Kamis, 07 Februari 2013

Hadits Tarbawi: EVALUASI PENDIDIKAN DALAM HADITS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, nabi SAW juga mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan mengevaluasi sahabat-sahabat, rasulullah mengetahui kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agamaatau dalam menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat al-qur’an dihadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru.

1.2.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Bagaimana cara mengevaluasi pendidikan?

1.3.    Batasan Pembahasan
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat diambil batasan pembahasan sebagai berikut?
1.    Menjelaskan tentang evaluasi pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
EVALUASI PENDIDIKAN DALAM HADITS


2.1.    Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan hasil belajar.
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, nabi SAW juga mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan mengevaluasi sahabat-sahabat, rasulullah mengetahui kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agamaatau dalam menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat al-qur’an dihadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru.
Evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara bertanya tentang suatu masalah hukum secara langsung kepada rasulullah, lalu rasulullah menjawabnya. Sebagaimana terdapat dalam riwayat berikut ini.
حدثنا قتيبة, جدثنا اسماعيل بن جعفر, عن عبدالله بن دينار, عن ابى عمر قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم, "ان من شجر شجرة لا يسقط ورقها, وإنها مثل المسلم, فحدثونى ماهى؟ فوقع الناس فى شجرة اليوادى, قال, عبدالله, ووقع فى نفسى أنها النخلة, فاستحييت. ثم قالوا, " حدثنا ماهي يارسول الله." قال, " هي النخلة." (رواه البخارى).
Artinya : menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Ismail ibn Ja’far, dari Abdullah Ibn Dinar, dari Ibn Umar, ia berkata, Rasulullah SAW Bersabda, “ Sesungguhnya diantara pepohonan ada satu pohon yang daunnya tidak jatuh ke tanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim. Jelaskanlah kepadaku pohon apa itu? “ orang-orang mengatakan pohon itu terdapat di pedalaman. ‘Abdullah Berkata, “ dalam benakku terbetik pikiran bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi aku malu menjawabnya. “ Orang-orang barkata “ beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab Pohon kurma.” (HR. Bukhari).
Disamping menguji pemahaman sahabat, tentang ajaran agama, rasulullah juga di evaluasi oleh allah melalui malaikat jibril. Sebagaimana kisah kedatangan malaikat jibril kepada nabi Muhammad SAW. Ketika beliau sedang mengejar sahabat di suatu majlis. Malaikat jibril menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang iman, islam dan ihsan.
حدثنا اسماعيل بن ابراهيم اخبرنا ابوا خيان التيمي عن ابي زرعة عن ابي هريرة قال, " كان النبي صلى الله عليه وسلم يوم بارز اللناس فاتاه رجل فقال, ماالايمان ؟ قال, الايمان ان تؤمن بالله وملائكته وبلقائه ورسوله وتؤمن بالبعث. " قال, " مالاسلام؟ قال, ان تعبد الله ولاتشرك به, وتقيم الصلاة, وتؤدى الوكاة المفروضة, وتصوم رمضان. قال," مالاحسان؟ " قال, ان تعبد الله كانك تراه فإلم تكن تراه فإنه يركز قال: من الساعة؟ قال: " مالمسئول عنها اعلم من السائل, وسأخبرك عن اشراطها: اذا ولدت الامة ربها , واذا تطاول رعاة الابل البهم فى البنيات , فى خمس لا يعلمهن الاالله, ثم تلالاالنبى صلي الله عليه وسلم: " ان الله عنده علم الساعة ...... : لقمان : 34) الاية, ثم ادبر, فقال ردوه, فلم يرو شيئا فقال, " هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم." (رواه البخارى)
Artinya : menceritakan kepada kami ismail ibn ibrahim, memberikan kepada kami ibn hayyan al tamimi dari abi zar’at dari abi hurairat, ia berkata “ pada suatu hari ketika nabi duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang bertanya, “apakah iman itu? Jawab nabi, “iman adalah percaya kepada allah, percaya kepada malaikatnya, dan pertemanan denganNya, para rasulNya, dan percaya kepada hari berbangkit dari kubur. Lalu laki-laki itu bertanya kembali, apakah islam itu? Jawab Nabi SAW, “ islam adalah menyembah kepada allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, mendirikan sholat, menunaikan zakat yang difardukan dan berpuasa di bulan ramadhan. Lalu laki-laki itu bertanya lagi, apa ihsan itu? Nabi SAW menjawab “ ihsan adalah menyembah allah seolah-olah engkau menyembahNya,jika engkau tidak melihatNya, ketahuilah bahwa allah melihatmu. Lalu laki-laki itu bertanya lagi “ apakah hari kiamat itu? Nabi SAW menjawab “ Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari pada orang yang bertanya, tetapi saya beritahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tiba hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika pengembala onta dan ternak lainnya berlomba-lomba membangun gedung. Dan termasuk dalam lima macam yang tidak mengetahuinya kecuali allah, yaitu tersebut dalam ayat : “ sesungguhnya allah ahnya pada sisinya sajalah yang mengetahui hari kiamat, dan dia pula yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim ibu, dan tidak seorangpun yang mengetahui dimanakah ia akan mati. Sesungguhnya allah maha mengetahui sedalam-dalamnya.” Kemudian pergilah orang itu. Lalu nabi menyuruh sahabat, “ antarkanlah ornag itu. Akan tetapi sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka nabi SAW bersabda, itu adalah malaikat jibril AS yang datang mengajarkan bagimu.” (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan berangkat perang sebagaimana riwayat berikut.
حدثنا محمد بن عبد الله بن نمير, حدثنا أبى, جدثنا عبد الله, عن نافع, عن ابى عمرقال, عرضنى رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم أحد فى القتال, وأنا ابن أربع عشرة, فام يجوني. وعرضني يوم الخندق, وانا بن خمس عشرة سنة, فأجزانى. (رواه البخاري).
Artinya : menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair, menceritakan kepada kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari Nafi’, dari ibn Imar berkata, “ Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang pada hari perang uhud, ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku, dan beliau mengujiku kembali pada hari perang khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkanku. (HR. Muslim).
Jika dilihat dari teori taksonomi Benjamin S. Bloom maka jelaslah bahwa psicolkogikal domains yang dijadikan sasaran evaluasi nabi sebagaimana pelaksdana perintah tuhan sesuai wahyu yang diturunkan kepada beliau lebih menitik beratkan pada kemampuan dan kesediaan manusia mengamalkan ajaranNya, dimana faktor psikomotorik  menjadi tenaga penggeraknya. Disamping itu, faktor konatif (kemauan) juga dijadikan sasarannya (konatif psikomotorik).
Adapun sistem pengukuran (maesuramen) yang digunakan nabi sendiri tidak menggunakan sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Namun prinsip-prinsipnya menunjukkan bahwa sistem maenstrument juga terdapat dalam hadits nabi. Nabi melakukan pengukuran terhadap prilaku manusia dengan memberikan penjelasan tentang tanda-tanda seseorang yang beriman, misalnya mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha mengubah dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya. Tapi yang terahir ini menunjukkan selemah-lemahnya iman.
Ukuran orang munafik ada 3
1.    Bila bicara pasti berdusta.
2.    Bila berjanji mengingkarinya.
3.    Jika diberi amanat, berkhianat.
Ukuran orang kafir antara lain tidak mensyukuri nikmat allah, mencaci maki keturunan dan meratapi mayat, dan sebagainya. Jadi sistem pengukuran nabi terhadap prilaku manusia bukan secara kuantitatif (dengan angka) akan tetapi kualitatif.
Dengan demikian evaluasi yang diterapkan pada masa rasulullah SAW adalah secara langsung melihat tingkah laku para sahabat. Mendengarkan bacaan sahabat tentang ayat-ayat al-qur’an, tanpa menggunakan buku catatan sebagaimana sekarang ini. Bila belum sampai kepada ukuran yang diharapkan, Rasulullah SAW memberikan penekanan dan penambahan materi, berupa nasihat, arahan dan sebagainya.



BAB III
PENUTUP


3.1.   Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan hasil belajar.
2.    Adapun sistem pengukuran (maesuramen) yang digunakan nabi sendiri tidak menggunakan sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Namun prinsip-prinsipnya menunjukkan bahwa sistem maenstrument juga terdapat dalam hadits nabi. Nabi melakukan pengukuran terhadap prilaku manusia dengan memberikan penjelasan tentang tanda-tanda seseorang yang beriman, misalnya mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha mengubah dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya.

DAFTAR PUSTAKA


Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milennium Baru, Jakarta; PT Logis, 1999.
............., Surau, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi, terj. Idin Rasidin dari; The Rise and Decline of the Minangkabau; A. Tradisional Islamic Education in West Sumatera During the Duck Colonial Goverenment, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2003.
Badawi, A. Zaki, Mu’jam Musthalahat al-‘Ulum al-Ijtima’iyat, Beirut: Maktabah Libnan, 1982.
Baihaqi, H., Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
............., Esei-Esei Muslim dan Pendidikan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar