Selasa, 29 Januari 2013

Pendidikan Dan Masyarakat , Pendidikan Dan Stratifikasi Sosial

PENDAHULUAN

Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh didasarkan stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama. Istilah stratifikasi diambil dari bahasa Inggris yaitu stratification, berasal dari kata strata, atau stratum yang berarti lapisan. Oleh sebab itu social stratification sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat atau pelapisan sosial. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakat dikatakan berada dalam suatu lapisan stratum. Pitirim A. Sorokin memberikan definisi suatu masyarakat sebagai berikut : suatu masyarakat ialah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hiearchis).

Pelapisan sosial terjadi dengan sendirinya dan dengan disengaja. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dan yang disengaja pelapisan yang disusun dengan ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasannya yang diberikan kepada seseorang.

Beberapa pemikiran tentang pelapisan sosial tentang pelapisan sosial ini muncul karena adanya ketidaksamaan status-status diantara individu-individu serta adanya ukuran tentang apa yang sangat dihargai dan dijadikan ukuran oleh masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan misalnya, mereka yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya, gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal dan selanjutnya ada yang membagi pelapisan sosial ini menjadi beberapa lapisan yakni :
1. Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class).
2. Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).
3. Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class). Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih banyak (mayoritas) daripada di kelas menengah (middle) apalagi pada kelas atas (upper). Semakin keatas semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi kelas atas (upper class).


PEMBAHASAN 

I. PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

A. Pendididkan dan Lingkungan Sosial

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahankelakuan anak didik . Pendidikan bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan , keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lain nya kepada generasi muda.Kelakuan manusia pada hakikat nya hampir seluruhnya bersifat sosial. Yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah , sekolah, tempat bermain, pekerjaan dan sebagainya.
Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertam aindividu itu dengan anggota masyarakat lainnya,misalnya pada saat pertama kali bayi dibiasakan minum menurut waktu tertentu.Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri .Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang diharapkan pada saatnya tanpa ada nya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya.
Juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiyasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal.bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui pendidikan tak formal.

B. faktor-faktor dalam perkembangan manusia 

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai-bagai faktor yakni faktor biologis lingkungan alamiah , dan lingkungan sosial budaya. Mengutamakan salah satu aspek memberikan gambaran yang kurang tepat.kepribadian tak dapat dilepaskan dari aspek biologis.
Lingkungan alamiah seperti iklim dan faktor-faktor geografis lainnya memberikan tempat dan bahan yang perlu bagi kehidupan seperti oksigen,bahan untuk produksi bahan makan, hujan, matahari, dan sebagainya.
Lingkungan alam merangsang bentuk kelakuan tertentu ,seperti laut untuk menangkap ikan,berlayar berdagang, padang rumput untuk ternak dan lain sebaginya.
Faktor ketiga dalam perkembangan manusia ialah lingkungan sosial budaya, semua manusia hidup dalam suatu kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lanbang, khusus nya Babasa.manusia mempelajari kelakuan dari ornag lain di limgkungan sosialnya. Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yakni :
a. Unsur sosial yakni interaksi diaantara manusia
b. Dan Unsur budaya yakni bentuk kelkauan yang sama yang terdapat diklangan kelompok manusia.
Dalam proses sosialiisasi manusia mengembangkan lambang-lambang sebgai alat komunikasi, bahasa yang memudahkan transmisi pengalaman kepada generasi muda. Seluruh pendidikan berlangsung melalui interaksi sosial.  

C. Pendidikan dan Kebudayaan 

Setiap bangsa , setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan . Dengan pendidikan dimaksud disini pendidikan formal, makin banyak dan makin tinggi pendidikan makin baik. Bahkan diinginkan agar setiap warga negara melanjutkan pendidikannya sepanjang hidup.
Fungsi sekolah pada umum nya adalah pendidikan intelektual , yakni “mengisi otak” anak oleh dengan berbgai pengetahuan. Walaupun banyak kritik terhadap pendidikan dan guru , walau sisitem pendidikan banyak mengandung kelemahan , namun pada umum nya orang percaya akan manfaat pendidikan.bukan hanya jumlah anak bertamabah meliputi anak-anak dari semua golongan, termasuk mereka dari golongan rendah tingkat sekolah yang diinginkan anak pun senantiasa meningkat dan oleh sebab itu arus anak yang ingin memasuki .

D. Fungsi Sekolah 

1. Sekolah menyiapkan anak untuk suatu pekerjaan
2. Sekolah memberikan keterampilan dasar
3. Sekolah membuka kesempatan untuk memperbaiki nasib
4. Sekolah menyiapkan tenaga pembangunan
5. Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial
6. Sekolah mentransmisi kebudayaan
7. Sekolah membentuk manusia yyang sosial
8. Sekolah merupakan alat mentrasformasi kebudayaan
9. Sekolah juga dapat dipandang sebagai tempat penitipan anak , khusus nya anak-anak pra-sekolah.

E. Kontrol Soaial dan Pendidikan

Dengan kontrol sosial dalam arti yang luas dimaksud setiap usaha atau tindakan dari seseorang atau suatu pihak untuk mengatur orang lain. dalam arti yang sempit dengan kontrol sosial dimaksud pengendalian eksternal atas kelakuan individu oleh orang lain yang memegang otoritas atau kekuasaan. 

F. Sekolah Sebagai Alat Kontrol dan Integrasi Sosial

Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak.ada empat cara yang dapat digunakan sekolah yakni:
a. Transmisi kebudayaan ,termasuk norma-norma , nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran secara langsung.
b. Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan sekolah,pramuka,kelompok olagraga .dan lain-lain.
c. Memperkenalkan anak-anak dengan tokoh yang dapat dijadikan anak sebagai model yang dapat ditiru kelakuannya.
d. Menggunakan tindakan yang positif dan negatif untuk mengharuskan murid mengikuti kelakuan yang layak dalam bimbingan sosial.

G. Kontrol Eksternal dan Pendidikan

Sumber kontrol. Kontrol langsung disekolah bersumberr langsung pada sekolah dan guru.merekal;ah yang menentukan kelakuan yang bagaimana yang diharapkan murid-murid.Dalam hal guru menghadapi situasi yang tidak jelas dituangkan dalam bentuk peraturan, ia harus merunding dengan kepala sekolah.
Tujuan kontrol bermacam-macam. Pada satu pihak diinginkan perubahan, pembangunan perluasan mobilitas sosial , dilain pihak ada usaha untuk mempertahankan status quo dan melestarikan norma-norma budayayang ada.
Alat kontrol yang digunakan antara lain berupa syarat pemilihan dan pengangkatan guru , serta peraturan-peraturan kepegawai.kontrol eksternal itu biasanya diterima dan disetujui oleh guru-guru dan diinternalisasikan dalam sikap mereka lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka sebagai pengajar.

H. Perubahan Sosial dan Pendidikan

Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda –beda . perubahan dalam masyarakat terpencil berjalan lambat , akan tetapi bila dengan terbuka nya komunikasi dan trasportasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat.Ada aspek-aspek kebudayaan seperti adat istiadat yang telah disanpaikan turun-temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi banyak pula adat kebiasaan yang mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat modern.  

I. Pendidikan Sebagai Daya Pengubah

Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan , meneruskan atau mentransmisi kebudayaan ,diantara nya nilai-nilai nenek moyang , kepada generasi muda.dalam hal ini sekolahan merupakan “Agent of change” lembaga pengubah.sekolah mempunyai fungsi trasformatif.Akan tetapi dalam norma-norma sosial , seperti sturktur keluarga, agama, filsafat bangsa , sekolah cenderung mempertahankan yang lama dan dengan demikian mencegah terjadinya perubahan yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

J. Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat

Ada para pendidik yang meneruh kepercayaan yang bersar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena itu setiap anak diharapkan memsuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada yang sudah-sudah. Tak dapat diharapkan bahwa guru-gurulah akan mengambil inisiatif untuk mengadakan reformasi, oleh sebab guru itu sendiri diangkat oleh pihak yang berkuasa dan telah menerima norma-norma yang dipersyaratkannya oleh atasannya.
Tentu saja sekolahan dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti dilakukan oleh Hitler di Jerman partai komunis di Uni Sovyet , Jepang didaerah jajahan may dulu dan sebagainya.
Perubahan-perubahan itu antara lain tercermin dalam perubahan dan pembaharuan kurikulum ddan sistem pendidikan peralihan dari zaman kolonial ke zaman kemerdekaan memerlukan berbagi perubahan kurikulum sampai sesuai dengan filsafat bangsa kita.


II. PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL


A. PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL


Stratifikasi social adalah demensi vertical dari struktur social masyarakat, dalam artian melihat perbedaan masyarakat berdasarkan pelapisan yang ada, apakah berlapis-lapis secara vertical dan apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup.

Soerjono Soekanto (1981:133), menyatakan social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau system berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi social merupakan konsep sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan masyararakat seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertical menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah berdasarkan criteria tertentu.

Paul B Horton dan Chester L Hunt ( 1992: 5 ) menyatakan bahwa stratifikasi social merupakan system peringkat status dalam masyarakat. Peringkat memberitahukan kepada kita adanya demensi vertical dalam status social yang ada dalam masyarakat.

Kriteria apa saja yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan demensi secara vertical ini. Paul B Horton ( 1982 : 4) mengatakan bahwa Dua ribu tahun yang lalu Aristoteles mengemukakan bahwa penduduk dapat dibagi ke dalam tiga golongan: golongan sangat kaya, golongan sangat miskin dan golongan yang berada diantara mereka. Menurut Karl Marx, kelas social utama terdiri atas golongan proletariat, golongan kapitalis (borjuis) dan golongan menengah (borjuis rendah)….

Pendapat di atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi social sebagai gejala yang universal, artinya dalam setiap masyarakat bagaimanapun juga keberadaanya pasti akan di dapatkan pelapisan social tersebut. Apa yang dikemukakan Aristoteles. Karl Marx adalah salah satu bukti adanya stratifikasi social dalam masyarakat yang sederhana sekalipun. Kriteria jenis kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan criteria yang sederhana, sekaligus menyatakan bahwa dalam masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa kelas.Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semakin modern dan kompleks, stratifikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak.

Mengapa terjadi stratisikasi social ?
Menurut Soerjono Sokanto ( 1981 : 133) Selama dalam suatu masyatrakat ada sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menimbulkan adanya system berlapis-lapis yang ada dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasan,
ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama, pendidikan atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat.
Terjadinya stratifikasi social dalam masyarakat dikarenakan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat jumlahnya terbatas, akibatnya distribusinya di dalam masyarakat tidaklah merata. Mereka yang memperoleh banyak menduduki kelas atas dan mereka yang tidak memperoleh menduduki kelas bawah. Barang sesuatu yang dihargai tersebut menurut Paul B Horton dan Chester L Hunt ( 1989: 7- 12)adalah Kekayaan dan Penghasilan, Pekerjaan, Pendidikan, Kekayaan, Kekuasaan,Kehormatan, Ilmu Pengetahuan.
B. CARA MENENTUKAN GOLONGAN SOSIAL

Konsep tentang golongan sosial tergantung pada cara seseorang menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena perbedaan status dikalangan golongan masyarakat. Untuk menentukan stratifikasi sosial dapat diikuti tiga metode yakni:
1. Metode obyektif, yaitu stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis pekerjaan
2. Metode subyektif, dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat menilai dirinya dari hirarki kedudukan dalam masyarakat itu.
3. Metode reputasi, metode ini dikembangkan oleh W. Lioyd Warner cs. Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu. Kesulitan penggolongan obyektif dan subyektif ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang dalam kehidupan sehari-hari yang nyata tentang golongan sosial masing-masing. Selain itu metode yang digunakan untuk berbagai kriteria sosial ekonomi dibedakan dalam beberapa hal.
Seperti jabatan, jumlah dan sumber pendapatan, tingkat pendidikan, agama, jenis dan luas rumah, lokasi rumah, asal keturunan, partisipasi dalam kegiatan organisasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan status sosial seseorang. Tidak ada satu metode yang secara umum berlaku untuk menentukan golongan sosial dalam berbagai masyarakat di dunia ini. Mungkin juga tidak ada kriteria sama yang berlaku bagi masyarakat. Rumah bagus, pendapatan banyak bagi orang desa belum tentu dianggap rumah bagus atau pendapatan banyak bagi orang kota. Selain itu dalam menganalisis masyarakat Warner menemukan enam golongan yakni golongan upper-upper, lower-upper, upper-middle, lower-middle, upperlower, lower-lower. Jadi dapat dibedakan golongan atas, menengah, dan bawah sehingga terdapat enam golongan. Besar tiap kelompok tidak sama, biasanya .
Golongan paling atas kecil jumlah anggotanya, misalnya terdiri atas keturunan feodal kaya raya, yang sangat dihormati, sedangkan golongan rendah pada umumnya besar jumlahnya dan lazim disebut orang kebanyakan. Di sekitar kehidupan masyarakat banyak sekali penyebutan golongan sosial diantaranya golongan masyarakat atas, menengah, dan bawah. Biasanya yang tergolong masyarakat tingkat atas adalah orang-orang golongan ningrat, sedangkan dari golongan menengah ditempati oleh orang-orang kebanyakan yaitu tingkat sedang-sedang saja, dan untuk golongan bawah ditempati oleh orang-orang yang dari segi ekonominya sangat kekurangan. Selain dari penyebutan status sosial atau golongan masyarakat, ada juga yang menyebutnya dengan kelas sosial yaitu kedudukan seseorang dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.

C. GOLON
GAN SOSIAL SEBAGAI LINGKUNGAN SOSIAL

Golongan sosial menentukan lingkungan seseorang. Pengetahuan, kebutuhan dan tujuan, sikap, watak seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.Sistem golongan sosial menimbulkan batas-batas dan rintangan ekonomi, kultural dan sosial yang mencegah pergaulan denga goongan - golongan lain.golongan sosial membatasi dan menentukan lingkungan belajar anak.
Orang yang termasuk golongan sosial yang sama cenderung bertempat tinggal di daerah tertentu. Misalkan orang golongan atas akan tinggal di daerah elite karena anggota golongan rendah tidak mampu tinggal di sana.Orang akan mencari pergaulan dikalangan yang dianggap sama golongan sosialnya.Namun demikian ada kemungkinan terjadi perpindahan sosial.

D. TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGAKAT GOLONGAN SOSIAL


Dalam berbagai studi, disebutkan tingkat pendidikan tertinggi yang didapatkan seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya.Menurut penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial yang seseorang dengan tingkat pendidikanyang telah ditempuhnya,meski demikian pendidikan yang tinggi tidak dengan sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lainterjadi karena anak dari golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi.Sementara orang yang termasuk golongan atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi.
Orang yang berkedudukan tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai penapatan besar tinggal dirumah elite dan merasa termasuk golongan atas akan mengusahakan anknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis.Sebaliknya anak yang orangtuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok , tinggal digubuk kecil, tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati perguruan tinggi.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan seorang anak, Yaitu:
1.Pendapaan orangtua.
2.Kurangnya perhatian akan pendidikan dikalangan orangtua.
3.Kurangnya minat si anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
E. GOLONGAN SOSIAL DAN JENIS PENDIDIKAN

Golongan sosial tidak hanya berpengaruh terhadap tingginya jenjang pendidikan anak tetapi juga berpengaruh terhadap jenis pendidikan yang dipilih. Tidak semua orangtua mampu membiayai studi anaknya diperguruan tinggi.Pada umumnya anak-anak yang orangtuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk belajar di perguruan tinggi.Sementara orangtua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, dengan pertimbangan setelah lulus dari kejuruan bisa langsung bekerja sesuai dengan keahliannya.
Dapat diduga sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari glongan rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Karena itu sekolah menengah dipandang lebih tinggi statusnya daripada sekolah kejuruan.Demikian pula dengan mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan dengan perguruan tinggi dipandang mempunyai status yang lebih tinggi , misal matematika, fisika dipandang lebih tinggi daripada Tata buku.Sikap demikian bukan hanya terdapat dikalangan siswa tetapi juga dikalangan orangtua dan guru yang dengan sengaja atau tidak sengaja menyampaikan sikap itu kepada anak-anaknya.

F. BAKAT DAN GOLONGAN SOSIAL

Berdasarkan penelitian tentang angka-angka murid menunjukkan bahwa angka-angka yang tinggi lebih banyak ditemukan pada murid dari golongan sosial yang tinggi.Kegagalan dalam pelajaran lebih banyak terdapat dikalangan murid dari golongan rendah. Walaupun dalam tes intelegensi ternyata kelebihan IQ anak-anak golongan atas, namun tak semua kegagalan dan angka - angka rendah yang kebanyakan dari anak golongan rendah dapat dijelaskan dengan IQ.
Ini menandakan bahwa Iq mengandung unsur pengaruh lingkungan.Atas pengaruh lingkungan IQ dapat berubah. Lingkungan yang baik dapat meningkatkan IQ.
Pada umumnya ada perbedaan bakat atau pembawaan diantara ank-anak dari berbagai golongan sosial.
Disamping itu terdapat pula perbedaan pula perbedaan minat mereka terhadap kurikulum yang berlaku dan motivasi untuk mencapai angka yang tertinggi. Guru-guru dapat memperhatikan bahwa banyak anak dari golongan rendah mempunyai perhatian yang kurang terhadap pelajaran akademis meskipun mempunyai IQ yang tinggi.Anak-anak dari golongan rendah biasanya turut mencari nafkah kjeluarga sehingga mengurangi minat belajar. Selain itu ada kemungkinan perbedan partisipasi anak-anak dari berbagai golongan sosial dalam berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang memerlukan waktu dan biaya, seperti kegiatan olahraga, kemping, musik, seni lukis, kepranukaan dan sebagainya, kecuali bila diharuskan bagi semua siswa.

G. SOSIOMETRI

Dalam KBBI, Sosiometri adalah : teknik penelitian yang umumnya bertujuan untuk meneliti hubungan sosial psikologis antara individu di dalam suatu kelompok. Biasanya metode ini dilakukan sbb. Kepada anak-anak diminta menulis nama satu orang dengan siapa dia duduk sebangku, dapat juga kita minta nama dua orang menurut prioritas anak itu bahkan ditambah dengan nama ank yang tidak disukai. Selain teman sebangku, juga bisa diganti dengan teman menonton, teman belajar, teman bermain dll. dari nama-nama yang ditulis dapat diolah menjadi sosiogram yang menunjukkan gambar diagram hubungan sosial dalam kelas.Anak yang paling dipilih diberi julukan " bintang ", anak yang tidak dipilih oleh siapapun disebut " isolate ". Selain itu bakal muncul dua orang yang saling memilih disebut " pair / pasangan ", kemudian tiga orang yang saling memilih disebut " triangle / segitiga " dan ditemukan juga satu kelompok yang erat hubungan anggotanya disebut " klik / clique ".
H. MOBILITAS SOSIAL

Dalam tiap masyarakat modern terdapat mobilitas sosial atau perpindahan golongan yang cukup banyak. Perpindahan orang dari golongan sosial yang lain, yang lebih tinggi atau lebih rendah disebut mobilitas sosial vertical. Mobilitas sosial ini berarti bahwa individu itu memasuki lingkungan sosial yang berbeda dengan sebelumnya.
Ada faktor penghambant mobilitas seperti agama,kesukuan, jenis kelamin dan sebgainya. Kenaikan golongn sosial dapat diselidiki dengan (a) meneliti riwayat pekerjaan seseorang, (b) membandingkan kedudukan sosial indidu dengan kedudukan orang tuanya,. Jadi tidak ada negara yang sepenuhnya “terbuka” atau “tertutup bagi mobilitas sosial, kerena dalam masyarakat terbuka orang lebih mudah naik kegolongan sosial yang lebih tinggi.
Boleh dikatakan bahwa, status sosial seseorang bergantung pada usaha dan kemauannya untuk meningkatkan golongan sosialnya. Sedangkan dalam masyarakat tertutup kenaikan sosial mengalami banyak kesulitan, diantaranya ada yang tidak dapat diatasi oleh individu itu sendiri, karena ditentukan oleh keturunan. Walaupun dlam madyarakat terbuka setiap orang mencapai tingkat sosial yang paling tinggi yaitu, terdapat banyak mobilitas, yang naik lebih banyak dari pada yang turun, namun kenaikan itu terbatas dinegara maju.faktor lain yang memperluas mobilitas sosial adalah perluasan dan peningkatan pendidikan untuk memenuhi tenaga kerja bagi pembangunan yang kian meningkat, khususnya pendidikan tinggi.
 Pada umumnya kenaikan status sosial dianggap bai, karena membuktikan keberhasilan usaha seseorang. Namun, ada mensyinyalir aspek negatif, yakni bagi individu timbulnya rasa ketegangan, keangkuhan dengan memamerkan kekayaan, keguncangan kehidupan, keluarga dengan bertambahnya perceraian atau eretakan keluarga.
Selain itu, moblitas sosial dapat memeperlemah solidaritas kelompok karena, mereka yang beralih golongan sosial akan menerima norma-norma baru dari golongan yang dimasukinya dengan meninggalkan norma-norma golongan sodial semula.

I. PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL

Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk lebih baik didalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan diperoleh, makin besar untuk mencapai tujuan itu. Dengan demkian, terbuka kesempatan untuk meningkat kegolongan sosial yang lebih tinggi. Oleh karena itu dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Ddengan memperluas dan merata pendidikan, diharapkan dicairkannya batas-batas golongan-golongan sosial. Dengan demikian, perbedaan golongan sosial akan dikuranngi jika tidak dapt dihapus seluruhnya.
Mengenai mobilitas sosial terdapat dua pengertian. Yang pertama ialah, bahwa suatu sector dalam masyarakat secara keseluruhan berubah kedudukannya terhadap sector lain. Pengertian kedua,
tentang mobilitas sosial ialah kemungkinan bagi individu untuk pindah dari lapisan satu untuk pindah kelapisan yang satu lagi. Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobiitas sosial. Pendidikan secara merata memberikan persmaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah. Walaupun terdapat mobilitas sosial secara sektoral, banyak pula golongan randah yang tetap dianggap rendah. Namun, kedudukan golongan randah tidak statis, aan tetapi dapat terus bergerak maju bila diberi pendidikan yang lebih banyak.

J. MOBILITAS SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN 


Banyak contoh-contoh yang dapat kita liat disekitar kita, tentang orng yang meningkat dalam status sosialnya berkat pendidikan yang diperolehnya. Salah satu contohnya yaitu pada jaman dahulu orang yang menyelesaikan pelajarannya pada HIS yaitu SD pada jaman belanda, mempunyai harapan menjadi pegawai dan mendapatkan kedudukan sosial yang terhormat. Apa lagi kalau ia lulus MULO, AMS, atau Perguruan Tinggi, maka makin besarlah kesempatannya untuk mendapatkan kedudukan yang baik. Dengan demikian, masuk golongan sosial menengah atas. Kini pendidikan SD bahkan SMA hamper tidak ada pengaruhnya dlam mobilitas sosial.
Karena, kini pendidikan tinggi dianggap suatu syarat bagi mobilitas sosal.di samping ijazah perguruan tinggi, ada lagi faktor-faktor lain membawa seseorang kepada kedudukan tinggi dalam pemerintahan atau dunia usaha. Dapat kita pahami bahwa, anak-anak golongan rendah lebih suka mendapat kedudukan sebagai pimpinan perusahaan disbanding anak pemimpin perusahaan itu sendiri. Hubungan pribadi, rekomendasi dari orang yang berkuasa disamping ijazah dan prestasi turut berperan, untuk mendapatkan posisi yang tinggi. Mobilitas sosial bagi individu agak kompleks karena adanya macam faktor yang membantu sesorang meningkat dalam jenjang sosial. Misalnya, sekolah sebagai jalan bagi mobilitas sosial.

K. TINGKAT SEKOLAH DAN MOBILITAS SOSIAL

Diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan. Makin besarnya kemungkina mobilitas bagi anak-anak golngan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak selallu benar, bila pendidikan itu hanya terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Jadi, walaupun kewajiban beljar ditingkatkan sampai SMA , masih menjadi pertanyaan, apakah mobilitas sosial akan meningkat. Mungkin sekali tidak akan terjadi perluasan mobilitas sosial. Akan tetapi, pendidikan tinggi masih dapat mamberikan mobilitas itu. Walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi, makin berkurang ijazasah untuk meningkat dalam status sosial.

L. PENDIDIKAN MENURUT PERBEDAAN SOSIAL 

Pada umumnya dinegara demokrasi, orang sukar menerima, adanya golongan-golongan sosial dalam masyarakat. Menurut Undang-Undang semua warga negara sama, dalam kenyataannya tak dapat disangkal adanya perbedaan sosial itu, yang tampak dari sikap rakyat biasa terhadap pembesar, orang miskin terhadap orang kaya, pembantu terhadap majikan, dan lain-lain. Perbedaan itu nyata dalam symbol-simbol status seperti; mobil mewah, rumah mentereng, perabot luks, dll. Suka atau tidak suka perbedaan sosial terdapat disepanjang masa, walaupun sering perbedaan tidak selalu mencolok.
Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu meniadakan, batas-batas tingkat sosial itu.
Pendidikan selalu merupakan bagian dari sistem sosial. Namun, segera timbul keberatan terhadap pendirian yang demikian. Karena dianggap bertentangan dengan prinsip demokrasi dengan mengadakan driskriminasi dalam pendidikan. Cara demikian akan memperkuat penggolongn sosial dan menghambat mobilitas sosial yang diharapkan dari pendidikan. Harapan ini tidak mudah diwujudkan karena banyak daya-daya lain duluar sekolah yang menibulkan, stratifikasi sosial yang jauh lebih kuat daripada pendidikan formal. Pada saat ini sekolah-sekolah meneruskan cita-cita untuk menebarluaskan ideal dan norma-norma kesamaan dan mobilitas secara verbal. Disamping adanya daya-daya stratifikasi yang berlangsung terus dalam masyarakat. Ini berarti bahwa usaha untuk mengajarkan kesamaan dan mobilitas akan menghadapi kesulitan dalam dunia nyata.
KESIMPULAN

Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertam aindividu itu dengan anggota masyarakat lainnya,misalnya pada saat pertama kali bayi dibiasakan minum menurut waktu tertentu.Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri .Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang diharapkan pada saatnya tanpa ada nya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya.
Ada faktor penghambant mobilitas seperti agama,kesukuan, jenis kelamin dan sebgainya. Kenaikan golongn sosial dapat diselidiki dengan (a) meneliti riwayat pekerjaan seseorang, (b) membandingkan kedudukan sosial indidu dengan kedudukan orang tuanya,. Jadi tidak ada negara yang sepenuhnya “terbuka” atau “tertutup bagi mobilitas sosial, kerena dalam masyarakat terbuka orang lebih mudah naik kegolongan sosial yang lebih tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar