI SELURUH ASPEK PERTUMBUHAN INSAN.
SEDANG PENGAJARAN (TA’LIM) LEBIH MENNEKANKAN PADA AMALIYAH YANG BERKAITAN DENGAN ASPEK AKAL SAJA, ATAU ASPEK-ASPEK PENGETAHUAN (MA`RIFAH), YANG MELIPUTI TRANSFER PENGETAHUAN, HAKIKAT-HAKIKAT DAN PEMAHAMAN-PEMAHAMAN.
PENDIDIKAN ITU BEKERJA MENGARAHKAN PERTUMBUHAN INDIVIDU, AKALNYA, AKHLAKNYA, JASMANIYA, KESEHATAN DAN KEJIWAANNYA. DAN INI MERUPAKAN AKTIFITAS TOTAL MENYELURUH MELIPUTI SELURUH ASPEK PERTUMBUHAN INSAN.
SEDANG PENGAJARAN (TA’LIM) LEBIH MENNEKANKAN PADA AMALIYAH YANG BERKAITAN DENGAN ASPEK AKAL SAJA, ATAU ASPEK-ASPEK PENGETAHUAN (MA`RIFAH), YANG MELIPUTI TRANSFER PENGETAHUAN, HAKIKAT-HAKIKAT DAN PEMAHAMAN-PEMAHAMAN.
ISLAM TIDAK MEMBEDAKAN KEDUA PERISTILAHAN TERSEBUT, SECARA JELAS AL QUR’AN TIDAK MEMISAHKAN ANTARA KEDUANYA, KITA DAPATI PENGGUNAAN LAFAZH “`ILMU” LEBIH BANYAK DARI LAFAZH (RABBA). HAL INI MENUNJUKKAN BAHWA AMALIYAH TA`LIM-TARBAWI ITU MENYELURUH (SYAMILAH) MELIPUTI SELURUH ASPEK-ASPEK INSANI (JAWANIBUL INSAN). MISAL DALAM QS AL-JUM`AH:
APA ITU TSAQAFAH ?
TSAQAFAH DAPAT DIPAHAMI SEBAGAI : “HIMPUNAN PENGETAHUAN, AQA’ID, SENI, AKHLAK, NILAI- NILAI, ADAT KEBIASAAN DAN TAQALID.
OLEH KARENA ITU SETIAP BANGSA (MASYARAKAT) MEMILIKI TSAQAFAH SENDIRI-SENDIRI, DAN BERBEDA-BEDA SATU DENGAN LAINNYA.
OLEH KARENA ITU SETIAP BANGSA (MASYARAKAT) MEMILIKI TSAQAFAH SENDIRI-SENDIRI, DAN BERBEDA-BEDA SATU DENGAN LAINNYA.
DALAM ERA “GHAZWUL FIKRI”, MAKA SETIAP BANGSA BERKEHENDAK KERAS SECARA SISTIMATIS BERUSAHA MEYAKIN KAN BANGSA LAIN AGAR TSAQFAH MEREKA DIANGGAP YANG PALING ASHLAH DAN PATUT DIIKUTI. HAL INI SANGAT TERASA BAGI DUNIA ISLAM, DIMANA KAUM PENJAJAH BERUPAYA KERAS MENANAMKAN TSAQFAH MEREKA BAGI MASYARAKAT MUSLIM. HAL INI MENJADI MUDAH JIKA DILAKUKAN MELALUI PENDIDIKAN.
OLEH KARENA ITU ISLAM MENGHARAMKAN PENGANUTNYA UNTUK “TASYABBUH” TERHADAP SELAIN MUSLIM, DAN HARAM MEMBERIKAN “WALA’ “ KEPADA SELAIN ORANG-ORANG MUKMIN. QS AL MAIDAH: 57 DAN INGAT SABDA NABI SAW: “MAN TASYABBAHA BI QAUMIN FAHUWA MINHUM” . HR. ABU DAWUD.
KEWAJIBAN MUSLIM MURABBI ADALAH MENJAGA DAN MEMELIHARA TSAQAFAH ISLAM DALAM MASYARAKAT MUSLIM, DAN MELAWAN SEMUA TSAQAFAH YANG BERTENTANGAN DGN AL QUR’AN DAN AS SUNNAH, DENGAN MEMENUHI HAJAT MASYARAKAT MUSLIM, TUNTUTAN-TUNTUTANNYA, KEPRIBADIANNYA, DAN KEMULIAANNYA.
وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ، ولا تتبعوا السبل، فتفرق بكم عن سبيله، ذلكم وصاكم به لعلكم تتقون (الأنعام: 153)
ياأيها الذين آمنوا لا تتخذوا الذين اتخذوا دينكم هزوا ولعبا من الذين أوتوا الكتاب من قبلكم ، واتقوا الله إن كنتم مؤمنين (المائدة: 57) كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : {من تشبه بقوم فهو منهم}
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM, MERUBAH MANUSIA KE ARAH YANG LEBIH BAIK, SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG, DENGAN MANHAJ (SISTEM DAN KURIKULUM) YANG KHAS DAN CARA/SARANA (WASAIL) YANG KHAS KHAS PULA.
ITULAH TUGAS “TAKAYYUF”, YAITU: AMALIYAH UNTUK MELURUSKAN INDIVIDU KEPADA KECENDERUNGANNYA (MUYUL-NYA) DAN TUJUANNYA (AHDAFNYA)
ITULAH TUGAS “TAKAYYUF”, YAITU: AMALIYAH UNTUK MELURUSKAN INDIVIDU KEPADA KECENDERUNGANNYA (MUYUL-NYA) DAN TUJUANNYA (AHDAFNYA)
Tujuan akhir pendidikan dalam Islam adalah proses pembentukan diri peserta didik (manusia) agar sesuai dengan fitrah keberadaannya (al-Attas, 1984). Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan -terutama peserta didik-- untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring dengan kemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran. Bahkan dalam paradigma pun terjadi pergeseran dari paradigma aktif-progresif menjadi pasif-defensif. Akibatnya, pendidikan Islam mengalami proses 'isolasi diri' dan termarginalkan dari lingkungan di mana ia berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar