Sabtu, 14 Juli 2012

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Setiap usaha, kegiatan, tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan haruslah mempunyai dasar atau landasan sebagai tempat berpijak yang baik dan kuat. Demikian juga dengan proses pendidikan, sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja yang
berfungsi sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut. Maka tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja untuk memberikan arah bagi programnya. Sebab adanya dasar pendidikan berfungsi sebagai jalan menuju arah dari usaha tersebut.
1) Dasar Relegius
Dasar relegius adalah yang bersumber dari ajaran agama. Dasar  relegius ilmu pendidikan Islam adalah Al-Qur'an, As-Sunnah dan Ijtihad.
a) Al-Qur'an
Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah Al- Qur’an dan Al-Hadits. Dalam Al-Qur’an, surat Asy-Syura: 52
Artinya : “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al- Qur’an) dengan perintah Kami sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya yang Kami beri petunjuk dengan dia siapa yang Kami kehendaki diatara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang benar” (Dahlan dan Sahil, 1999: 873).
b) As-Sunnah
As-Sunnah adalah sumber kedua hukum Islam, segala aktivitas umat Islam termasuk aktivitas dalam pendidikan. Alasan As- Sunnah dapat dijadikan sumber pendidikan yang kedua adalah:
a) Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar mentaati kepada rasulullah dan wajib berpegang teguh atau menerima segala yang datang dari rasul Allah.
b) Pribadi rasulullah adalah teladan bagi umat Islam.
c) Al-Ijtihad
Yang dimaksud Al-Ijtihad dalam kaitannya dengan pendidikan Islam adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh ulama'- ulama' Islam dalam memahami nas-nas Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabi yang berhubungan dengan penjelasan dan dalil tentang dasar pendidikan Islam, sistem dan arah pendidikan Islam.
Menurut Al-Syaibany dalam Jalaluddin (1996: 37) dari ayat Al- Qur’an dan Al-Hadits Nabi di atas dapat diambil titik relevansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan agama, kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma’ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagat raya, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlak, dengan merujuk kepada sumber asal (Al-Qur’an dan Al-Hadist) sebagai sumber utama.
Pernyataan firman Allah “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah: 2) adalah suatu kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran spekulatif, lestari dan tidak bersifat tentatif (sementara). Kebenaran yang seperti itu pula yang dijadikan dasar pemikiran dalam membina sistem pendidikan Islam.
Berbeda dengan kebenaran yang dibuat oleh hasil pemikiran manusia, karena bagaimanapun kebenaran hasil pemikiran manusia terbatas oleh ruang dan waktu selain itu hasil pemikiran tersebut mengandung muatan subyektif sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Adanya kedua faktor tersebut mendorong hasil pemikiran para ahli pendidikan untuk melahirkan konsep pendidikan yang sesuai dengan pandangan hidupnya masing-masing (Jalaluddin dan Said, 1996: 38).
2) Dasar Yuridis
Dasar ideal pendidikan Islam adalah pancasila yaitu sila pertama yang berbunyi: "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Dalam mewujudkan sila pertama atau yang lain kita membutuhkan pendidikan Islam, karena dengan pendidikan Islamlah kita dapat menjalankan syari'at dengan baik dan benar.
3) Dasar konstitusional (UUD 1945)
Dasar konstitusional adalah dasar yang bersumber dari perundangundangan yang berlaku, dasar pendidikan Islam di sini adalah pasal 29 ayat 1 dan 2 yaitu:
Ayat 1: "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa".
Ayat 2: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu".
              Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah tergambar secara utuh dalam dalam suatu konsep dasar yang kokoh. Islam pun telah menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu pada syariat Islam. Perilaku yang dimaksud adalah penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia itu.
      Aspek keimanan dan keyakinan menjadi landasan aqidah yang mengakar dan integral serta menjadi motivator yang menggugah manusia untuk berpandangan ke depan serta optimis, sungguh-sungguh dan kesadaran. Sudah barang tentu kesemuanya ini berdasarkan pada suatu sumber pokok yaitu Al-Qur’an dan Hadis.1
      Pada Bab ini, akan dipaparkan pengertian dan dasar-dasar pendidikan Islam.
      A. Pengertian Dasar Ilmu Pendidikan Islam
      Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “dasar” berarti: 1. alas; fundamen 2. pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran, aturan); asas 3. lapisan yang paling bawah.2 Oleh karena itu, dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar adalah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu.
      Kata “ilmu” secara etimologi berasal dari bahasa Arab “‘ilmu” yang berarti “idrak al-syai” (pengetahuan terhadap sesuatu). Orang yang tahu disebut “‘alim”, sedangkan orang yang mencari tahu (ilmu) disebut “Muta’allim”. Jadi ilmu berarti “pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.”3
      Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang telah mendapat prefiks “pe” dan sufiks “an” mengandung arti “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”4
      Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa Arab yang berarti selamat (jalannya orang-orang yang diberi petunjuk). Al-Jurjani mendefinisikan Islam sebagai “rasa ketundukan dan kepatuhan terhadap semua ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.”5 Islam adalah agama yang paling benar di sisi Allah, yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis.
      Dengan demikian, dasar pendidikan Islam berarti landasan yang digunakan dalam melakukan proses pendewasaan anak didik; baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis.
      B. Dasar Ilmu Pendidikan Islam
     1. Dasar Ideal
      Berbicara tentang dasar ilmu pendidikan Islam berarti juga berbicara tentang kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Karena semua aspek kehidupan yang terkandung di dalam ajaran Islam berasaskan kepada kedua sumber pokok, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Kedua dasar ini kemudian dikembangkan sesuai dengan pemahaman para ulama, baik dalam bentuk  qiyas syar’i, ijma yang diakui, ijtihad, dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pemikiran yang menyeluruh dan terpadu; tentang jagat raya, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan, dan akhlak dengan merujuk kepada sumber asal (Al-Qur’an dan Hadis) sebagai sumber utama.6
      Alasan bahwa pendidikan Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis adalah berdasarkan firman Allah:
                  
Artinya: “...Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. al-Maaidah: 44)
                         
Artinya: “...Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia akan bahagia sebenar-benar bahagia.” (QS. Al-Ahzab: 71)
      Ayat pertama tegas mengatakan bahwa dasar hukum yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam mengambil segala kebijakan, termasuk bidang pendidikan adalah Al-Qur’an. Sementara ayat kedua menjelaskan bahwa percaya dan mematuhi Allah tidaklah cukup tanpa beriman dan mematuhi Rasul-Nya sebagai penjelas dari segala ajaran yang diwahyukan Allah. Oleh karena itu, apabila seseorang mematuhi Allah dan Sunah Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
      Sebaliknya, apabila manusia tidak mengatur seluruh aspek kehidupannya dengan berlandaskan kepada kitab Allah dan Sunnah Rasul, maka kehidupan mereka akan menjadi sempit (sengsara) dan dikuasai oleh setan. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
           
Artinya: “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka adalah baginya kehidupan yang sempit.” (QS Thaha: 124)
      Said Ismail Ali, sebagaimana dikutip oleh Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dasar ideal pendidikan Islam terdiri dari enam macam, yaitu:  Al-Qur’an, Hadis, kata-kata sahabat, kemaslahatan umat, nilai-nilai dan adat kebiasaan masyarakat, serta hasil pemikiran para intelektual muslim.7 Berikut ini akan dijelaskan dasar-dasar yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
       a. Al-Qur’an
      Bagi setiap umat yang memeluk Islam sebagai agamanya dianugerahkan oleh Allah sebuah kitab suci Al-Qur’an yang komprehensif menjelaskan pokok-pokok ajaran yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, sudah barang tentu dasar pendidikan sebagai bagian dari aspek kehidupan manusia adalah bersumber kepada Al-Qur’an.
      Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam di samping Sunnah beliau sendiri.8 Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat lain, di samping ayat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu firman Allah:
Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu (Al-Qur’an) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Al-Nahl: 64)
      Sehubungan dengan masalah ini, Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan sebagai berikut: “Pada hakikatnya Al-Qur’an itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Al-Qur’an pada umumnya merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moral (akhlak), dan spiritual (kerohanian).”
      Begitu pula halnya, Al-Nadwi, sebagaimana dikutip Ramayulis, mempertegas dengan menyatakan bahwa: “Pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah bersumber kepada aqidah Islamiyah. Sekiranya pendidikan umat Islam itu tidak didasarkan kepada aqidah yang bersumberkan Al-Qur’an dan Hadis, maka pendidikan itu bukanlah pendidikan Islam, tetapi pendidikan asing.”9
      Islam memiliki objek keyakinan yang jelas karena disajikan secara memuaskan lewat Al-Qur’an yang dengannya manusia akan menyaksikan realitas sebagai bahan perenungan serta mengantarkan manusia pada pengetahuan tentang kekuasaan dan keesaan Allah sesuai dengan tabiat psikologis dan fitrah keagamaan manusia. Jika seseorang merenungkan firman Allah, maka ia akan menemukan bahwa Al-Qur’an menjadikan dirinya sebagai bahan renungan sehingga ia mampu melihat bagaimana Allah menciptakan dirinya dari segumpal darah, mengajarinya membaca, menulis, atau mendayagunakan alam semesta dan dapat dididik.
      Kelebihan Al-Qur’an di antaranya, terletak pada metode yang menakjubkan dan unik sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, Al-Qur’an mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa mengesakan Allah serta mengimani hari akhir.
      Al-Qur’an mengawali konsep pendidikannya dari hal yang sifatnya konkret, seperti hujan, angin, tumbuh-tumbuhan, guntur atau kilat menuju hal yang abstrak, seperti keberadaan, kebesaran, kekuasaan dan berbagai sifat kesempurnaan Allah.10
       b. Sunnah
      Setelah Al-Qur’an, pendidikan Islam menjadikan Sunnah Rasulullah SAW sebagai dasar dan sumber kurikulumnya. Secara harfiah, Sunnah berarti jalan, metode dan program. Sedangkan secara istilah, sunah adalah sejumlah perkara yang dijelaskan melalui sanad yang sahih, baik itu berupa perkataan, perbuatan, peninggalan, sifat, pengakuan, larangan, hal yang disukai, dan dibenci, peperangan, tindak tanduk dan seluruh aktivitas kehidupan Nabi SAW. Pada hakikatnya, keberadaan Sunnah ditujukan untuk mewujudkan dua sasaran, yaitu:
1. Menjelaskan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an. Tujuan ini diisyaratkan Allah dalam firman-Nya:
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya.” (QS. Al-Nahl: 44)
2. Menjelaskan syariat dan pola perilaku, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah:
                                          
Artinya: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya (Al-Qur’an), menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah.” (QS. Al-Jumu’ah:2)
      Dalam dunia pendidikan Sunnah mempunyai dua manfaat pokok; pertama, Sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep Al-Qur’an serta lebih memerinci penjelasan dalam Al-Qur’an. Kedua, Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan. Misalnya, kita dapat menjadikan kehidupan Rasulullah SAW dengan para sahabat maupun anak-anaknya sebagai sarana penanaman keimanan.
      Oleh Robert L. Gullick dalam bukunya “Muhammad The Educational” sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin Rahmat, mengatakan:
            Muhammad betul-betul seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar serta melahirkan ketertiban dan kestabilan yang mendorong perkembangan budaya Islam suatu revolusi, sesuatu yang memiliki tempo yang tidak tertandingi dan gairah yang menantang. Dari sudut pragmatis, seorang yang mengangkat prilaku manusia adalah seorang pangeran di antara pendidik.11
      Rasulullah adalah sosok pendidik yang agung dan pemilik metode pendidikan yang unik. Beliau sangat memperhatikan manusia sesuai dengan kebutuhan, karakteristik dan kemampuan akalnya, terutama jika beliau berbicara dengan anak-anak.                    
                c. Perkataan Para Sahabat (Qaul al-Shahabah)
      Pada masa Khulafa’ al-Rasyidin, sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami perkembangan. Selain Al-Qur’an dan Sunnah juga perkataan, sikap, dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat dipegangi karena Allah sendiri dalam Al-Qur’an memberi pernyataan:
Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menjadikan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya  selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Taubah: 100)
      Di antara perkataan sahabat yang dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1.  Perkataan Abu Bakar setelah dibai’at menjadi khalifah, ia mengucapkan pidato sebagai berikut:
      “Hai manusia saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Jika aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutilah aku. Tapi jika aku berbuat salah, betulkanlah aku, orang yang kamu pandang kuat, aku pandang lemah sehingga aku dapat mengambil hak darinya, sedangkan  orang yang kamu pandang lemah, aku pandang kuat sehingga aku dapat mengembalikan haknya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi jika aku tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu taat kepadaku.”
           Menurut pandangan Nazmi Luqa, ungkapan Abu Bakar ini mengandung arti bahwa manusia harus mempunyai prinsip yang sama di hadapan Khaliknya. Selama baik dan lurus, ia harus diikuti, tetapi sebaliknya jika ia tidak baik dan lurus, manusia harus bertanggung jawab memutuskannya.
2.  Umar bin Khattab terkenal dengan sifat jujur, adil, dan cakap serta berjiwa demokratis yang dapat dijadikan panutan masyarakat. Sifat-sifat Umar disaksikan dan dirasakan sendiri oleh masyarakat pada masa itu. Sifat-sifat seperti ini sangat perlu dimiliki oleh seseorang pendidik karena di dalamnya terkandung nilai-nilai paedagogis yang tinggi dan teladan yang baik yang harus ditiru.
      Muhammad Salih Samak, sebagaimana dikutip Ramayulis, menyatakan bahwa contoh teladan yang baik dan cara guru memperbaiki pelajarannya, serta kepercayaan yang penuh terhadap tugas, kerja, akhlak, dan agama adalah kesan yang baik untuk sampai kepada mutlamat pendidikan agama.12
       d. Ijtihad
      Setelah jatuhnya kekhalifahan Ali bin Abi Thalib berakhirlah masa pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin dan digantikan oleh Dinasti Umayyah. Pada masa ini Islam telah meluas sampai ke Afrika Utara bahkan ke Spanyol. Perluasan daerah kekuasaan ini diikuti oleh ulama dan guru atau pendidik. Akibatnya terjadi pula perluasan pusat-pusat pendidikan yang tersebar di kota-kota besar.
      Karena Al-Qur’an dan Hadis banyak mengandung arti umum, maka para ahli hukum Islam, menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut. Ijtihad ini terasa sekali kebutuhannya setelah wafatnya Nabi SAW dan beranjaknya Islam mulai ke luar tanah Arab.
      Para fuqaha mengartikan ijtihad dengan berfikir menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’ah Islam, dalam hal-hal yang belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Hadis dengan syarat-syarat tertentu. Ijtihad dapat dilakukan dengan Ijma’, Qiyas, Istihsan, dan lain-lain.
      Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis bersifat pokok-pokok dan prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang agak terinci, maka rinciannya itu merupakan contoh Islam dalam menerapkan prinsip itu. Sejak diturunkan ajaran Islam sampai wafatnya Nabi Muhammad SAW, Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula.13
       e. Kemasyarakatan
      Masyarakat mempunyai andil yang sangat besar terhadap pendidikan anak-anak. Masyarakat merupakan penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran, dan masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan, pemutus hubungan kemasyarakatan. Atas izin Allah, Rasulullah SAW menjadikan masyarakat sebagai sarana membina umat Islam yang tidak mau terlibat dalam peperangan. Beliau menyuruh para sahabat untuk memutuskan hubungan dengan beberapa orang (tiga orang) yang tidak mau terlibat dalam kegiatan keprajuritan. Pembinaan melalui tekanan masyarakat yang tujuannya jelas untuk kebaikan, merupakan sarana yang paling efektif.14
      Pendidikan kemasyarakatan dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena bagaimanapun masyarakat muslim adalah masyarakat yang satu padu, atau dengan kata lain pendidikan kemasyarakatan bertumpu pada landasan afeksi kemasyarakatan, khususnya rasa saling mencintai.
      2. Dasar Operasional
      Dasar operasional adalah dasar yang mengatur secara langsung pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 pendidikan agama mulai dimasukkan kedalam sekolah di Indonesia.15 Dasar-dasar operasional juga mempunyai bermacam-macam bentuk yang akan diuraikan sebagai berikut:
      a. Dasar Historis
      Sejarah dianggap sebagai salah satu faktor budaya yang paling penting yang telah dan tetap mempengaruhi filsafat pendidikan, baik dalam tujuan maupun sistemnya pada masyarakat manapun juga. Kepribadian nasional, misalnya yang menjadi dasar filsafat pendidikan di berbagai masyarakat haruslah berlaku jauh ke masa lampau, walaupun sistem-sistemnya adalah hasil dari pemerintahan revolusioner, yang didirikannya dengan sengaja untuk mengembangkan dan memperbaiki pola-pola warisan budaya dari umat dan rakyat.
      Kandell sebagaimana dikutip Hasan Langgulung, berkata, bahwa pendidikan perbandingan (yang menitikberatkan pada identitas nasional dalam sistem pendidikan) dan sejarah pendidikan: “Berusaha menyingkap kekuatan-kekuatan dan faktor-faktor yang berdiri di belakang sistem-sistem pendidikan di setiap masyarakat.” Oleh sebab itu: “Dapatlah dianggap pendidikan perbandingan itu sebagai kelanjutan sejarah pendidikan sampai hari ini.”16           
      b. Dasar Sosial
      Banyak aspek sosial yang mempengaruhi pendidikan, baik dari segi konsep, teori, dan pelaksanaannya. Dimensi-dimensi sosial yang biasanya tercakup dalam aspek sosial ini adalah fungsi-fungsi sosial yang dimainkan oleh pendidikan seperti pewarisan budaya yang dominan pada kawasan-kawasan tertentu di suatu lembaga pendidikan, seperti sekolah, faktor-faktor organisasi dari segi birokrasi, dan sistem pendidikan sendiri.
      Dalam usaha kita untuk menganalisa masalah pendidikan dari segi sosial kita dapat mengajukan soal-soal kepada empat aspek sosial pendidikan itu sekaligus atau kita pusatkan pada salah satu aspek saja tetapi tidak mengabaikan aspek-aspek yang lain, misalnya sejauhmana penerapan nilai-nilai Islam itu berkesan dalam menumbuhkan sifat-sifat keberanian, patriotisme, kejujuran, dan lain-lain memperkuat pertahanan masyarakat.17
      c. Dasar Ekonomi
      Ekonomi dan pendidikan selalu bergandengan sejak zaman dahulu kala. Ahli-ahli ekonomi sejak dahulu, begitu pula pencipta-pencipta sains telah mengakui pentingnya peranan yang dimainkan oleh pendidikan dalam pertumbuhan pengetahuan manusia belakangan ini untuk perkembangan ekonomi. Namun baru belakangan ini suatu disiplin ilmu yang khusus untuk itu diciptakan.
      Dalam bidang ekonomi, yang sangat releven dengan pendidikan biasanya adalah hal-hal yang berkenaan dengan investmen dan hasilnya. Artinya kalau modal ditanam sekian, berapa banyak nanti keuntungan yang diharapkan dari itu.18
      Kalau dalam pendidikan Islam telah meletakkan dasar-dasar yang menjadi tapak tempat berdirinya pendidikan Islam itu, maka juga dalam ekonomi Islam telah meletakkan dasar-dasar pokok tempat ekonomi Islam itu berdiri.
      d. Dasar Politik dan Administrasi
      Membicarakan soal politik dan administrasi dalam pendidikan sama halnya membicarakan soal ideologi. Sebab tujuan politik adalah mencapai tujuan ideologi di dalam negara dan masyarakat. Dengan kata lain, setiap politik memperjuangkan suatu ideologi tertentu untuk dilaksanakan di masyarakat. Sedangkan administrasi adalah salah satu alat, mungkin alat yang paling ampuh untuk mencapai tujuan politik tersebut.
      Sepanjang sejarah Islam antara politik, administrasi, dan ideologi selalu sejalan dan saling membantu satu sama lain menuju tujuan bersama. Sudah tentu dalam perjalanannya selama 14 abad itu banyak masalah yang dilaluinya dan sempat diselesaikannya dan ada yang tidak dapat diselesaikannya.
      e. Dasar Psikologis
      Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah pemindahan nilai-nilai, ilmu dan keterampilan dari generasi tua ke generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara identitas masyarakat tersebut. Dalam pemindahan nilai-nilai, ilmu, dan keterampilan inilah psikologi memegang peranan yang sangat penting.
      Istilah pemindahan yang digunakan para penulis lain, melibatkan dua aspek dalam  psikologi yang dapat perhatian besar dan mendorong begitu banyak penyelidikan. Kedua aspek itu adalah mengajar (teaching) dan belajar (learning). Dahulu orang beranggapan bahwa sebenarnya ada satu aspek saja yaitu mengajar. Belakangan ini kajian-kajian psikologi menunjukkan bahwa sebenarnya belajarlah yang lebih penting. Mengajar hanyalah salah satu cara memantapkan proses belajar itu.
      Jadi, hubungan psikologi dengan pendidikan adalah bagaimana budaya, keterampilan, dan nilai-nilai masyarakat dipindahkan, dalam istilah psikologinya dipelajari (learned), dari generasi tua ke generasi muda supaya identitas masyarakat terpelihara.        
      f. Dasar Filosofis
      Filsafat pendidikan merupakan titik permulaan dalam proses pendidikan, juga menjadi tulang punggung kemana bagian-bagian yang lain dalam pendidikan itu bergantung dari segi tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum, metode mengajar, penilaian, administrasi, alat-alat mengajar, dan lain-lain lagi aspek pendidikan yang bergantung pada filsafat pendidikan yang memberinya arah, menunjuk jalan yang akan dilaluinya dan meletakkan dasar-dasar dan prinsip-prinsip tempat tegaknya.
      Dasar dan tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan dasar dan tujuan ajaran Islam, atau tepatnya tujuan Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Dari kedua sumber ini kemudian timbul pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah keislaman dalam berbagai aspek, termasuk filsafat pendidikan. Dengan demikian, hasil pemikiran para ulama seperti qiyas syar’i dan ijma sebagai sumber sekunder.19
      Ajaran yang termuat dalam wahyu merupakan dasar dari pemikiran filsafat pendidikan Islam. Hal ini menunjukkan filsafat pendidikan Islam yang berisi teori umum mengenai pendidikan Islam, dibina atas dasar konsep ajaran Islam yang termuat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Keabsahan kedua sumber itu untuk dijadikan dasar pemikiran filsafat pendidikan Islam bukan tanpa alasan yang rasional. Pemikiran filsafat pendidikan Islam yang didasarkan atas ajaran wahyu tersebut pada hakikatnya sejalan dengan yang dikehendaki oleh berfikir falsafi, yaitu mendasar, menyeluruh tentang kebenaran yang ditawarkannya.
      Adanya ketentuan-ketentuan dasar ketentuan wahyu yang dijadikan landasan  pemikiran filsafat pendidikan Islam itu sendiri sehingga filsafat pendidikan Islam berbeda dengan  filsafat pendidikan lainnya (umum). Filsafat pendidikan Islam dalam kaitannya dengan pendidikan berdasarkan lima prinsip utama, yaitu: pandangan terhadap alam, pandangan terhadap manusia, pandangan terhadap masyarakat, pandangan terhadap pengetahuan manusia, dan pandangan terhadap akhlak.
       C. Kesimpulan
Al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber utama pendidikan Islam. Al-Qur’an mengawali konsep pendidikannya dari hal yang bersifat konkret menuju hal yang abstrak. Sementara itu Sunnah mempunyai dua sasaran dan dua manfaat pokok. Perkataan, sikap, dan perbuatan para sahabat juga merupakan dasar dan sumber pendidikan Islam. Untuk menetapkan hukum-hukum yang belum ditegaskan Al-Qur’an dan Hadis, para ulama menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum-hukum tersebut. Masyarakat mempunyai andil yang sangat besar terhadap pendidikan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar