Kamis, 09 April 2015

RAGAM DAN FUNGSI BAHASA

BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia pada waktu dulu sangat tidak divariasikan dalam pengucapan berbicaranya, dalam penyampaiannya pun kata-katanya hampir baku, tapi tidak semua warga Indonesia pada waktu itu berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hanya orang-orang yang berpendidikanlah yang penggunaan bahasa Indonesianya baku, karena kita ketahui pada zaman dulu jarang orang-orang yang dapat bersekolah. Hanya orang yang mempunyai uanglah yang dapat bersekolah. Walaupun begitu, penggunaan bahasa Indonesia di zaman dulu lebih baik dari penggunaan bahasa Indonesia di zaman sekarang.
Bahasa Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak divariasikan dalam pengucapan berbicaranya. Dalam penyampaianpun kata-katanya sudah tidak baku lagi, hal ini disebabkan karena era globaliasi yang berkembang pesat di Indonesia, karena pengaruh-pengaruh budaya luar masuk ke Indonesia termasuk cara gaya berbicaranya, oleh karena itu, sekarang ini bahasa Indonesia yang baku sudah jarang dipakai lagi karena dampak globalisasi itu. Orang-orang berbicara dengan kata-kata yang baku hanya dipakai di kalangan lingkungan sekolah, atau jika sedang berlangsungnya rapat. Kejadian ini sungguh sangat ironi sekali karena seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia membanggakan bahasa kita sendiri, tapi malah kita yang tidak berbicara dengan berbahasa Indonesia.
Jika kita tidak melestarikan tata cara berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka bangsa kita ini akan terjajah oleh bangsa asing, karena apa yang dibicarakan dalam kehidupan sehari-haripun kita sudah tidak memakai bahasa Indonesia. Semua itu sama saja kita sudah terjajah oleh bahasa asing. Dampak lain yang tadi dikatakan bahasa Indonesia sudah tidak akan dipakai lagi mungkin akan hilang, dan bisa-bisa dampaknya akan berpengaruh kepada kebudayaan bangsa kita.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas secara rinci tentang apa itu sebenarnya bahasa, fungsi bahasa dan ragam bahasa, sehingga dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
 
  1. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberitahukan kepada pembaca, tentang apa itu bahasa, fungsi dan ragamnya serta penerapan yang benar dalam kehidupan sehari – hari sehingga dalam berbahasa tidak terdapat kekeliruan dalam berbahasa.
  1. MANFAAT PENULISAN
Agar pembaca dapat lebih mengerti apa itu sebenarnya yang dimaksud dengan bahasa, fungsi dan ragam bahasa dan dapat menggunakan bahasa yang benar.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI BAHASA
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengindentifikasi diri (Chaer, 2004:1). Hal ini memberi gambaran bahwa bahasa adalah berupa bunyi yang digunakan oleh rnasyarakat untuk berkornunikasi. Keraf (1991:1) mengatakan bahwa bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap berupa arus bunyi, yang mempunyai makna. Menerangkan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat terdiri atas dua bagian utama yaitu bentuk (arus ujaran) dan makna (isi). Sapir (1921) dalam Sibarani (2004:36) mengatakan bahwa bahasa adalah metode atau alat penyampaian ide, perasaan, dan keinginan yang sungguh manusiawi dan noninstingtif dengan mempergunakan sistem simbol- simbol yang dihasilkan dengan sengaja dan suka rela. Sedangkan menurut Sibarani (2004:37) Bahasa adalah bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang, sebagai alat komunikasi, dan digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat.
Dalam kamus umum, dalam hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 66) bahasa diartikan sebagai  sistem lambang bunyi  berartikulasi  yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional  yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Kamus Webster mendefinisikan bahasa sebagai A systematic  means of communication ideas or feeling by the use of communication sign, sounds, gestures, or mark having understood meanings.
Dari dua makna umum tentang bahasa di atas,  ada persamaan yang jelas. Persamaan itu adalah bahwa bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi  antar manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan.
Sebagai sebuah istilah dalam linguistik, Kridalaksana (1993:21) mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat  untuk bekerja sama, berinteraksi,  dan mengidentifikasikan diri. Pei dan Gaynor (1975:119) mengatakan bahwa bahasa adalah A system of communication by sound, i.e., through the organs of speech and hearing, among human beings of certain group or community, using vocal symbols possessing arbitrary conventional meaning.
Dari pandangan ahli linguistik seperti Kridalaksana, Pei, dan Gaynor di atas, bahasa ditekankan sebagai sebuah sistem lambang. Istilah sistem  mengandung makna adanya keteraturan dan adanya unsur-unsur pembentuk.
Jalaludin Rakhmat (1992:269), seorang pakar komunikasi, melihat bahasa dari dua sisi yaitu sisi formal dan fungsional.  Secara formal,  bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara fungsional, bahasa diartikan  sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.  Definisi yang diajukan Rakhmat ini tampak mencoba  merangkum pengertian umum dengan pendapat linguis.  Istilah sisi formal yang dikemukakan  Rakhmat mirip dengan istilah sistem, sedangkan sisi fungsional  sejalan dengan bahasa sebagai alat komunikasi. 
Pemahaman bahwa bahasa sebagai alat komunikasi, juga didukung oleh seorang sosiolinguis  bernama Ronald Wardhaugh. Ia menyatakan bahwa bahasa adalah A System of aribtrary vocal symbols used for human communication
Penggambaran yang lebih luas tentang bahasa pernah disampaikan oleh bapak linguistik modern, Ferdinan de Saussure. Ia  menjelaskan bahasa dengan menggunakan tiga istilah  yaitu langage, Langue, dan parole. Ketiga istilah dari bahasa Prancis itu dalam bahasa Indonesia dipadankan dengan satu istilah saja yaitu ‘bahasa’.  Langage  adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal. Langage ini bersifat abstrak.  Istilah langue mengacu pada sistem lambang bunyi tertentu yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu. Sedangkan parole adalah bentuk konkret langue yang digunakan dalam bentuk ujaran atau tuturan oleh anggota masyarakat dengan sesamanya (Chaer, 1995:39-40;  Chambers, 95:25; Verhaar,81:1).
Definisi lain tentang bahasa, antara lain bisa kita dapat dari Finochiaro. Meskipun tidak terlalu berbeda dengan definisi-definisi di atas, ia  memasukkan kaitan  bahasa sebagai bentuk budaya. Ia menyatakan  bahwa  Language is a system of arbitrary, vocal sumbols which permits all peaple in a given culture, or other peaple who have learned the system of  the culture, to communicate or to interact.
Dari sudut pandang psikologi, karena bahasa itu sebuah sistem simbol terstruktur, maka bahasa bisa dipakai sebagai alat berpikir, merenung, bahkan untuk memahami segala sesuatu. De Vito menyatakan bahwa bahasa adalah  A potentially self-refleksive, structired system of symbols which catalog the objects, events, and relation in the world .
Dengan melihat deretan definisi tentang bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa cukup banyak dan bervariasi definisi tentang bahasa yang bisa kita temui. Variasi itu wajar  terjadi karena sudut pandang keilmuan mereka yang juga berbeda. Meskipun demikian,  variasi tersebut terletak pada penekanannya saja, akan tetapi hakikatnya sama.  Ada yang menekankan bahasa pada fungsi komunikasi, ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem,  ada pula yang memposisikan bahasa sebagai alat.

Indonesia adalah Negara yang wilayahnya sangat luas dengan penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, maka pengunaan bahasa Indonesia juga beragam. Apabila beberapa orang berbicara dalam bahasa yang tidak dapat dipahami, pertama yang terdengar adalah berbagai bunyi dan berselang- seling dan rumit sekali. Ketika ingin semakin akrab dengan bahasa itu bunyi yang berselang- seling tadi berubah menjadi bunyi yang dapat dibedakan. Tiap bahasa memiliki aturan-aturan sendiri yang menguasai bunyi- bunyi dan urutan- urutannya, kata dan bentukan- bentuknya, kalimat dan susunannya.

Indonesia adalah Negara yang multilingual. Selain bahasa Indonesia yang digunakan secara nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah , besar maupun kecil, yang digunakan oleh para anggota masyarakat bahasa daerah itu untuk keperluan yang bersifat kedaerahan, tetapi di samping itu banyak pula yang hanya menguasai satu bahasa, namun ada pula yang menguasai dwi bahasa (bilingual) atau lebih dari dua bahasa (multilingual).

  1. HAKIKAT BAHASA
a)      Bahasa itu sistematik
Sistematik artinya beraturan atau berpola. Bahasa memiliki sistem bunyi dan sistem makna yang beraturan. Dalam hal bunyi, tidak sembarangan bunyi bisa dipakai  sebagai suatu simbol  dari suatu rujukan (referent) dalam berbahasa. Bunyi mesti diatur sedemikian rupa sehingga terucapkan.  Kata pnglln tidak mungkin muncul secara alamiah, karena tidak ada vokal di dalamnya.  Kalimat  Pagi ini Faris pergi ke kampus, bisa dimengarti karena polanya sitematis, tetapi kalau diubah menjadi  Pagi  pergi ini kampus ke Faris  tidak bisa dimengarti karena melanggar sistem.
Bukti lain, dalam struktur morfologis bahasa Indonesia, prefiks me- bisa berkombinasi dengan dengan  sufiks –kan dan –i seperti pada kata membetulkan dan menangisi. Akan tetapi tidak bisa berkombinasi dengan ter-. Tidak bisa dibentuk kata mentertawa, yang ada adalah mentertawakan atau tertawa. Mengapa demikian ? Karena bahasa itu beraturan dan berpola.
b)      Bahasa itu manasuka (Arbitrer)
Manasuka  atau arbiter adalah acak , bisa muncul tanpa alasan. Kata-kata (sebagai simbol) dalam bahasa  bisa muncul tanpa hubungan logis dengan yang disimbolkannya.  Mengapa makanan  khas yang berasal dari Garut itu disebut dodol bukan dedel atau dudul ? Mengapa  binatang panjang kecil berlendir itu kita sebut cacing ? Mengapa tumbuhan kecil itu disebut rumput, tetapi mengapa dalam bahasa Sunda disebut jukut, lalu dalam bahasa Jawa dinamai suket ? Tidak adanya alasan kuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas atau yang sejenis dengan pertanyaan  tersebut.
Bukti-bukti di atas menjadi bukti bahwa bahasa memiliki sifat arbitrer, mana suka, atau acak semaunya.  Pemilihan bunyi dan kata dalam hal ini benar-benar sangat bergantung pada konvensi atau kesepakatan pemakai bahasanya.  Orang Sunda menamai suatu jenis buah dengan sebutan cau, itu terserah komunitas orang Sunda, biarlah orang Jawa menamakannya gedang, atau orang Betawi menyebutnya pisang.
 Ada memang kata-kata tertentu yang bisa dihubungkan secara logis dengan benda yang dirujuknya seperti kata  berkokok untuk bunyi ayam, menggelegar untuk menamai bunyi halilintar, atau mencicit untuk bunyi tikus. Akan tetapi, fenomena seperti itu hanya sebagtian kecil  dari keselurahan kosakata dalam suatu bahasa.
c)      Bahasa itu vokal
Vokal dalam hal ini berarti bunyi.  Bahasa mewujud dalam bentuk bunyi.  Kemajuan teknologi dan  perkembangan kecerdasan manusia memang telah melahirkan bahasa dalam wujud tulis, tetapi sistem tulis tidak bisa menggantikan ciri bunyi dalam bahasa.  Sistem penulisan hanyalah  alat untuk menggambarkan arti di atas kertas, atau media keras lain. Lebih jauh lagi, tulisan berfungsi sebagai  pelestari ujaran. Lebih jauh lagi dari itu,  tulisan menjadi pelestari kebudayaan manusia. Kebudayaan manusia purba dan manusia terdahulu lainnya bisa kita prediksi karena mereka meninggalkan sesuatu untuk dipelajari. Sesuatu itu antara lain berbentuk tulisan.
Realitas  yang  menunjukkan bahwa bahwa bahasa itu  vokal mengakibatkan telaah tentang bahasa (linguistik) memiliki cabang kajian  telaah bunyi yang disebut dengan istilah fonetik dan fonologi. 
d)      Bahasa itu simbol
Simbol adalah lambang sesuatu,  bahasa juga adalah lambang sesuatu. Titik-titik air yang jatuh dari langit diberi simbol dengan bahasa dengan bunyi  tertentu. Bunyi tersebut jika ditulis adalah hujan.  Hujan adalah simbol linguistik yang bisa disebut kata untuk melambangkan titik-titik air yang jatuh dari langit itu.  Simbol bisa berupa bunyi, tetapi bisa berupa goresan tinta  berupa gambar di atas kertas.  Gambar adalah bentuk lain dari simbol.   Potensi yang begitu tinggi yang dimiliki bahasa untuk menyimbolkan sesuatu  menjadikannya  alat yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya jika  manusia tidak memiliki bahasa,  betapa sulit mengingat dan menkomunikasikan sesuatu kepada orang lain.



e)      Bahasa itu mengacu pada dirinya
Sesuatu disebut bahasa jika ia mampu dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.  Binatang  mempunyai bunyi-bunyi sendiri  ketika bersama dengan sesamanya, tetapi bunyi-bunyi yang meraka gunakan tidak bisa digunakan untuk  membelajari bunyi  mereka sendiri. Berbeda dengan halnya bunyi-bunyi yang digunakan oleh manusia ketika berkomunikasi. Bunyi-bunyi yang digunakan manusia bisa digunakan untuk menganalisis bunyi itu sendiri. Dalam istilah linguistik, kondisi seperti itu disebut dengan metalaguage, yaitu bahasa bisa dipakai untuk  membicarakan bahasa itu sendiri.  Linguistik menggunakan bahasa untuk menelaah bahasa secara ilmiah. 
f)       Bahasa itu manusiawi
Bahasa itu manusiawi dalam arti bahwa itu adalah kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia.  Manusialah yang berbahasa  sedangkan hewan dan tumbuhan tidak.  Para hali biologi telah membuktikan bahwa berdasarkan sejarah evolusi,  sistem komunikasi binatang  berbeda dengan sistem komunikasi manusia, sistem komunikasi binatang tidak mengenal ciri bahaya manusia sebagai sistem bunyi dan makna. Perbedaan itu kemudian menjadi pembenaran menamai manusia sebagai  homo loquens  atau  binatang yang mempunyai kemampuan berbahasa. Karena sistem bunyi yang digunakan dalam bahasa manusia itu berpola makan manusia pun disebut homo grammaticus, atau hewan yang bertata bahasa.
g)      Bahasa itu komunikasi
Fungsi terpenting dan paling terasa dari bahasa adalah  bahasa sebagai alat komunikasi dan interakasi. Bahasa berfungsi sebagai  alat memperaret antar manusia dalam komunitasnya, dari komunitas  kecil seperti keluarga, sampai komunitas besar seperti negara. Tanpa bahasa tidak mungkin terjadi interaksi harmonis antar manusia, tidak terbayangkan bagaimana bentuk kegiatan sosial antar manusia tanpa bahasa.
Bahasa itu harus difahami dan dimengerti oleh para pemakainya atau oleh orang lain yang diajak berkomunikasi.Artinya, bahasa yang digunakan 
Komunikasi mencakup makna  mengungkapkan dan menerima pesan, caranya bisa dengan berbicara, mendengar, menulis, atau membaca. Nabi Muhammad SAW telah meninggal  pada masa silam, tetapi ajaran-ajarannya telah berhasil dikomunikasikan kepada umat manusia pada masa sekarang. Melalui buku, para pemikir sekarang bisa mengkomunikasikan pikirannya kepada para penerusnya yang akan lahir di masa datang.  Itulah bukti bahwa bahasa menjadi jembatan komunikasi antar manusia.
h)   Bahasa itu Unik
Di dunia ini tidak ada bahasa yang mempunyai perangkat pola – pola yang sama, setiap bahasa berbeda. Setiap bahasa memiliki ciri khas, baik dalam struktur bunyi, kalimat, kata, maupun dalam struktur semestinya.
Unik bermaksud mempunyai ciri khusus yang spesifik yang tiada pada yang lain.
         Bahasa bersifat morfemis, yaitu tekanan pada kata akan menyebabkan makna kata berubah. Contoh :
Bahasa Batak
            ‘bontar            darah                           bon’tar            putih
            ‘bagas             rumah                          ba’gas             dalam
            ‘hotang           rotan                            ho’tang           keras
            ‘hunik             kunyit                           hu’nik             kuning
Bahasa Inggris
            ‘import            import                          im’port            mengimnport
            ‘insult              penghinaan                 in’sult              menghina
            ‘object             objek                            ob’ject             berkeberatan
            ‘permit                        izin                               per’mit                        mengizinkan

         Bagi bahasa Jawa, setiap kata yang dimulai konsonan / b /, / d /, / g /,  / k /,
            / p / dan / t / akan didahului oleh konsonan nasal yang relevan. Contoh:
                                    bandung                     mbandung
                                    depok                          ndepok
                                    gopek                          ngopek
                                    lompat                         lo-mpat
                                    tendang                       te-ndang
                                    tongkat                        to-ngkat
         Ciri kelainan setiap bahasa, disebut ciri unik untuk bahasa itu, tetapi ciri kelainan yang menjadi ciri sekelompok bahasa tidak disebut unik, tetapi ciri kelainan bahasa serumpun.
I).    Bahasa Itu Berubah
Tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk juga bahasa, semuannya berubah. Perubahan dalam bidang bahasa yang mencakup kosa kata, bentuk kalimat, dan lain – lainnya dapat dibuktikan dengan jalan membandingkan bahasa Indonesia saat ini dengan masa sebelumnya, membandingkan bahasa Indonesia pada tahun 1945 dengan bahasa Indonesia tahun 2011.

  1.  FUNGSI BAHASA
         Fungsi bahasa secara umum:
>  Untuk tujuan praktis, iaitu sebagai alat perhubungan dalam pergaulan sehari-hari.
>  Untuk tujuan estetika, iaitu sebagai alat pemuasan rasa estetika
>  Untuk tujuan kecendekiaan, iaitu sebagai alat pengajaran dan pemelajaran ilmu pengetahuan.
>  Untuk tujuan filologi, iaitu sebagai alat mengkaji naskhah kuno, latar sejarah bahasa dan bangsa, budaya dan pengembangan bahasa.
         Sebagai bahasa kebangsaan, sesuatu bahasa itu berfungsi sebagai:
>  lambang kebanggaan nasional yang mencerminkan  nilai social budaya masyarakatnya.
>  lambang jati diri nasional yang mengekang kemasukan unsur asing kecuali yang dianggap perlu berasaskan tatacara tertentu.
>  alat pemersatu masyarakat yang berbeda latar budaya dengan berbagai kepentingan.
>  alat perhubungan antara daerah dan antara budaya yang saling merentasi.
         Sebagai bahasa negara, sesuatu bahasa itu berfungsi sebagai:
>  bahasa resmi negara yang digunakan dalam upacara, peristiwa dan aktiviti kenegaraan secara lisan atau tulisan.
>  bahasa pengantar di institusi pendidikan dari peringkat dasar hingga institusi pengajian tinggi (IPT).
>  bahasa resmi dalam perancangan dan pelaksanaan pembangunan negara, iaitu antara sektor awam dengan swasta, dan antara kerajaan dengan masyarakat umum.
>  bahasa resmi dalam pengembangan kebangsaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia globalisasi.
  • Fungsi bahasa dalam masyarakat:
1.      Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2.      Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3.      Alat mengidentifikasi diri.


  1. RAGAM BAHASA
Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan.
Macam-macam ragam bahasa :
  1. Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
  2. Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
  3. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
  4. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
  5. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
  6. Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
  7. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
  8. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
  9. Ragam bahasa perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s, dan lain sebagainya.
  10. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa, dan lain sebagainya.
  11. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
Macam-macam ragam bahasa yang disebutkan diatas dapat dibedakan lagi menjadi sebagai berikut :
1. Berdasarkan pokok pembicaraan :
·         Ragam bahasa undang-undang
·         Ragam bahasa jurnalistik
·         Ragam bahasa ilmiah
·         Ragam bahasa sastra
2. Berdasarkan media pembicaraan :
a. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
·         Ragam bahasa cakapan
·         Ragam bahasa pidato
·         Ragam bahasa kuliah
·         Ragam bahasa panggung
 Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
o    Adanya lawan bicara 
o    Terikat waktu dan ruang
o    Dapat dibantu dengan mimik muka/wajah, intonasi, dan gerakan anggota tubuh
o    Unsur-unsur dramatika biasanya dinyatakan dihilangkan atau tidak lengkap
b. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
·         Ragam bahasa teknis
·         Ragam bahasa undang-undang
·         Ragam bahasa catatan
·         Ragam bahasa surat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
o    Tidak mengharuskan kedatangan/kehadiran pembaca
o    Diperlukan ejaan atau tanda baca Kalimat ditulis secara lengkap
o    Komunikasi resmi
o    Wacana teknis
o    Pembicaraan di depan khalayak ramai
o    Pembicaraan dengan orang yang dihormati
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.

            Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.
3.  Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara, dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
    • Ragam bahasa resmi
    • Ragam bahasa akrab
    • Ragam bahasa agak resmi
    • Ragam bahasa santai, dan sebagainya
E.     Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia

Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan.
Penyimpangan/kesalahan umum dalam berbahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.  Hiperkorek

Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa karena “membetulkan” bentuk yang sudah benar sehingga menjadi salah.

Contoh:

Utang  (betul)              menjad            i           hutang (hiperkorek)
Insaf    (betul)              menjadi          insyaf  (hiperkorek)
Pihak   (betul)              menjadi          fihak    (hiperkorek)
Jadwal (betul)              menjadi          jadual  (hiperkorek)
Asas    (betul)              menjadi          azas     (hiperkorek)

2.  Pleonasme

Pleonasme adalah kesalahan berbahasa  karena  kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya tidak diperlukan.

Pleonasme ada tiga macam :

a.  Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata

Zaman dahulu                                     (benar)
Dahulu kala                             (benar)
ð  Zaman dahulu kala      (pleonasme)

   b. Bentuk jamak dinyatakan dua kali

Ibu - ibu                                  (benar)
Para ibu                                   (benar)
ð  Para ibu – ibu              ( pleonasme)


Tolong – menolong                             (benar)
Saling menolong                                 (benar)
ð  Saling tolong - menolong        (pleonasme)

c.  Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena pernyataannya sudah cukup jelas

Contoh:
=> Maju kedepan
=> Kambuh kembali

3. Kontaminasi

Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa Inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan ‘kerancuan’. Rancuartinya ‘kacau’ dan kerancuan artinya ‘kekacauan’.
Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata.
Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk.
Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau atau kalimat yang kacau.
Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang tumpang tindih.

·         Contoh kontaminasi imbuhan :

(meng+kesamping+kan)                mengesampingkan       (benar)
(men+samping+kan)                      menyampingkan          (benar)
mengenyampingkan
     (kontaminasi)

·         Contoh kontaminasi frase:
            Kadang – kadang                    (benar)
            Ada kala(nya)                         (benar)
ð  Kadang kala                (kontaminasi)

Berulang – ulang                     (benar)
Berkali – kali                           (benar)
ð  Berulang kali               (kontaminasi)

·         Contoh Kontaminasi Kalimat :
Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.                        (benar)
Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat.                         (benar)
ð  Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (kontaminasi)

Anak - anak dilarang merokok.                                               (benar)
Anak - anak tidak boleh merokok.                                          (benar)
ð  Anak - anak dilarang tidak boleh merokok.                (kontaminasi)
4. Perombakan bentuk Pasif
            Perombakan bentuk pasif dibagi menjadi tiga :
a.      Pemakaian awalan di- untuk bentuk pasif yang seharusnya tidak berawalan di-

Contoh :
Buku itu dibaca oleh saya                         (tidak baku)
Buku itu saya baca                                    (baku)

Buku itu dibaca oleh kamu                       (tidak baku)
Buku itu kamu baca                                  (baku)

b.      Penghilangan awalan di- untuk bentuk pasif yang seharusnya menggunakan awalan di-

Contoh :
Buku itu dibaca oleh mereka.                   (baku)
Buku itu mereka baca.                              (tidak baku)

Buku itu dibaca oleh Ridwan.                  (baku)
Buku itu Ridwan baca.                             (tidak baku)

c.       Penyisipan kata diantara 2 kata dari sebuah frase terikat.

Contoh :
Buku itu Saya akan baca.                         (tidak baku)
Buku itu akan Saya baca.                         (baku)

Masalah itu Kami sudah bahas kemarin.  (tidak baku)
Masalah itu sudah Kami bahas kemarin. (baku)


5. ` Kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan pemakaian/penghilangan kata tugas         

Kesalahan pemakaian kata tugas dalam berbahasa Indonesia ada tiga macam :
a.      Ketidak tepatan kata tugas yang digunakan.
Contoh :
Hasil dari pada penelitian itu sangat memuaskan.      (tidaktepat)
Hasil penelitian itu sangat memuaskan.                      (baku)

b.      Pemakaian kata tugas yang tidak diperlukan

Contoh:

Kepada mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (tidakbaku)

      Mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah.  (baku)

c.       Penghilangan kata tugas yang diperlukan

Contoh:

Dia bekerja sesuai peraturan yang berlaku.                             (tidak baku)

      Dia bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.                (baku)

6.     Pengaruh bahasa daerah

Pengaruh bahasa daerah yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ada dua macam.

a.      Pengaruh dalam pembentukan kata, yaitu pemakaian awalan ke- (yang seharusnya awalan ter-) dan penghilangan imbuhan.

Contoh pemakaian awalan ke- :

ketabrak, kepukul.                      (tidak baku)
tertabrak, terpukul.                     (baku)

Contoh penghilangan imbuhan :

Hasil penelitiannya beda dengan hasil penelitian saya.              (tidakbaku)
Hasil penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian saya.         (baku)

Pegawai itu dipindah keluar kota.                      (tidakbaku)
Pegawai itu dipindahkan keluar kota.                (baku) 

b.      Pengaruh dalam susunan kalimat, penggunaan akhiran – nya
Contoh:
Rumahnya Pak Ridwan sangat besar.  (tidakbaku)
Rumah Pak Ridwan sangat besar.        (baku)

7.  Pengaruh bahasa asing

Pengaruh bahasa asing yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ialah pemakaian kata tugas (kata ganti penghubung) seperti : yang mana, dimana, kepada siapa.
Contoh:
Baju yang mana baru saya beli, telah sobek.            (tidak baku)
Baju yang baru saya beli, telah sobek.                       (baku)

Bandung dimana saya dilahirkan sekarang sangat panas.    (tidak baku)
Bandung tempat saya dilahirkan sekarang sangat panas.     (baku)

Orang kepada siapa ia berlindung, kemarin meninggal dunia.        (tidak baku)
Orang tempat ia berlindung, kemarin meninggal dunia.                  (baku)
 
 
BAB III
PENUTUP

A.                KESIMPULAN
Pengertian bahasa sangat bergantung pada dari sisi apa kita melihat bahasa.  Dalam pengertian umum bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi  berartikulasi  yang bersifat arbitrer dan  alat komunikasi .
 Para ahli  linguistik maupun komunikasi  mengartikan bahasa sebagai suatu sistem tanda atau  lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat  untuk bekerja sama, berinteraksi,  dan mengidentifikasikan diri.
Meskipun definisi tentang bahasa redaksinya dan penekanannya berbeda, tetapi ada ciri-ciri umum yang bisa menggambarkan hakikat bahasa.
Ciri-ciri yang menjadi hakikat bahasa itu adalah  bahwa bahasa itu sistematik, beraturan atau berpola;  bahasa itu manasuka (Arbitrer), manasuka  atau acak ; bahasa itu vokal atau bahasa itu merupakan sistem bunyi; bahasa itu symbol; bahasa itu mengacu pada dirinya;  bahasa itu manusiawi;  dan  bahasa itu komunikasi.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
·         Faktor Budaya atau letak Geografis
·         Faktor Ilmu pengetahuan
·         Faktor Sejarah
B.                                                            SARAN
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami dengan baik apa yang dimaksud Bahasa, Fungsi Bahasa dan Ragam Bahasa. Sehingga dalam pengaplikasiannya di kehidupan sehari- hari, kesalahan – kesalahan dalam berbahasa pada umumnya dapat diminimalisasi atau mungkin dihilangkan. 

DAFTAR PUSTAKA
Agus, Ruhyadi. 2009. Diktat Kuliah Bahasa Indonesia. Bekasi
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI.    2010. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Transmedia
[http://azizturn.wordpress.com/2009/10/12/ragam-bahasa/]

[http://bloggue-hadi.blogspot.com/2009/10/ragam-bahasa.html]

[http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia]

[http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/ragam-bahasa-indonesia/]

[http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ragam-bahasa-indonesia/]


http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-bahasa/a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar