PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia
pada waktu dulu sangat tidak divariasikan dalam pengucapan berbicaranya, dalam
penyampaiannya pun kata-katanya hampir baku, tapi tidak semua warga Indonesia
pada waktu itu berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hanya
orang-orang yang berpendidikanlah yang penggunaan bahasa Indonesianya baku,
karena kita ketahui pada zaman dulu jarang orang-orang yang dapat bersekolah.
Hanya orang yang mempunyai uanglah yang dapat bersekolah. Walaupun begitu, penggunaan
bahasa Indonesia di zaman dulu lebih baik dari penggunaan bahasa Indonesia di
zaman sekarang.
Bahasa
Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak divariasikan dalam pengucapan
berbicaranya. Dalam penyampaianpun kata-katanya sudah tidak baku lagi, hal ini
disebabkan karena era globaliasi yang berkembang pesat di Indonesia, karena
pengaruh-pengaruh budaya luar masuk ke Indonesia termasuk cara gaya
berbicaranya, oleh karena itu, sekarang ini bahasa Indonesia yang baku sudah
jarang dipakai lagi karena dampak globalisasi itu. Orang-orang berbicara dengan
kata-kata yang baku hanya dipakai di kalangan lingkungan sekolah, atau jika
sedang berlangsungnya rapat. Kejadian ini sungguh sangat ironi sekali karena
seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia membanggakan bahasa kita sendiri, tapi
malah kita yang tidak berbicara dengan berbahasa Indonesia.
Jika
kita tidak melestarikan tata cara berbicara bahasa Indonesia yang baik dan
benar, maka bangsa kita ini akan terjajah oleh bangsa asing, karena apa yang
dibicarakan dalam kehidupan sehari-haripun kita sudah tidak memakai bahasa
Indonesia. Semua itu sama saja kita sudah terjajah oleh bahasa asing. Dampak
lain yang tadi dikatakan bahasa Indonesia sudah tidak akan dipakai lagi mungkin
akan hilang, dan bisa-bisa dampaknya akan berpengaruh kepada kebudayaan bangsa
kita.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas secara rinci tentang apa itu
sebenarnya bahasa, fungsi bahasa dan ragam bahasa, sehingga dapat dipahami dan
diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
- TUJUAN PENULISAN
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memberitahukan kepada pembaca, tentang apa itu
bahasa, fungsi dan ragamnya serta penerapan yang benar dalam kehidupan sehari –
hari sehingga dalam berbahasa tidak terdapat kekeliruan dalam berbahasa.
- MANFAAT PENULISAN
Agar
pembaca dapat lebih mengerti apa itu sebenarnya yang dimaksud dengan bahasa,
fungsi dan ragam bahasa dan dapat menggunakan bahasa yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI BAHASA
Bahasa
adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh
suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengindentifikasi
diri (Chaer, 2004:1). Hal ini memberi gambaran bahwa bahasa adalah berupa bunyi
yang digunakan oleh rnasyarakat untuk berkornunikasi. Keraf (1991:1) mengatakan
bahwa bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
berupa arus bunyi, yang mempunyai makna. Menerangkan bahwa bahasa sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat terdiri atas dua bagian utama yaitu bentuk
(arus ujaran) dan makna (isi). Sapir (1921) dalam Sibarani (2004:36) mengatakan
bahwa bahasa adalah metode atau alat penyampaian ide, perasaan, dan keinginan
yang sungguh manusiawi dan noninstingtif dengan mempergunakan sistem simbol-
simbol yang dihasilkan dengan sengaja dan suka rela. Sedangkan menurut Sibarani
(2004:37) Bahasa adalah bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang,
sebagai alat komunikasi, dan digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat.
Dalam kamus umum, dalam hal ini
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 66) bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi
yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk
melahirkan perasaan dan pikiran.
Kamus Webster mendefinisikan bahasa
sebagai A systematic means of
communication ideas or feeling by the use of communication sign, sounds,
gestures, or mark having understood meanings.
Dari dua makna umum tentang bahasa
di atas, ada persamaan yang jelas.
Persamaan itu adalah bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk mengungkapkan pikiran
atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa
suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan.
Sebagai sebuah istilah dalam
linguistik, Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang
bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Pei dan Gaynor
(1975:119) mengatakan bahwa bahasa adalah A system of communication by
sound, i.e., through the organs of speech and hearing, among human beings of
certain group or community, using vocal symbols possessing arbitrary
conventional meaning.
Dari pandangan ahli linguistik
seperti Kridalaksana, Pei, dan Gaynor di atas, bahasa ditekankan sebagai sebuah
sistem lambang. Istilah sistem
mengandung makna adanya keteraturan dan adanya unsur-unsur pembentuk.
Jalaludin Rakhmat (1992:269),
seorang pakar komunikasi, melihat bahasa dari dua sisi yaitu sisi formal dan
fungsional. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang
terbayangkan, yang dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara fungsional,
bahasa diartikan sebagai alat yang
dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.
Definisi yang diajukan Rakhmat ini tampak mencoba merangkum pengertian umum dengan pendapat
linguis. Istilah sisi formal yang
dikemukakan Rakhmat mirip dengan istilah
sistem, sedangkan sisi fungsional
sejalan dengan bahasa sebagai alat komunikasi.
Pemahaman bahwa bahasa sebagai alat
komunikasi, juga didukung oleh seorang sosiolinguis bernama Ronald Wardhaugh. Ia menyatakan bahwa
bahasa adalah A System of aribtrary vocal symbols used for human
communication
Penggambaran yang lebih luas tentang
bahasa pernah disampaikan oleh bapak linguistik modern, Ferdinan de Saussure.
Ia menjelaskan bahasa dengan menggunakan
tiga istilah yaitu langage, Langue,
dan parole. Ketiga istilah dari bahasa Prancis itu dalam bahasa
Indonesia dipadankan dengan satu istilah saja yaitu ‘bahasa’. Langage adalah sistem lambang bunyi yang digunakan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal. Langage ini bersifat
abstrak. Istilah langue mengacu
pada sistem lambang bunyi tertentu yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat tertentu. Sedangkan parole adalah bentuk konkret langue
yang digunakan dalam bentuk ujaran atau tuturan oleh anggota masyarakat dengan
sesamanya (Chaer, 1995:39-40; Chambers,
95:25; Verhaar,81:1).
Definisi lain tentang bahasa, antara
lain bisa kita dapat dari Finochiaro. Meskipun tidak terlalu berbeda dengan
definisi-definisi di atas, ia memasukkan
kaitan bahasa sebagai bentuk budaya. Ia
menyatakan bahwa Language is a system of arbitrary, vocal
sumbols which permits all peaple in a given culture, or other peaple who have
learned the system of the culture, to
communicate or to interact.
Dari sudut pandang psikologi, karena
bahasa itu sebuah sistem simbol terstruktur, maka bahasa bisa dipakai sebagai
alat berpikir, merenung, bahkan untuk memahami segala sesuatu. De Vito
menyatakan bahwa bahasa adalah A
potentially self-refleksive, structired system of symbols which catalog the
objects, events, and relation in the world .
Dengan
melihat deretan definisi tentang bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa cukup banyak dan bervariasi definisi
tentang bahasa yang bisa kita temui. Variasi itu wajar terjadi karena sudut pandang keilmuan mereka
yang juga berbeda. Meskipun demikian,
variasi tersebut terletak pada penekanannya saja, akan tetapi hakikatnya
sama. Ada yang menekankan bahasa pada
fungsi komunikasi, ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem, ada pula yang memposisikan bahasa sebagai
alat.
Indonesia
adalah Negara yang wilayahnya sangat luas dengan penduduk yang terdiri dari
berbagai suku bangsa, maka pengunaan bahasa Indonesia juga beragam. Apabila
beberapa orang berbicara dalam bahasa yang tidak dapat dipahami, pertama yang
terdengar adalah berbagai bunyi dan berselang- seling dan rumit sekali. Ketika ingin
semakin akrab dengan bahasa itu bunyi yang berselang- seling tadi berubah menjadi
bunyi yang dapat dibedakan. Tiap bahasa memiliki aturan-aturan sendiri yang
menguasai bunyi- bunyi dan urutan- urutannya, kata dan bentukan- bentuknya, kalimat
dan susunannya.
Indonesia
adalah Negara yang multilingual. Selain bahasa Indonesia yang digunakan secara
nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah , besar maupun kecil, yang
digunakan oleh para anggota masyarakat bahasa daerah itu untuk keperluan yang
bersifat kedaerahan, tetapi di samping itu banyak pula yang hanya menguasai satu
bahasa, namun ada pula yang menguasai dwi bahasa (bilingual) atau lebih dari
dua bahasa (multilingual).
- HAKIKAT BAHASA
a)
Bahasa itu sistematik
Sistematik artinya beraturan atau
berpola. Bahasa memiliki sistem bunyi dan sistem makna yang beraturan. Dalam
hal bunyi, tidak sembarangan bunyi bisa dipakai
sebagai suatu simbol dari suatu
rujukan (referent) dalam berbahasa. Bunyi mesti diatur sedemikian rupa
sehingga terucapkan. Kata pnglln
tidak mungkin muncul secara alamiah, karena tidak ada vokal di dalamnya. Kalimat
Pagi ini Faris pergi ke kampus, bisa dimengarti karena polanya
sitematis, tetapi kalau diubah menjadi
Pagi pergi ini kampus ke Faris tidak bisa dimengarti karena melanggar sistem.
Bukti lain, dalam struktur
morfologis bahasa Indonesia, prefiks me- bisa berkombinasi dengan
dengan sufiks –kan dan –i
seperti pada kata membetulkan dan menangisi. Akan tetapi tidak
bisa berkombinasi dengan ter-. Tidak bisa dibentuk kata mentertawa,
yang ada adalah mentertawakan atau tertawa. Mengapa demikian ?
Karena bahasa itu beraturan dan berpola.
b)
Bahasa itu manasuka (Arbitrer)
Manasuka atau arbiter adalah acak , bisa muncul tanpa
alasan. Kata-kata (sebagai simbol) dalam bahasa
bisa muncul tanpa hubungan logis dengan yang disimbolkannya. Mengapa makanan khas yang berasal dari Garut itu disebut dodol
bukan dedel atau dudul ? Mengapa binatang panjang kecil berlendir itu kita
sebut cacing ? Mengapa tumbuhan kecil itu disebut rumput, tetapi
mengapa dalam bahasa Sunda disebut jukut, lalu dalam bahasa Jawa dinamai
suket ? Tidak adanya alasan kuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di
atas atau yang sejenis dengan pertanyaan
tersebut.
Bukti-bukti di atas menjadi bukti
bahwa bahasa memiliki sifat arbitrer, mana suka, atau acak semaunya. Pemilihan bunyi dan kata dalam hal ini
benar-benar sangat bergantung pada konvensi atau kesepakatan pemakai
bahasanya. Orang Sunda menamai suatu
jenis buah dengan sebutan cau, itu terserah komunitas orang Sunda,
biarlah orang Jawa menamakannya gedang, atau orang Betawi menyebutnya
pisang.
Ada memang kata-kata tertentu yang bisa
dihubungkan secara logis dengan benda yang dirujuknya seperti kata berkokok untuk bunyi ayam, menggelegar untuk
menamai bunyi halilintar, atau mencicit untuk bunyi tikus. Akan tetapi,
fenomena seperti itu hanya sebagtian kecil
dari keselurahan kosakata dalam suatu bahasa.
c)
Bahasa itu vokal
Vokal dalam hal ini berarti
bunyi. Bahasa mewujud dalam bentuk
bunyi. Kemajuan teknologi dan perkembangan kecerdasan manusia memang telah
melahirkan bahasa dalam wujud tulis, tetapi sistem tulis tidak bisa
menggantikan ciri bunyi dalam bahasa.
Sistem penulisan hanyalah alat
untuk menggambarkan arti di atas kertas, atau media keras lain. Lebih jauh
lagi, tulisan berfungsi sebagai
pelestari ujaran. Lebih jauh lagi dari itu, tulisan menjadi pelestari kebudayaan manusia.
Kebudayaan manusia purba dan manusia terdahulu lainnya bisa kita prediksi
karena mereka meninggalkan sesuatu untuk dipelajari. Sesuatu itu antara lain berbentuk
tulisan.
Realitas yang
menunjukkan bahwa bahwa bahasa itu
vokal mengakibatkan telaah tentang bahasa (linguistik) memiliki cabang
kajian telaah bunyi yang disebut dengan
istilah fonetik dan fonologi.
d)
Bahasa itu simbol
Simbol adalah lambang sesuatu, bahasa juga adalah lambang sesuatu.
Titik-titik air yang jatuh dari langit diberi simbol dengan bahasa dengan
bunyi tertentu. Bunyi tersebut jika
ditulis adalah hujan. Hujan adalah
simbol linguistik yang bisa disebut kata untuk melambangkan titik-titik air
yang jatuh dari langit itu. Simbol bisa
berupa bunyi, tetapi bisa berupa goresan tinta
berupa gambar di atas kertas. Gambar
adalah bentuk lain dari simbol. Potensi
yang begitu tinggi yang dimiliki bahasa untuk menyimbolkan sesuatu menjadikannya
alat yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Tidak terbayangkan
bagaimana jadinya jika manusia tidak
memiliki bahasa, betapa sulit mengingat
dan menkomunikasikan sesuatu kepada orang lain.
e) Bahasa itu mengacu pada
dirinya
Sesuatu disebut bahasa jika ia mampu
dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.
Binatang mempunyai bunyi-bunyi
sendiri ketika bersama dengan sesamanya,
tetapi bunyi-bunyi yang meraka gunakan tidak bisa digunakan untuk membelajari bunyi mereka sendiri. Berbeda dengan halnya
bunyi-bunyi yang digunakan oleh manusia ketika berkomunikasi. Bunyi-bunyi yang
digunakan manusia bisa digunakan untuk menganalisis bunyi itu sendiri. Dalam
istilah linguistik, kondisi seperti itu disebut dengan metalaguage, yaitu bahasa
bisa dipakai untuk membicarakan bahasa
itu sendiri. Linguistik menggunakan
bahasa untuk menelaah bahasa secara ilmiah.
f) Bahasa itu manusiawi
Bahasa itu manusiawi dalam arti
bahwa itu adalah kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Manusialah yang berbahasa sedangkan hewan dan tumbuhan tidak. Para hali biologi telah membuktikan bahwa
berdasarkan sejarah evolusi, sistem komunikasi
binatang berbeda dengan sistem
komunikasi manusia, sistem komunikasi binatang tidak mengenal ciri bahaya manusia
sebagai sistem bunyi dan makna. Perbedaan itu kemudian menjadi pembenaran
menamai manusia sebagai homo loquens atau
binatang yang mempunyai kemampuan berbahasa. Karena sistem bunyi yang
digunakan dalam bahasa manusia itu berpola makan manusia pun disebut homo
grammaticus, atau hewan yang bertata bahasa.
g) Bahasa itu komunikasi
Fungsi terpenting dan paling terasa
dari bahasa adalah bahasa sebagai alat
komunikasi dan interakasi. Bahasa berfungsi sebagai alat memperaret antar manusia dalam komunitasnya,
dari komunitas kecil seperti keluarga,
sampai komunitas besar seperti negara. Tanpa bahasa tidak mungkin terjadi
interaksi harmonis antar manusia, tidak terbayangkan bagaimana bentuk kegiatan
sosial antar manusia tanpa bahasa.
Bahasa itu harus difahami dan
dimengerti oleh para pemakainya atau oleh orang lain yang diajak
berkomunikasi.Artinya, bahasa yang digunakan
Komunikasi
mencakup makna mengungkapkan dan
menerima pesan, caranya bisa dengan berbicara, mendengar, menulis, atau membaca.
Nabi Muhammad SAW telah meninggal pada
masa silam, tetapi ajaran-ajarannya telah berhasil dikomunikasikan kepada umat
manusia pada masa sekarang. Melalui buku, para pemikir sekarang bisa
mengkomunikasikan pikirannya kepada para penerusnya yang akan lahir di masa
datang. Itulah bukti bahwa bahasa
menjadi jembatan komunikasi antar manusia.
h) Bahasa itu Unik
Di
dunia ini tidak ada bahasa yang mempunyai perangkat pola – pola yang sama,
setiap bahasa berbeda. Setiap bahasa memiliki ciri khas, baik dalam struktur
bunyi, kalimat, kata, maupun dalam struktur semestinya.
Unik bermaksud mempunyai ciri khusus
yang spesifik yang tiada pada yang lain.
•
Bahasa bersifat
morfemis, yaitu tekanan
pada kata akan menyebabkan makna kata berubah. Contoh :
Bahasa Batak
‘bontar darah bon’tar putih
‘bagas rumah ba’gas dalam
‘hotang rotan ho’tang keras
‘hunik kunyit hu’nik kuning
Bahasa Inggris
‘import import im’port mengimnport
‘insult penghinaan in’sult menghina
‘object objek ob’ject berkeberatan
‘permit izin per’mit mengizinkan
•
Bagi
bahasa Jawa, setiap kata yang dimulai konsonan / b /, / d /, /
g /, / k /,
/ p / dan / t / akan didahului oleh konsonan nasal
yang relevan. Contoh:
bandung mbandung
depok ndepok
gopek ngopek
lompat lo-mpat
tendang te-ndang
tongkat to-ngkat
•
Ciri kelainan setiap bahasa, disebut
ciri unik untuk bahasa itu, tetapi ciri kelainan yang menjadi ciri
sekelompok bahasa tidak disebut unik, tetapi ciri kelainan bahasa serumpun.
I). Bahasa Itu Berubah
Tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk juga
bahasa, semuannya berubah. Perubahan dalam bidang bahasa yang mencakup kosa
kata, bentuk kalimat, dan lain – lainnya dapat dibuktikan dengan jalan
membandingkan bahasa Indonesia saat ini dengan masa sebelumnya, membandingkan
bahasa Indonesia pada tahun 1945 dengan bahasa Indonesia tahun 2011.
- FUNGSI BAHASA
•
Fungsi bahasa secara umum:
> Untuk tujuan praktis, iaitu sebagai alat perhubungan dalam pergaulan
sehari-hari.
> Untuk
tujuan estetika, iaitu sebagai alat pemuasan rasa estetika
> Untuk
tujuan kecendekiaan, iaitu sebagai alat pengajaran dan pemelajaran ilmu
pengetahuan.
> Untuk tujuan
filologi, iaitu sebagai alat mengkaji naskhah kuno, latar sejarah bahasa dan
bangsa, budaya dan pengembangan bahasa.
•
Sebagai
bahasa kebangsaan, sesuatu bahasa itu berfungsi sebagai:
>
lambang kebanggaan nasional yang mencerminkan nilai social budaya masyarakatnya.
>
lambang jati diri nasional yang mengekang kemasukan unsur asing kecuali yang dianggap perlu berasaskan
tatacara tertentu.
>
alat pemersatu masyarakat yang berbeda latar budaya
dengan berbagai kepentingan.
>
alat perhubungan antara daerah dan antara budaya
yang saling merentasi.
•
Sebagai
bahasa negara, sesuatu bahasa itu berfungsi sebagai:
> bahasa resmi negara yang digunakan dalam upacara, peristiwa dan aktiviti
kenegaraan secara lisan atau tulisan.
> bahasa
pengantar di institusi pendidikan dari peringkat dasar hingga institusi
pengajian tinggi (IPT).
> bahasa resmi dalam perancangan dan pelaksanaan pembangunan
negara, iaitu antara sektor awam dengan swasta, dan antara kerajaan dengan
masyarakat umum.
> bahasa resmi dalam pengembangan kebangsaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam dunia globalisasi.
- Fungsi bahasa dalam masyarakat:
1. Alat untuk
berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk
bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat
mengidentifikasi diri.
- RAGAM BAHASA
Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan
masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih
variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar
(Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena
bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya.
Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan
dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa
yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut media
pembicaraan.
Macam-macam ragam bahasa :
- Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
- Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
- Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
- Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
- Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
- Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
- Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
- Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
- Ragam bahasa perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s, dan lain sebagainya.
- Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa, dan lain sebagainya.
- Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
Macam-macam ragam bahasa yang
disebutkan diatas dapat dibedakan lagi menjadi sebagai berikut :
1. Berdasarkan pokok pembicaraan :
·
Ragam
bahasa undang-undang
·
Ragam
bahasa jurnalistik
·
Ragam
bahasa ilmiah
·
Ragam
bahasa sastra
2. Berdasarkan media pembicaraan :
a.
Ragam lisan yang antara lain meliputi:
·
Ragam
bahasa cakapan
·
Ragam
bahasa pidato
·
Ragam
bahasa kuliah
·
Ragam
bahasa panggung
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
o Adanya lawan bicara
o Terikat waktu dan ruang
o Dapat dibantu dengan mimik
muka/wajah, intonasi, dan gerakan anggota tubuh
o Unsur-unsur dramatika biasanya
dinyatakan dihilangkan atau tidak lengkap
b.
Ragam tulis yang antara lain
meliputi:
·
Ragam
bahasa teknis
·
Ragam
bahasa undang-undang
·
Ragam
bahasa catatan
·
Ragam
bahasa surat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
o Tidak mengharuskan
kedatangan/kehadiran pembaca
o Diperlukan ejaan atau tanda baca
Kalimat ditulis secara lengkap
o Komunikasi resmi
o Wacana teknis
o Pembicaraan di depan khalayak ramai
o Pembicaraan dengan orang yang
dihormati
Bahasa
lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan
gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan.
Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata
sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara /
target komunikasi.
Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.
Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.
3.
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara, dibedakan
menurut akrab tidaknya pembicara
- Ragam bahasa resmi
- Ragam bahasa akrab
- Ragam bahasa agak resmi
- Ragam bahasa santai, dan sebagainya
E.
Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia
Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa
Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku
sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan.
Penyimpangan/kesalahan
umum dalam berbahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hiperkorek
Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa
karena “membetulkan” bentuk yang sudah benar sehingga menjadi salah.
Contoh:
Utang (betul)
menjad i hutang (hiperkorek)
Insaf (betul) menjadi insyaf (hiperkorek)
Pihak (betul) menjadi fihak (hiperkorek)
Jadwal (betul) menjadi jadual (hiperkorek)
Asas (betul) menjadi azas (hiperkorek)
2. Pleonasme
Pleonasme adalah kesalahan berbahasa karena
kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya tidak diperlukan.
Pleonasme
ada tiga macam :
a. Penggunaan
dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata
Zaman dahulu (benar)
Dahulu kala (benar)
ð
Zaman dahulu kala (pleonasme)
b. Bentuk jamak dinyatakan dua kali
Ibu
- ibu (benar)
Para
ibu (benar)
ð Para
ibu – ibu ( pleonasme)
Tolong – menolong (benar)
Saling menolong (benar)
ð Saling
tolong - menolong (pleonasme)
c. Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak
diperlukan karena pernyataannya sudah cukup jelas
Contoh:
=> Maju kedepan
=>
Kambuh kembali
3. Kontaminasi
Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa Inggris contamination
(pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan
‘kerancuan’. Rancuartinya ‘kacau’ dan kerancuan artinya ‘kekacauan’.
Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur
bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata.
Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang
salah bentuk.
Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau
atau kalimat yang kacau.
Kontaminasi terjadi karena salah nalar,
penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang tumpang
tindih.
·
Contoh kontaminasi imbuhan :
(meng+kesamping+kan) → mengesampingkan (benar)
(men+samping+kan) → menyampingkan (benar)
↓
mengenyampingkan
(kontaminasi)
·
Contoh kontaminasi frase:
Kadang – kadang (benar)
Ada kala(nya) (benar)
ð Kadang
kala (kontaminasi)
Berulang – ulang (benar)
Berkali – kali (benar)
ð Berulang
kali (kontaminasi)
·
Contoh Kontaminasi Kalimat :
Rapat
itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (benar)
Dalam rapat itu,
hadir para pejabat setempat. (benar)
ð
Dalam rapat itu dihadiri
oleh para pejabat setempat. (kontaminasi)
Anak - anak
dilarang merokok. (benar)
Anak - anak
tidak boleh merokok. (benar)
ð
Anak - anak
dilarang tidak boleh merokok. (kontaminasi)
4. Perombakan bentuk Pasif
Perombakan bentuk pasif dibagi
menjadi tiga :
a.
Pemakaian awalan di-
untuk bentuk pasif yang seharusnya tidak berawalan di-
Contoh :
Buku itu dibaca oleh saya (tidak baku)
Buku itu saya baca (baku)
Buku itu dibaca oleh kamu (tidak baku)
Buku itu kamu baca (baku)
b.
Penghilangan awalan di- untuk bentuk pasif yang seharusnya menggunakan awalan di-
Contoh :
Buku itu dibaca oleh mereka. (baku)
Buku itu mereka baca. (tidak
baku)
Buku itu dibaca oleh Ridwan. (baku)
Buku itu Ridwan baca. (tidak
baku)
c.
Penyisipan kata diantara 2 kata dari sebuah frase
terikat.
Contoh :
Buku itu Saya
akan baca. (tidak baku)
Buku itu akan Saya
baca. (baku)
Masalah itu Kami
sudah bahas kemarin. (tidak
baku)
Masalah itu sudah Kami
bahas kemarin. (baku)
5. ` Kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan
pemakaian/penghilangan kata tugas
Kesalahan pemakaian kata tugas dalam berbahasa
Indonesia ada tiga macam :
a.
Ketidak tepatan kata tugas yang digunakan.
Contoh :
Hasil dari pada penelitian itu sangat
memuaskan. (tidaktepat)
Hasil penelitian itu sangat memuaskan. (baku)
b.
Pemakaian kata tugas yang tidak diperlukan
Contoh:
Kepada mahasiswa
yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (tidakbaku)
Mahasiswa
yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (baku)
c.
Penghilangan kata tugas yang diperlukan
Contoh:
Dia
bekerja sesuai peraturan yang berlaku. (tidak
baku)
Dia bekerja
sesuai dengan peraturan yang berlaku. (baku)
6. Pengaruh bahasa daerah
Pengaruh
bahasa daerah yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ada dua
macam.
a.
Pengaruh
dalam pembentukan kata, yaitu pemakaian awalan ke- (yang seharusnya
awalan ter-) dan penghilangan imbuhan.
Contoh pemakaian awalan ke- :
ketabrak,
kepukul. (tidak baku)
tertabrak,
terpukul. (baku)
Contoh
penghilangan imbuhan :
Hasil
penelitiannya beda dengan hasil penelitian saya. (tidakbaku)
Hasil
penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian saya. (baku)
Pegawai
itu dipindah keluar kota. (tidakbaku)
Pegawai itu dipindahkan keluar kota. (baku)
b. Pengaruh dalam susunan kalimat, penggunaan akhiran –
nya
Contoh:
Rumahnya Pak Ridwan sangat besar. (tidakbaku)
Rumah Pak Ridwan sangat besar. (baku)
7. Pengaruh bahasa asing
Pengaruh bahasa asing yang menimbulkan
kesalahan dalam berbahasa Indonesia ialah pemakaian kata tugas (kata ganti
penghubung) seperti : yang mana, dimana, kepada siapa.
Contoh:
Baju yang
mana baru saya beli, telah sobek.
(tidak baku)
Baju yang baru saya beli, telah sobek. (baku)
Bandung dimana
saya dilahirkan sekarang sangat panas. (tidak
baku)
Bandung tempat saya dilahirkan sekarang sangat panas. (baku)
Orang kepada
siapa ia berlindung, kemarin meninggal dunia. (tidak baku)
Orang
tempat ia berlindung, kemarin meninggal dunia. (baku)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengertian
bahasa sangat bergantung pada dari sisi apa kita melihat bahasa. Dalam pengertian umum bahasa diartikan
sebagai sistem lambang bunyi
berartikulasi yang bersifat
arbitrer dan alat komunikasi .
Para ahli
linguistik maupun komunikasi
mengartikan bahasa sebagai suatu sistem tanda atau lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan
oleh para anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
Meskipun
definisi tentang bahasa redaksinya dan penekanannya berbeda, tetapi ada
ciri-ciri umum yang bisa menggambarkan hakikat bahasa.
Ciri-ciri
yang menjadi hakikat bahasa itu adalah
bahwa bahasa itu sistematik, beraturan atau berpola; bahasa itu manasuka (Arbitrer), manasuka atau acak ; bahasa itu vokal atau bahasa itu
merupakan sistem bunyi; bahasa itu symbol; bahasa itu mengacu pada
dirinya; bahasa itu manusiawi; dan
bahasa itu komunikasi.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa,
diantaranya :
·
Faktor
Budaya atau letak Geografis
·
Faktor
Ilmu pengetahuan
·
Faktor
Sejarah
B.
SARAN
Diharapkan setelah membaca makalah
ini, pembaca dapat memahami dengan baik apa yang dimaksud Bahasa, Fungsi Bahasa
dan Ragam Bahasa. Sehingga dalam pengaplikasiannya di kehidupan sehari- hari,
kesalahan – kesalahan dalam berbahasa pada umumnya dapat diminimalisasi atau
mungkin dihilangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus,
Ruhyadi. 2009. Diktat Kuliah Bahasa
Indonesia. Bekasi
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI.
2010. Panduan EYD dan Tata Bahasa
Indonesia. Jakarta : Transmedia
[http://azizturn.wordpress.com/2009/10/12/ragam-bahasa/]
[http://bloggue-hadi.blogspot.com/2009/10/ragam-bahasa.html]
[http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia]
[http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/ragam-bahasa-indonesia/]
[http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ragam-bahasa-indonesia/]
http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-bahasa/a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar