Sabtu, 09 Februari 2013

SEJARAH PERADABAN ISLAM: Peradaban Islam Pada Masa Bani Umayyah II (di Andalusia)

PENDAHULUAN
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan pada periode Islam klasik. Andalusia mencapai puncak keemasannya.Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pegaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, Andalusia juga dikatakan mampu menyaingi Baghdad yang ada di timur. Banyak orang Eropa mendalami studi di Universitas-Universitas Islam disana. Ketika itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang sains dan teknologi.
PEMBAHASAN
Penaklukan dan Pemerintahan
Al Andalus berarti “untuk menjadi hijau pada akhir musim panas” dan merujuk pada wilayah yang diduduki oleh kerajaan Muslim di Spanyol Selatan yang meliputi kota-kota seperti Almeria, Malaga, Zadiz, Huelva, Seville, Cordoba, Jaen dan Granada.
Andalusia terletak di benua Eropa barat daya dengan batas-batas ditimur dan tenggara adalah laut tengah, diselatan benmua Afrika yang terhlang oleh selat Gibraltar, dibarat samudra atlantik dan utara ole teluk Biscy. Pegunungan Pyneria ditimur laut membatasi Andalusia dengan Prancis. Andalusia adalah sebutan pada masa Islamm bagi daerah yang dikenal dengan senanjung Liberia (kurang lebih 93 % wilayah Spanyol, sisanya Portugal) dan Vadalusia. Sebutan ini berasal dari kata Vandalusia, yang berarti negeri bangsa vandal, karena bagian selatan semenanjung itu pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka diusir ke Afrika Utara oleh Bangsa Goth pada abad ke 5 M.
Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memperihatinkan. Masyarakat terpolarisasi ke dalam beberapa kelas sesuai dengan latar belakang sosialnya. Sehingga ada masyarakat kelas satu,dua dan tiga. Kelompok masyarakat kelas satu, yakni penguasa, terdiri atas raja, para pangeran, pembesar istana, pemuka agama dan tuan tanah besar. Kelas dua terdiri atas tuan-tuan anak kecil. Tuan tanah kecil adalah golongan rakyat kecil adalah golongan rakyta kelas dua (second citizen). Kelompok masyarakat kelas tiga terdiri atas pada budak termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah, penggembala, nelayan, pandai besi, orang Yahudi dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari. Mereka tidak dapat menikmati hasil tanah yang mereka grap. Rakyat kelas dua dan tiga yang sangat teritindas oleh kelas atas banyak lari ke hutan karena trauma dengan penindasan para penguasa. Demi mempertahankan hidup, mereka terpaksa harus mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas atau membajak. Dekadensi moral mereka itu bersamaan dengan jatuhnya ekonomi mereka.
Penaklukan oleh pasukan atas Andalusia member dampak positif yang luar biasa. Andalusia dijadikan tempat ideal dan pusat pengembangan budaya. Ketika peradaban Eropa tenggelam dalam kegelapan dan kehancuran, obor Islam menyinari seluruh Eropa melalui Adalusia, kepada bangsa Vandhal, Goth dan berber. Islam menegakkan keadilan yang belum dikenal sebelumnya. Rakyat jelata tertindas yang hidup dalam kegelapan mendapat sinar keadilan, memiliki kemerdekaan hidup dan menentukan nasibnya sendiri. Para budak pada bangsa Goth dimerdekakan oleh para penguasa Muslim dan diberi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Sikap toleransi kaum muslim adalah perjanjian damai dengan pihak para penguasa yang telah ditaklukan. Kebebasan, persamaan dan persaudaraan yang diterapkan, memungkinkan bangsa-bangsa yang ditaklukkan itu ikut ambil abgian dalam pemerintahan bersama-sama dengan para penguasa Muslim. Jadi Islam tidak mengenal adanya perbedaan kasta dan keyakinan. Saat ditaklukan, tingkat peradaban Andalusia sangat rendah dan keadaan umumnya begitu menyedihkan, sehingga kaum Muslim lebih banyak mengajar dari pada belajar. Eropa sendiri di satu pihak diganggu oleh bangsa Berber Jerman. Sementara itu filsafat Yunani dan ilmu pengetahuan telah lama pindah tempat ke Syria dan Persia.
Penaklukan semenanjung ini diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim dibawha pimpinan Tarif bin Malik pada Ramadhan tahun 91 H/710 M. Ia dan pasukannya mendarat disebuah tempat yang diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil dan tariff kembali ke Afrika Utara membawa banyak ghanimah. Musa bin Nushair, Gubernur Jenderal Al Maghrib di Afrika Utara kala itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ekpsedisi kedua ini mendarat dibukit karang Gibraltar (Jabal At Thariq ) pada tahun 92 H/711 . Diatas bukit itu, Thariq berpidato untuk membangkitkan semngat juang pasukannya, karena tentara musuh yang akan dihadapi jumlahnya 100.000 orang. Thariq mendapat tambahan 5000 orang tentara dari Afrika Utara sehingga total jumlah pasukannya menjadi 12.000 orang.
Pertempuran pecah didekat muara sungai Salado (Lagend Janda) pada bulan Ramadhan 92 H/19 Juli 711. Pertempuran ini mengawali kemenangan Thariq dalam pertempuran-pertempuran berikutnya, sampai akhirnya Toledo, ibukota Gothia Barat, dapat direbut pada bulan September tahun itu juga. Bulan Juni 712 M. Musa berangkat ke Andalusia membawa 18.000 orang tentara dan menyerang kota-kota yang belum ditaklukkan oleh Thariq sampai bulan Juni tahun berikutnya. Di kota kecil Talavera, Thariq menyerahkan kepemimpinan pada Musa. Pada saat itu pula Musa mengumumkan Andalusia menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Penaklukan selanjutnya diarahkan ke kota-kota bagian utara hingga mencapai kaki pengunungan Pyrenia. Di balik pegunungan itu terbentang tanah Galia dibawah kekuasaan bangsa Prancis. Musa berambisi menaklukkan wilayah dibalik pegunungan itu, namun khalifah al walid tidak merestuinya bahkan ia memanggil Musa dan Thariq untuk pulang ke Damaskus. Sebelum berangkat Musa menyerahkan kekuasaan kepada Abd Al Aziz bin Musa. Abd Aziz berhasil menaklukkan Andalusia sudah jatuh ke tangan umat Islam, kecuali Galicia sebuah kawasan yang terjal dan tandus di bagian barat laut semenanjung itu.
Andalusia menjadi salah satu propinsi dari daulah Bani Umayyah sampai tahun 132 H/ 750 M. Selama periode tersebut, para gubernur Umawiyah di Andalusia berusaha mewujudkan impian Musa bin Nushair untuk menguasai Galia. Akan tetapi, dalam pertempuran Poitiers didekat Tours pada tahun 114 H / 732 M tentara Islam dibawah pimpinan Abd Al – Rahman Al – Ghafiq di pukul mundur oleh tentara Nasrani Eropa dibawah pimpinan Kartel Martel. Itulah titik akhir dari serentetan sukses umat Islam diutara pegunungan Pyneria. Setelah itu mereka tidak pernah meraih kemenangan yang berarti dalam menghadapi serangan balik kaum Nasrani Eropa. Ketika daulah Bani Umayyah runtuh pada tahun 132 H / 750 M. Andalusia menjadi salah satu propinsi dari daulah Bani Abbas sampai Abd Al Rahman bin Muawiyah, cuvu khalifah Umawiyah kesepuluh hisyam bn Abd Malik, memproklamasikan propinsi itu sebagai Negara yang berdiri sendiri pada tahun 138 H/756 M. Sejak proklamasi itu. Andalusia memasuki babak baru sebgai sebuah Negara berdaulat dibawah kekuasaan Bani Umayyah II yang beribukota di Codova sampai tahun 422 H/1031.
Sejak pertana kali menginjakkan kaki ditanah Andalusia hingga jatuhny kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat yang dilalui umat Islam di Andalusia dapat dibagi menjadi enam periode:
Periode Pertama (711 – 755 M)
Pada periode ini, Andalusia berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik Andalusia belum tercapai secara sempurna, gangguan – gangguan masih terjadi baik dari dalam maupu luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan, terutama antara Basbar asal Afrika Utara dan Arab. Didalam etnis arab sendiri, terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Ara Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkna konflik politik, terutama ketika tidak ada figus penguasa yang tangguh. Itulah sebabnya di Andalusia pada saat itu, tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasannya dalam jangka eaktu yang agak lama.
Gangguan dari luar dari sisa-sisa musuh lama di Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Karena seringnya konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Andalusia belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd AL Rahman Al Dakhil pada tahun 138 H/755 M.
Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Andalusia berada di bawah pemerintahan amir, tetapi tumduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh khalifah abbasiyah di Baghdad. Penguasa Andalusia pada periode ini adalah Abd Al Rahman Al Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al Rahman Al Ausath, Muhammad bin Abd Al Rahman, Munzir bin Muhammad dan Abdullah bin Muhammad.
Mengenai Ad Dakhil, diceritakan sewaktu dinasti bani umayyah tumbang oleh dinasti abbasiyah terjadi pembunuhan massal dan pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayah. Ia melarikan diri menyusuri Afrika Utara hingga tiba di Meknes. Maroko dan pindah ke Melilla, dekat Ceuta di pesisir laut tangah menghadap semenanjung Liberia. Inilah buat pertama kalinya seorang pangeran Bani Umayyah masuk ke Andalusia, sehingga ia mendapat gelar Ad Dakhil. Setelah melumpuhkan penguasa Andalusia, Yusuf bin Abd Ar Rahman, ia akhirnya berkuasa disana.
Pada periode ini, Andalusia mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang perdaban. Abd Al Rahman Al Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah dikota-kota besar. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan Hukum dikenal sebagai pembaharu dalam bidang militer. Dialah yang memprakasai tentara bayaran di Andalusia. Sedang Abd Al Rahman Al Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Para periode ini, berbagai ancaman dan kerusakan terjadi. Pada pertengahan abad ke 9 M. Stabilitas munculnya gerakan Kristen fanatic yang mencari kesyahidan (Martydom). Tetapi gerakan ini tidak mendapat simpati dikalangan intern Kristen sendiri, karena pemerintahan Islam kala itu mengembangkan kebebasan beragama. Peribadatan tidak dihilangi, bahkan mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerinthan atau emnajdi karyawan pada intansi militer. Gangguan politik paling serius dating dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk Negara kota dan bertahan sampai 80 tahun. Disamping itu, sejumlah orang yang tidak puas terhadap penguasa melancarkan revolusi, yang terpenting diantaranya pemberontakan Hafshun dan anaknya yang berpusat dipegunungan dekat Malaga.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini, Andalusia diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Penggunaan gelar ini berawal dari berita bahwa al muktadir. Khalifah Bani Abbasiyah di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Maka Abdurrahman III menilai bahwa keadaan ini menunjukkan suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan moment yang paling tepat untuk mmakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Maka dari itu, gelar khalifah ini mulai dipakai sejak tahun 929 M Khalifah besar yang memerintah pada periode ini yaitu Abd Al Rahman Al Nasir (912-916 M), Hakam II (961-976M) dan Hisyam II (976-1009M).
Pada periode ini, Andalusia mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi Baghdad di timur. Al Nashir mendirikan universitas di cordova yang perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga juga seoreang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Periode ke empat ( 1013 – 1086)
Pada periode ini Andalusia terpecah menjadi lebih 20 kerajaan kecil. Masa ini disebut Muluk al – Thawaif (Raja Golongan ) mereka mendirikan kerajaan berdasarkan etnis Barbar. Slovia ata u Andalus yang bertikai satu sama lain sehingga menimbulka keberania umat Kristen di utara untuk menyerang. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, para pihak yangbertikai sering meminta bantuan kepada raja – raja Kristen. Periode ini meskipun terjadi ketidakstabilan tetapi dalam bidang peradaban mengalami kemajuan karena masing – masing ibu kota kerajaan local ingin menyaingi Cordova sehingga muncullah kota –kota besar seperti Toledo, Sevilla, Malaga, dan Granada.
Periode ke lima ( 1086 – 1248)
Pada periode ini meskipun Andalusia terpecah – pecah dalam beberapa Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yakni dinasti Murabhitun (1086-1143) dan dinasti Muwahidun (1146-1235 M). murabhitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf bin Tasytin di afrika utara. Ia masuk ke Andalusia atas undangan penguasa islam disana yang tengah menikul beban berat perjuangan mempertahankan negri dari serangan orang Kristen. Ia dan tentaranya masuk Andalusia pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan castilia. Karena perpecahan dikalangan raja- raja muslim, yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Andalusia dan berhasil. Tetapi sepenggantinya adalah raja – raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir baik di afrika utara maupun Andalusia sendiri.
Sepeninggal murabhitun, muncul-muncul dinasti kecil, tapi berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M, dinasti muwahidun di afrika utara yang didirikan oleh mehammad bin tumart. Dinasti ini datang ke Andalusia dibawah pimpinan abd al mun’im. Antara tahun 1114 dan 1115 M, kota-kota muslim penting di Andalusia seperti cordova. Almeria dan cannada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa decade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan – kekuatan Kristen dapat dipukul mundur akan tetapi, tidak lama setelah itu Muwahhidun mengalami keambrukan. Tentara Kristen, pada tahun 1212 M, mendapat kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan – kekalahan yang dialami oleh Muwahhidun memaksa penguasanya keluar dari Andalusia dan kembali ke afrika utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh di tahun 1248 M. Seluruh Andalusia kecuali Granada lepas dari kekuasaan islam.
Periode ke enam (1248 – 1492)
Pada periode ini, islam hanya berkuasa di daerah Granada. Di bawah dinasti bani ahmar (1232-1492 M) yang didrikan oleh Muhammad bin Yusuf bin Nasr bin al-Ahmar. Peradaban mengalami kemajuan tetapi hanya berkuasa di wilayah yang kecil seperti pada masa kekuasaan Abdurrahman an –Nashir. Namun pada decade terkhir abad 14 M, dinasti ini telah lemah akibat perebutan kekuasaan. Kesempatan ini dimanfaatkan olen kerajaan Kristen yang telah mempersatukan diri melalui pernikahan antar Esabella dan Aragon dengan raja Ferdinand dari Castilla untuk bersama – sama merebut kerajaan Granada. Pada tahun 1487 menguasai Almeria tahun 1492 menguasai Granada. Raja terakhir Granada, Abu Abdullah, melarikan diri ke afrika utara.
Pada akhir abad ke 14 M pihak Kristen sangat antusias untuk mengkristenkan pemeluk yahudi dan muslim. Pada 1391 yahudi dipaksa menerima Baptisme tahun 1478 program pemaksaan agama diresmikan dan memerintahkan yahudi untuk memilih baptisme atau pengusiran. Tahun 1492 nyaris seluruh pemeluk yahudi diusir dari Andalusia.
Gerakan reconquisa terus berlanjut. Tahun 1499, kerajaan Kristen Granada melakukan pemaksaan orang islam untuk menganut Kristen dan buku – buku tentang islam di bakar. Tahun 1502 kerajaan Kristen ini mengeluarkan perintah supaya orang islam Granada keluar dari negri ini kalau tidak mau menjadi Kristen. Umat islam harus memilih antara masuk Kristen atau keluar dari andalus sebagai orang terusir. Maka banyak orang islam yang menyembunyikan keislamannya dan melahirkan kekristenannya. Timbul pula pembrontakan – pembrontakan. Pada tahun 1596, muslim Granada membrontak dibantu oleh kerajaan usmaniyah. Antara tahun 1609-1614 M kira-kira sekitar setengah juta kaum muslimin Andalusia pindah ke afrika utara. Ini merupakan perpindahan terakhir umat islam Andalusia. Sejak saat itu tak ada lagi umat islam di Andalusia.
Kemajuan peradaban
Di bidang Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transisi keilmuwan dan peradaban antara keduanya. Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negri islam belahan timur dan tidak sedikit pula ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.
Prestasi umat islam dalam memajukan ilmu pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan, melainkan dengan kerja keras melauli beberapa tahapan system pengembangan. Mula – mula dilakukan beberapa penerjemah kitab – kitab klasik yunani, romawi, india , Persia. Kemudian dilakukan pensyarahan dan komentar terhadap terjemahan tersebut, sehingga lahir komentator-komentator muslim kenamaan. Setelah itu dilakukan koreksi teori – teori yang sudah ada, yang acap kali melahirkan teori baru sebagai hasil renungan pemikir – pemikir muslim sendiri. Oleh karena itu, umat islam tidak hanya berperan sebagai jembatan penghubung warisan budaya lama dari zama klasik ke zaman baru. Terlalu banyak teori orisinil temuan mereka yang besar sekali artinya sebagai dasar ilmu pengetahuan modern.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaintannya dari kerjasam yang harmonis antara penguaa, hartawan dan ulam. Umat islam di Negara – Negara islam waktu itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaaan umumnya, merupakan salah satu kewajiban pemerintahan. Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan – perpustakaan, disamping mendirikan lembaga – lembaga pendidikan.
Sekolah dan perpustakaan umum maupun pribadi banyak dibangun diberbagai penjuru kerajaan, sejak dari kot besar sampai ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hamper tidak ada seorangpun penduduknya yang but huruf. Dalam pada itu, eropa Kristen baru mengenal asas-asas pertam ilmu pengetahuan, itupun tebatas hanya pada beberapa orang pendeta saja. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke Negara-negara eropa Kristen, melalai kelompok – kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di universitas Cordova, Malaga, Granada, sevilla atau lembaga – lembaga ilmu pengetahuan lainnya Andalusia. Yang pada gilirannya kelak akan mengantarkan eropa memasuki periode baru masa kebangkitan. Bidang – bidang ilmu pengetahuan yang paling menonjol antara lain:
a)    Filsafat
Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang di lalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa abad ke 12 minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 selama pemerintahan bani umayyah. Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Andalusia dalah Abu Bakr Muhammad bin al-Syaigh yang terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Karyanya adalah Tadbir al-muwahhid, tokoh kedua adalah Abu Bakr bin Thufail yang banyak menulis masalh kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay bin Yaqzhan. Tokoh terbesar dalam bidang filsafat di Andalusia adalah Ibnu Rusyd dari cordova. Ia menafsirkan maskah – naskah aristoteles dan menggeltuti masalah – masalah menahun tentang keserasian filsafat agama.
b)   Sains
Ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi dan kimia berkembang dengan baik di Andalusia. Ibarhim bin yahya al Naqqash terkenal dalam ilmuastronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan berhasil membuat teropong yang dapat menentukan jarak tata surya dan bintang. Ahmad bin abbas dari cordova adalah ahli dalam bidang obat – obatan. Umm al-hassan bint abi ja’far dan saudara perempuan al hafidz adalah dua orang dokter dari kalangan wanita.
Di bidang sejarah dan geografi, muncul ibnu jubair yang menulis negeri–negeri muslim mediterania dan ibnu batutah yang mengadakan ekspedisi hingga mencapai samudra pasai dan cina. Ibnu al-khatib menyusun riwayat Granada sedang Ibnu khaldun dari tunis adalah perumus filasafat sejarah.
c)    Fiqh
Andalusia mayoritas menganut madhzab maliki, yang pertama kali diperkenalkan oleh ziyyad bin abd al-rahman. Ahli – ahli fiqih lainnya diantaranya adalah ibnu yahya, seorang qadhi, kemudian abu bakar al quthiyah, munzir bin sa,if al-baluthi dan ibnu hazim yang terkenal.
d)   Musik dan Kesenian
Dibidang ini dikenal seorang tokoh bernama Hasan bin Nafi yang berjuluk Zaryah. Dia juga terkenal sebagai penggubah lagu dan sering mengajarkan ilmunya kepada siapa saja sehingga kemasyhurannya makin meluas.
e)    Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan islam di Andalusia. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam. Bahkan penduduk asli Andalusia menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab baik ketrampilan bahasa maupun tata bahasa Tokohnya antara lain : Ibnu Sayyidh, Ibn Malik pengarang alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan al-Gharmatti dan muncul banyak karya sastra seperti al-iqd al-farid karya ibn abd rabbib, al-Dzakhirah fii Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam dan kitab al-Qalaid karya al-Fath bin Khaqan.
Di bidang pembanguna fisik
Samah bin Malik menjadikan cordova sebagai ibu kota propinsi Andalusia menggantikan sevilla pada tahun 100H/719M. Ia membangun tembok dinding kota, memugar jembatan tua yang dibangun penguasa romawi dan membangun kisaran air. Ketika ad-Dakhil berkuasa, cordova diperindah serta dibangun benteng di sekeliling kota dan istana. Air danau dialirkan melalui pipa-pipa ke istana dan rumah penduduk. Kebanggan cordova lainnya adalah al-Qashr al-Kabir, alRushafa, masjid jami’ cordova, jembatan cordova, al-Zahra dan al-Zahirah
Al-Qashr al-Kabir adalah kota satelit yang dibangun ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa penggantinya. Didalamnya dibangun 430 gedung yang diantaranya merupakan istana – istana megah. Al-Rushafa adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun ad-Dakhil yang masih tgak berdiri hingga sekarang adalah masjid jami’ cordova didirikan tahun 170H/786M dengan dana 80.000 dinar.
Masjid ini memiliki sebuah menara yang tingginua 20 meter terbuat dari marmer dan sebuah kubah besar yang didukung oleh 300 buah pilar yang terbuat dari marmer pula. Ditengah masjid terdapat tiang agung yang menyangga 1000 lentera. Ada Sembilan buah pintu yang dimiliki masjid ini, semuanya terbuat dari tembaga kecuali pintu maqsurah yang terbuat dari emas murni. Ketika cordova jatuh ke tangan Fernando III pada tahun 1236, masjid ini dijadikan gereja dengan nama santa maria, tetapi dikalangan orang Andalusia lebih popular dengan ia mezquita, berasal dari bahasa arab al-Masjid.
Al-Nashir pada tahun 325 H/ 936 M membangun kota satelit dengan nama salah seorang selirnya al-Zahra. Kemegahannya hamper menyamai al-Qashr al-Kabir. Ia dilengkapi taman indah yang disela-selanya mengalir air dari gunung, danau kecil berisi ikan beraneka warna dan sebuah taman margasatwa. Sementara pada tahun 368 H / 978 M Al Manshur membangun kota Al Zairah dipinggir Wadi Al Kabir, tidak jauh dari Cordova. Al Zahirah dilengkapi dengan taman – taman indah, pasar, toko , masjid dan bangunan umum lainnya.
Analisis Kemajuan Peradaban Andalusia
Salah Satu mengapa Andalusia mengalami kemajuan pesat di dalam peradabannya menurut penulis salah satunya disebabkan policy dari para penguasanya yang mempelopori berbagai kegiatan ilmiah. Meskipun ada ketegangan politik dengan Baghdad timur tapi tidak selalu terjadi konfrontasi militer. Banyak para sarjana Islam dari wilayah Barat menimpa ilmu di Timur dengan membawa bukum teori dan gagasan pengetahuan, begitu pula sebaliknya. Jadi meskipun umat islam terpecah secara politik tapi tetap dalam bingkai kesatuan budaya dunia Islam. Perpecahan politik pada periode Al Muluk Al Thawa’if tidak menyebabkan mundurnya ilmu pengetahuan dan peradaban, bahkan setiap penguasa di negeri-negeri kecil tersebut saling berkompetensi dalam ilmu pengetahuan terutama usaha untuk menyaingi Cordova.
Sedang aspek kehancuran Andalusia dari berbagai literature menurut penulis disebarkan karena adanya konflik dengan Kristen. Islami yang terjadi kurang sempurna. Kerajaan – kerajaan Kristen taklukan asal tidak melakukan perlawanan militer dibiarkan mempertahankan hukum dan adat mereka, yang pada gilirannya akan menciptakan kubu komunitas berbeda antara Arab Islam dengan Andalusia Kristen yang memicu adanya nasionalisasi. Pada periode kemunduran Islam, kerajaan-kerajaan Kristen ini akhirnya dapat menghimpun kekuatan untuk mengenyahkan Islam dari Andalusia tertama karena kondisi Andalusia yang yang terpencil secara militer, sehingga sulit mendapat bantuan militer kecuali hanya dari Afrika Utara.
Faktor krusial lainnya didalam intern umat Islam telah terdapat perpecahan. Terutama masalah yang berkaitan dengan etnis dan sosial. Sering dijumpai konflik antara komunitas Arab Utara dan Arab Selatan, antara Barbar dengan arab Selatan, antara Barbar dengan Arab serta problem naturalisasi bagi para mukallaf, yang masih dipandang sebelah mata, terutama dengan pemberian term ibad dan muwalladun yang bertedetensi merendahkan. Yang paling fatal lagi adalah tidak adanya mekanisme yang jelas dalam suksesi kepemimpinan. Sehingga sering menimbulkan gejolak politik yang melemahkan Negara.
Dari aspek pengaruh peradaban Andalusia terhadap kebangkitan Eropa (renaissance) adalah dipicu dengan banyaknya kaum terpelajar Eropa yang belajar di pusat-pusat studi di Andalusia sehingga menyerap berbagai gagasan dan pola pemikiran berbagai tokoh pengetahuan seperti Ibnu Rusyd serta berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa melalui terjemahan Arab yang dipelajari, yang kemudian di konversi ke bahasa latin. Yang pada akhirnya mempercepat terjadinya proses reformasi, rasionalisasi hingga pada fase pencerahan di Eropa.
PENUTUP
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks. Tapi pada abad 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada pertengahan abad ke 12 M , tibalah saatnya masa keruntuhan Islam.
2. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, Cet. Ke 1 , 2007, hlm .227-228
3. Ibid, hlm. 228
4. Ibid,hlm.233-235.
5. P.M.Holt (ed), The Cambridge History Of Islam, Cambridge: Press Syndicate Of The University Of Cambridge, 1970, hlm.406.
6. Ali Shodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta : LESFI,Cet.Ke 2, 2004, hlm.79-80.
7. Ibid
8. Ibid, hlm.80 – 81
9. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. ke-1, 1993, hlm.93.
10. Ibid,hlm.94
11. Joesoe Souyb, Sejarah Daulat Umayyah II di Cordova,Jakarta : Bulan Bintang, Cet.Ke 1, 1997, hlm.9.
12. Badri Yatim, op cit, hlm.95-96
13. Ibid, hlm.96.
14. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta : Prenada Media, Cet Ke 2, 2004, hlm.120.
15. Badri Yatim, op cit, hlm.99.
16. L,P Harvey, Islamic Spain, Chicago : The University Of Chichgo Press,1990, hlm.20.
17. Musyrifah Sunanto, op cit, hlm. 122-123.
18. Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet.Ke 1, 1999,hlm.598.
19. Ibid
20. Ali Shodiqin dkk, op cit, hlm.95-96.
21. Badri Yatim, op cit, hlm.101-103.
22. Philip K Hitti, History Of Arabs, London : MacMillan and Co Ltd,Cet. Ke 10, 1970, hlm.567.
23. Ali Shodiqin dkk, op cit, hlm.84-87.
DAFTAR PUSTAKA
Bullet, Ricard W, Conversion to Islam In The Medieval Period, Massachusetts : President and Fellow Of Harvard College, 1979.
Harvey, L,P, Islamic Spain, Chicago : The University Of Chichgo,1990.
Hitti, Philip K, History Of Arabs, London : Mac Millan and co LTD,Cet. Ke 10, 1970.
Holt,P.M dkk (ed), The Cambridge History Of Islam, New York : Cambridge University Press, 1970.
Karim, Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, CetKe 1 , 2007.
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet.Ke 1, 1999.
Shodiqin, Ali dkk, Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta : LESFI,Cet.Ke 2, 2004.
Souyb, Joesoe, Sejarah Daulat Umayyah II di Cordova,Jakarta : Bulan Bintang, Cet.Ke 1, 1997.
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta : Prenada Media, Cet Ke 2, 2004.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. Nke-1, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar