Kamis, 24 Januari 2013

ISLAM DAN KEPEDULIAN SOSIAL

 A.       Pengertian Islam      
           Islam berasal dari bahasa arab salima yang artinya “selamat, sentosa, dan damai”. Kemudian salima diubah menjadi aslama yang mengandung arti “berserah diri masuk dalam kedamaia”.[1]
           Selain pendapat diatas ada sumber lain yang mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa arab kata salima dibentuk menjadi aslamna yang artinya “memelihara dari keadaan selamat sentausa, dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat”.
           Islam juga dapat dipahami dalam surah Al-Baqarah ayat 202.
Yang artinya :
           “Hai orang-orang yang beriman ,masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhanya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaiton, sesungguhnya syaiton itu adalah musuh yang nyata bagi mu”.[2]
           Jika di teliti kandungan ayat tersebut menjelaskan bahwa kita diperintah Allah untuk masuk agama islam dan menjauhi syaitan, sebab syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia.[3]
           Secara istilah pengertian islam menurut Harun Nasution adalah Agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul.
B.       Pengertian Sosial
Social berasal dari kata socius yang artinya teman atau kawan, Dalam ruang lingkup sosial terdapat masyarakat. Masyarakat adalah penduduk yang menempati suatu wilayah tertentu. Bangsa Ialah sejumlah orang-orang yang bersama-sama berkemauan untuk bersatu dalam satu susunan kenegaraan, karena didorong oleh bermacam-macam sebab yang sama, persamaan senasib, seperjuangan, persamaan sejarah, dll.
C.       Hubungan islam terhadap kepedulian social
          Hubungan islam terhdap kepedulian sosial itu sangat erat, karena Ajaran Islam pada dasarnya ditunjukan untuk kesejahteraan manusia, termasuk dalam bidang sosial Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawaan, egaliter (kesamaan drajat), tentang rasa dan kebersamaan. Dalam islam juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berbagi kepada orang yang membutuhkan. Misalnya dalam islam mengajarkan kepada kita untuk sedekah, infaq, zakat, dan lain-lain.
Kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita. Lingkungan yang di maksud disini adalah keluarga, teman, dan lingkungan. Kepedulian sosial juga bias di maksut fitrah manusia. Kepedulian sosial sangat beragam ada yang berupa memberikan bantuan uang  makanan dan pakaian, tenaga relawan, obat- obatan, dan masih banyak lagi bentuk  kepedulian sosial.[4]
Contoh kepedulian sosial pada masa Rosulullah SAW. Pada saat itu ada rombongan bangsawan yang baru masuk islam datang ke masjid nabi, pada saat itu Nabi sedang berada dekat dengan para budak. Bangsawan itu mencibir dan menunjukan keberaniannya, mereka berkata kepada nabi ”Kami minta dibuatkan majlis khusus untuk kami”. Mereka berkata “orang-orang arab akan mengenal kemuliaan kita para utusan dari berbagai kabilah arab akan datang menemuimu”. Mereka (kabilah arab) berkata bahwa mereka malu melihat bangsawan duduk dengan budak-budak ini. “Jika urusan kami selesai anda (nabi) bolehlah duduk bersama mereka sesuka anda (nabi”). Para kabilah arab tidak suka kalau nabi duduk berdampingan dengan orang miskin. Mereka meminta kepada nabi untuk membuatkan suatu majlis yang khusus bagi para bangsawan. Allah tidak suka terhadap kaum yang seperti itu, kemdian turunlah malaikat jibril menyampaikan wahyu Allah yaitu Surah al-An’an [6] ayat 52.[5]
Yang artinya :
“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka. Begitu pula mereka tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu,yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasukorang-orang yang zalim.[6]
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa Allah tidak suka terhadap orang-orang yang suka mengucilkan, mencibir orang karena status yang dimiliki. Sebab Allah tidak pernah mengajarkan sikap seperti itu, dan orang-orang yang suka mengucilkan, mencibir, termasuk orang-orang yang zalim.
Allah menegaskan lagi dalam Surat al-Balad [90] ayat 10 -18.
Yang artinya :
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi MAKAN pada hari kelaparan (kepada) anak YATIM yang ada hubungan kerabat, atau orang MISKIN yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih saying Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa ada dua jalan yang bisa kita pakai dalam memanfaatkan harta kita. Al-Qur’an menyarankan kita untuk mengambil jalan yang sukar dan mendaki, yaitu memerdekakan budak atau memberi makan pada anak yatim atau orang miskin. Allah tidak menjelaskan tentang jalan yang mudah, melainkan memberi contoh jalan yang sukar.
Mengapa disebut jalan yang sukar? karena kebanyakan manusia enggan atau merasa berat atau merasa sukar untuk melakukannya. Bila kita mampu mengalahkan rasa berat dan rasa sukar pada diri kita dalam beramal, maka Allah menjanjikan kita termasuk golongan yang kanan; ahli surga. Bukalah cermin hati kita sekali lagi. Apakah kita merasa sukar untuk beramal pada orang miskin dan anak yatim? Hanya cermin hati yang teramat dalam yang mampu menjawabnya dengan jujur.
Allah berfirman dalam Surat al-Ma’arij [70] ayat 19-25
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi KIKIR, Apabila ia ditimpakesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecualiorang-orang yang mengerjakan SHALAT, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,dan orang-orang yang dalam HARTAnya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yangmeminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”[7]
Secara tegas Allah menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu telah menjadi sifat bawaan manusia sejak ia diciptakan. Allah melukiskan sifat manusia dengan sangat baik. Bagi saya pribadi, ayat di atas telah menelanjangi sifat kita. Bukankah kalau kita tidak memiliki harta kita sering berkeluh kesah, sebaliknya, kalau memiliki banyak harta kita cenderung untuk kikir. Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan (keluh kesah & kikir) kita tersebut tidak menjelma atau dapat kita padamkan.
Allah menyebutkan, paling tidak, dua jalan. Pertama, mengerjakan sembahyang secara kontinu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin. Dua resep ini insya Allah akan mampu memadamkan sifat keluh kesah dan sifat kikir yang kita miliki, untuk tetap peduli terhadap sesama.
D.       Analisis
Dari penjelasan di atas dapat kami analisis, bahwa kepedulian social itu sangat penting, karena kita hidup di dunia ini selain makhluk individu juga makhluk sosial, yang artinya makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain.
           Ada kalanya di saat orang lain kesusahan, dan kesulitan, kita sebagai insan Secara istilah yang beragama, rasa kepedulian sosial itu harus ditanamkan. Baik di dalam keluarga, dalam kehidupan bertetangga, bermasyarakat dan bernegara agar tercapai perdamaian yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa peduli terhadap sesama, untuk saling tolong menolong terhadap saudaranya yang kekurangan. .
E.        Kesimpulan
           Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
Secara istilah pengertian islam menurut Harun Nasution adalah Agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalaui nabi Muhammad SAW sebagai rosul.
           Social berasal dari kata socius yang artinya teman atau kawan. Dalam ruang lingkup sosial terdapat suatu masyarakat.
           Kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita. Lingkungan yang di maksud disini adalah keluarga, teman, dan lingkungan.
           Hubungan islam terhadap kepedulian sosial itu sangat erat, karena Ajaran islam pada dasarnya ditujukan untuk kesejah teraan manusia, termasuk dalam bidang social islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawaan, egaliter (kesamaan drajat), tentang rasa dan kebersamaan.
           Dalam islam juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berbagi kepada orang yang membutuhkan. Misalnya dalam islam mengajarkan kepada kita untuk sedekah, infaq, zakat, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Dan Terjemahnya. 1999. Semarang : CV.Wicaksana
http://www.pkpu.or.id/zakat.php diakses 19 Desember 2011
Nata, Abuddin. 1999. metodologi studi islam. Jakarta : PT.Grafindo Persada.


[1] Abuddin Nata,metodologi studi islam,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),cet.II,hlm.88
[2] Al-quran surah Al-baqarah ayat 202
[3] Pemikiran sendiri
[6] Al-quran surah Al-an’am ayat 52
[7] Al-quran surah Al-ma’arij ayat 19-25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar