Kamis, 29 November 2012

Tafsir Tarbawi: Pendidikan Keluarga

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas dan banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis, pendidikan tak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dari prespektif mengajar, pelakunya adalah guru/pendidik ataupun pihak yang mendidik. Sedangkan dari prespektif belajar, pelakunya adalah peserta didik /siswa yang melakukan aktivitas belajar. Dengan demikian, pendidikan adalah proses interaksi pendidik dan peserta didik yang mempunyai tujuan tertentu. Pendidikan sebagai proses pada dasarnya membimbing peserta didik kepada tahapan kedewasaan, dengan melalui program pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, termasuk didalamnya pendidikan dalam keluarga serta lingkungan.
Dalam bingkai nasional, pembangunan pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Oleh sebab itu kearah pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan, garapan pendidikan yang hakikatnya merupakan suatu sistem yang dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan terpadu mellibatkan berbagai pihak termasuk lingkungan keluaraga, lingkungan masyarakat, dan pemerintah baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. 


BAB II
PEMBAHASAN
Surah Ali 'Imran 110
 öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (Q.S. Ali Imran [3] : 110)
Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin supaya tetap memelihara sifat-sifat utama itu dan supaya mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi.
Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum muslimin di masa nabi dan telah menjadi darah daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah belah selalu berada dalam suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka. Ini adalah berkat keteguhan iman. Dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. [1]
Menurut Sayyid Muhammad Husein At Thabathaba’i dalam arti percaya kepada ajakan bersatu untuk berpegang teguh pada tali Allah,  dan tidak bercerai berai. Dengan demikian ayat ini menyebutkan tiga syarat yang harus dipenuhi dalam lingkungan pendidikan yaitu : amar makruf nahi mungkar dan persatuan dalam berpegang teguh pada tali Allah.[2]
Ayat di atas menunjukkan bahwa lingkungan pendidikan yang kondusif adalah dimana lingkungan tersebut patuh dalam menjalankan perintah agama, mengajak kepada kebaikan serta terhindar dari kemungkaran. Selain itu faktor yang mendukung suatu lingkungan pendidikan menjadi kondusif adalah keamanan dan ketentraman serta keadilan.
Dalam hadits juga dijelaskan bahwa lingkungan pendidikan haruslah senantiasa terjaga kebersihannya lahir maupun batin. Seperti hadits yang di riwayatkan imam muslim yang berbunyi :
“kebersihan sebagian dari iman”
Dengan keterangan hadits di atas dapat di simpulkan bahwa kebersihan lingkungan itu sangat mempengaruhi lingkungan pendidikan. Karena dengan kebersihan lingkungan itu memberikan kenyamanan peserta didik, dan memudahkan dalam berkonsentrasi dalam belajar.
A.    PENGERTIAN  LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.[3]
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidupa lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan- hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai factor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.[4]
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Mengacu pada pengertian lingkungan pendidikan seperti tertulis diatas, maka lingkungan pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi 3 macam lingkungan yaitu (1) lingkungan pendidikan keluarga; (2) lingkungan pendidikan sekolah ; (3) lingkungan pendidikan masyarakat atau biasa disebut tripusat Oleh KI Hajar Dewantara lingkungan ketiga disebut sebagai perkumpulan pemuda. [5]

B.   LINGKUNGAN PENDIDIKAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM
Berbicara lingkungan dalam konteks pendidikan, maka tidak terlepas dari apa yang disebutkan oleh  Ki Hajar Dewantara dengan penamaan Tripusat Pendidikan. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan berlangsung dalam tripusat pendidikan yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Jika dikaitkan dengan prespektif islam, maka ada beberapa konsep yang dilahirkan baik dari al qur’an, Nabi Muhammad maupun dari para cendekiawan muslim.

  1. Lingkungan Keluarga
           Tidak dapat di pungkiri bahwa dalam keluarga akan terjadi proses pendidikan, bahkan lingkungan keluarga sebagaimana disebutkan dalam undang-undang sisitem pendidikan nasional (sisdiknas) no 20 tahun 2003 merupakan lembaga pendidikan informal. dari sini Nampak secara yuridis maka keluarga memiliki tanggung jawab dan peran yang besar dalam pendidikan anak-anak.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Al qur’an telah mewanti-wanti agar keluarga memperhatikan pendidikan bagi anaknya supaya terhindar dari kelemahan baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun psikis. Al qur’an memerintahkan agar menjaga keluarga dari api neraka sebagaiman yang di sebutkan dalam surat at tahrim (66) ayat 6  yang berbunyi :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  
hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.[6]
Kalau orang tua tidak bisa pandai mendidik dan memelihara anak, akhirnya anak akan terjerumus kepada perilaku yang negative, maka akibatnya orang tua akan menerima akibatnya baik di kehidupan dunia apalagi diakhirat.
Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama.
Jika mereka mampu dan mempunyai kesempatan, maka mereka lakukan sendiri pendidikan agama ini, akan tetapi bila tidak mampu atau tidak berkesempatan, maka mereka orang tua menitipkan kepada lembaga pendidikan yang ada baik informal maupun non formal. Di samping itu orang tua mempunya kewajiban untuk memberikan perhatian dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh seorang anak.[7] Di samping itu keluarga juga mempunyai beberapa fungsi dalam pendidikan antara lain :
a)             Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
b)            Menjamin kehidupan emosional anak
c)             Menanamkan dasar pendidikan moral
d)            Memberikan dasar pendidikan sosial.
e)             Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak
Realisasi atau hubungan antara ayah, ibu, anak merupakan pergaulan dan hubungan dalam keluarga yang harus tetap terbina. Semakin harmonis hubungan ketiganya, maka semakin mengukuhkan pendidikan anak dalam keluarga. Anak akan banyak belajar dari apa yang di tampilkan oleh ayah dan ibunya  dalam kehidupan sehari–hari. Penghayatan relasi-relasi ini sangat penting dialami anak dalam keluarga sebagai bekal dan persiapannya kelak pada pertumbuhannya dan pergaulannya dengan komunitas yang lebih besar lagi.[8]
2.   Lingkungan Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan dimana peserta didik/anak menyerap nilai-nilai akademik termasuk bersosialisasi dengan guru dan teman sekolah, mengenai hal ini Zarnuzi penulis buku Ta’limul Muta’alim memberikan arahan tentang guru dan teman. Menurut Zarnuzi, idealnya seorang guru memiliki sifat alim, wara’, dan lebih tua. Demikan pula anak di sekolah tidak akan terlepas dari pergaulan teman sebayanya. Dalam hal ini Zarnuzi menyarankan agar memilih teman tidak sembarangan. Hendaknya teman itu memiliki sifat belajar yang tekun, wara’, dan berwatak istiqomah karena hal itu secara langsung maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi. Sebagaimana di ungkapkan Zarnuzi dalm syairnya : “janganlah bertanya tentang kelakuan seseorang, tetapi lihatlah siapa temannya, karena biasanya orang itu mengikuti temannya. Kalau temanmu berbudi buruk, maka menjauhlah segera, bila berlaku baik mak bertemanlan dengannya, tentu kau akan mendapt petunjuk”[9]
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut;
a)    Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
b)   Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
c)    Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
d)   Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.[10]
  1. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai peran penting dalam pendidikan, bagaimana peserta didik hidup di lingkungan masyarakat sehingga pola perilaku dan gayanya akan di pengaruhi oleh  masyarakat. Masyarakat yang baik akan membentuk pola peserta didik yang baik pula. Peran masyarakat sangat besar pengaruhnya karena anak tinggal lama di masyarakat. Oleh karena itu masyarakat harus mengambil bagian dari proses di sekolah dan memindahkannya di masyarakat agar pendidikan agar tidak hanya di sekolah, dengan demikian maka prinsip long life education akan tercipta. Hendaknya masyarakat di jadikan tempat menimba ilmu. Masyarakat dapat menyediakan akses non formal seperti pesantren, kursus-kursus dan lain sebagainya yang dapat memacu dan menumbuhkembangkan potensi warganya terutama anak-anak.[11]
Perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat yang memberikan anak untuk hidup dan mempraktekkan ajaran agama islam dengan rajin beramal, cinta damai, toleransi, dan suka menyambung ukhuwah islamiyah, sebaliknya lingkungan yang tidak menghargai ajaran agama islam maka dapt menjadikan anak apatis atau masa bodoh kepada agama islam. Dalam pandangan islam, masyarakat hendaknya di desain agar menjadi masyarakat madani dan terhindar dari kejahiliyahan. Madani dapat di artikan maju dalam peradaban, memiliki nilai tata islami dan tidak tertinggal sedangkan jahiliyah identiik dengan kebodohan, kegelapan dan penuh dengan hidup yang negative dan kemusyrikan. Oleh karena itu masyarakt islam harus dapt menunjukkan identitasnya yang di landasi dengan nilai rohmatan lil alamin. [12]
C. SYARAT-SYARAT LINGKUNGAN YANG KONDUSIF MENURUT AL QUR’AN
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷br& t,n=y{ /ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& %[`ºurør& (#þqãZä3ó¡tFÏj9 $ygøŠs9Î) Ÿ@yèy_ur Nà6uZ÷t/ Zo¨Šuq¨B ºpyJômuur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbr㍩3xÿtGtƒ ÇËÊÈ  
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”[13]
Keterangan ayat diatas  menjelaskan bahwa dalam membentuk lingkungan yang kondusif, al qur’an menyebutkan agar membina segala sesuatunya dengan penuh rasa kasih sayang dan ketenangan. Kasih sayang adalah pondasi ketenangan dan kebahagiaan. Kasih sayang merupakan kebutuhan rohani yang paling dapat dinikmati, yang berkembang bersama waktu. Pertamam manusia hadir di dunia, secara naluri ia sangat membutuhkan curahan kasih syang. Kasih sayanga merupakan karunia Allah SWT yang harus di junjung tinggi oleh umat manusia. Hal ini bukan saja di tujukan kepada manusia saja, melainkan juga kepada seluruh makhluk dan segala ciptaan Allah yang ada dalam alam semesta.[14]
Suasana belajar yang kondusif yang menurut  Lunandi sebagai berikut:
a.       Kumpulan manusia aktif
b.      Suasana saling menghormati
c.       Suasana saling menghargai
d.      Suasana saling percaya
e.       Suasana penemuan diri
f.       Suasana tidak mengancam
g.      Suasana keterbukaan
h.      Suasana mengakui kekhasan pribadi
i.        Suasana memperbolehkan perbedaan
j.        Suasana mengkui hak untuk berbuat salah
k.      Suasana membolehkan keragu-raguan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Belajar Yang Kondusif dalam lingkungan sekolah dibagi dua macam:
1.      Faktor eksternal (pemenuhan kebutuhan fisik)
Kebutuhan fisik ini mempunyai arti luas. Tidak hanya fisik dalam arti kata lapar dan haus. Daftar berikut merupakan faktor fisik yang harus mendapat perhatian:
a.       Fisik murid  
Pesan untuk guru sangat jelas dan sederhana. Murid tidak akan bisa belajar maksimal bila mereka lapar, terlalu kenyang, haus, lelah, terlalu panas, terlalu dingin atau terlalu dibatasi gerak-geriknya. Bila faktor fisik ini mempengaruhi proses pembelajaran, hal ini harus segera diatasi. Murid tidak akan bisa belajar bila mereka sakit, sedang dalam proses penyembuhan atau mengantuk.
b.      Fisik dan fasilitas pendukung ruang belajar
Bila kita masuk kedalam satu kelas dan melihat cara pengaturan ruang, kita selalu akan melihat meja dan kursi yang disusun berurutan membentuk membentuk baris. Fisik dan fasilitas pendukung belajar diantaranya:
1.      Bentuk meja dan kursi
2.      Postur tubuh yang benar
3.      Ukuran kelas
4.      Suhu ruang kelas
5.      Pencahayaan
6.      Ketenangan kelas
2.      Faktor internal (pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, dicintai, dan dihargai)
Pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, dicintai dan dihargai melibatkan guru dan murid itu sendiri. Peran guru disini sangat besar. Apapun yang guru lakukan akan selalu mendapat perhatian dari murid dan tentu saja akan berdampak pada diri murid.
Cara memenuhi kebutuhan rasa aman, dicintai dan dihargai ini diantaranya:
a.       Perasaan diterima
Perasaan diterima diartikan sebagai perasaan disetujui dan dihargai baik oleh sesama rekan maupun oleh guru. Murid yang memiliki perasaan diterima akan merasa bahwa mereka adalah bagian dari satu kelompok yang memiliki arti penting bagi dirinya.
b.       Aspirasi
Siswa yang mempunyai aspirasi akan dapat menetapkan suatu tujuan pembelajaran yang realistis dan terukur pencapaiannya. Mereka akan mengambil tanggung jawab terhadap akibat akibat yang mungkin timbul dari keputusan yang berhubungan dengan aspirassi mereka.
c.       Rasa aman
Rasa aman didefinisikan sebagai suatu perasaan nyaman dan aman saat berada dalam suatu kelompok. Perasaan aman ini melibatkan suatu perasaan akan kepastian. Murid yang merasa aman, baik secara fisik maupun psikologis (mental dan emosional), akan bersedia mengmbil risiko. Resiko ini termasuk resiko ”gagal” dalam proses pembelajaran.
Menciptakan rasa aman di Kelas adalah tanggung jawab guru. Siswa membutuhkan rasa aman dan terjamin di Kelas sehingga mereka menjadi pelajar yang produktif. Ada tiga hal yang menyebabkan siswa merasa tidak aman, yaitu:
a.       Merasa dipandang aneh oleh guru dan siswa lain
b.      Pekerjaannya dirusak oleh siswa lain
c.       Perkelahian dikelas.
d.      Identitas
Rasa identitas yang kuat berarti seorang siswa mengetahui dengan pasti kekuatan dan kekurangannya, nilai dan kepercayaan yang ia pegang. Murid yang mempunyai rasa identitas yang kuat akan mempunyai daya tahan mental yang kuat, dengan demikian mereka akan tahan terhadap akibat negatif yang dapat ditimbulkan oleh stres yang bersifat negatif.
e.       Sukses
Kehadiran sukses dalam diri seorang murid ditandai dengan perasaan puas akan prestasi mereka.[15]


















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kita ambil beberapa benang merahnya yaitu bahwasanya lingkungan pendidikan adalah berabgai factor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan dalam proses pembelajaran.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Menurut ki hajar dewan toro lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga macam atau yang dikenal dengan tripusat yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan dan lingkungan masyarakat.
Adapun  lingkungan pendidikan yang kondusif menurut al-quran  itu adalah kasih sayang. Sedangkan menurut lunadi syarat liingkungan belajar yang kondusif adalah :
1.      Kumpulan manusia aktif
2.      Suasana saling menghormati
3.      Suasana saling menghargai
4.      Suasana saling percaya
5.      Suasana penemuan diri
6.      Suasana tidak mengancam
7.      Suasana keterbukaan
8.      Suasana mengakui kekhasan pribadi
9.      Suasana memperbolehkan perbedaan
10.  Suasana mengkui hak untuk berbuat salah
11.  Suasana membolehkan keragu-raguan.








DAFTAR PUSTAKA

Http//Hartono.Blogspot.Com/Lingkungan Pendidikan Dalam Al Qur’an.htm.
Wayudin, Din Dkk. Pengantar Pendidikan, Jakarta : Universitas Terbuka, 2004.

Jevuska.blogspot.com.

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia.
Wahyudi, din dkk. Pegantar Pendidikan, Jakarta : universitas terbuka, 2004.

Zarnuzi, Ta’limul Mutaa’alim Terjemah, Surabaya : mutiara ilmu, 1995.

Al qur’an dan terjemah. departemen kementrian agama. Jakarta.

Drs. A. F. Jaelani. Membuka Pintu Rezeki. Gema insane. Jakarta. 1999
Depag . Alquran_Tafsir.Asp.Htm.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Misbah. Pesan, Kesan Dan Keserasian Al Qur’an. Jakarta : Lentera Hati. 2002.


[1] Depag . Alquran_Tafsir.Asp.Htm
[2] shihab, m. quraish. tafsir al misbah. pesan, kesan dan keserasian al qur’an. Jakarta : lentera hati.. 2002. hal 186
[3] Http//Hartono.Blogspot.Com/Lingkungan Pendidikan Dalam Al Qur’an.htm
[4] Wayudin, Din Dkk. Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2004).Hal 3.1
[5] Hartono, Op.Cit.
[6] jevuska.blogspot.comm
[7] uhbiyati, nur, ilmu pendidikan islam, (bandung : pustaka setia),  hal 212
[8] Wahyudi, din dkk. Pegantar Pendidikan, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2004), hlm 3.13
[9] Zarnuzi, Ta’limul Mutaa’alim Terjemah, (Surabaya : Mutiara Ilmu, 1995)
[10] Jevuska. Op.cit.
[11] Zarnuzi, op. cit.
[12] Uhbiyati, Nur,. op.cit. hlm. 217
[13] al qur’an dan terjemah. departemen kementrian agama. Jakarta. hal 664
[14] drs. a. f. jaelani. membuka pintu rezeki. gema insane. Jakarta. 1999. hal 127-29
[15] http//wwww. Lunadi. Com. Syarat-syarat belajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar