Rabu, 29 Januari 2014

PENDIRIAN DAN PERKEMBANGAN MADRASAH TINGGKAT TINGGI AL-AZHAR



Oleh: Yuri Alamsyah, M.Pd.I
Latar Belakang Masalah
Sejarah menjadi salah satu dalil atau petunjuk dalam dunia pendidikan, secara umum sejarah mengandung kegunaan yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia. Karena sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan kehidupan  umat manusia khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
Berkaitan dengan sejarah pendidikan al-Azhar. Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan Islam yang telah dikenal sebagai universitas kedua tertua di dunia setelah Universiti Al-Qarawiyindi Fes, Maghribi.[1]
       Oleh karena itu,Al-Azhar telah mengajarkan berbagai disiplin ilmupengetahuan, baik ilmu agama, seperti fiqih, al-Qur’an, hadis, tasawuf, bahasa Arab, nahwu ,sharaf dan lain-lain. Sedangkan ilmu-ilmu umum, yang diajarkan meliputi ilmu kedokteran, matematika, logika, sejarah dan lain-lain.
Al-Azhar sejak berdirinya mengalami pasang surut karena pengaruh kepentingan penguasa saat itu hal ini karena posisi al-Azhar yang tidak independen.
     Sebagaimana telah kita maklumi bahwa, sejarah pendidikan Islam merupakan hal yang terpenting bagi umat manusia agar dapat meneladani proses pendidikan dan dapat menjadikan perbendaharaan dalam ilmu pengetahuan, termasuk mengetahui dan mempelajari sejarah panjang al-Azhar.

     Karena dalam pembahasan ini sangat luas dan terbatasnya sumber refrensi,maka dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan pada masalah sejarah berdirinya al-azhar, madrasah tingkat tinggi, kurikulum dan metode pengajaran, keberadaan al-Azhar saat berada dibawah naungan penguasa, peran al-Azhar dalam mencetak ulama dan perkembangan al-Azhar pada zaman modern.

Sejarah Berdirinya Universitas Al-Azhar
Universitas al-Azhar (جامعة الأزهر ) atau juga (الأزهر الشر) al-Azhar al-Shareef, "Azhar yang Mulia" adalah sebuah institusi pendidikan tinggi ulung di Mesir, dan terkenal di dunia sebagai pusat kesarjanaan dan pendidikan. Mulai dibina pada969, Al-Azhar merupakan universitas yang kedua tertua ditubuhkan yang masih beroperasi selepas Universiti al-Qarawiyin di Fes, Maghribi.
Universitas al-Azhar  yang paling terkenal di dunia Islam, berada di Cairo Mesir. Universitas ini di dirikan oleh Jendral Jauhar, setelah pendirian kota Cairo tahun 358 H/ 969 M. Sedangkan menurut sumber yang di kutip Van Houve pada dalam Ensiklopedia Islam menyebutkan bahwa al-Azhar berdiri pada tahun 395 H/970 M. Mahmud Yunus dalam bukunya,Sejarah Pendidikan Islam, mengutip berdirinya al-Azhar pada tahun 358 H.[2]
Semula ia merupakan lembaga Fatimiyah sebagai pusat latihan kader penyebar ideologi Syi’ah mengancam otoritas Abbasiyah Sunni.Maka Dinasti Saljuk Abbasiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan teologi ortodoks sebagai upaya mengimbangi al-Azhar.Demikianlah Nizamul Mulk (wafat 485 H/1092 M) mendirikan beberapa Madrasah Nizhamiyah di Irak dan Syiria.Sementara itu Sultan Shalahuddin dan beberapa Sultan di Syiria lainnya mendirikan sejumlah madrasah di Syiria dan Palestina.Dengan demikian al-Azhar memiliki peran penting dalam mendorong pendidikan tinggi di dalam Islam.
Pada masa Dinasti Fatimiyah ,Jauhar menginstruksikan untuk tidak menyebut-nyebut Bani Abbas dalam setiap khotbah Jum’at dan juga mengharamkan pemakaian jubah hitam serta atribut Bani Abbas lainnya. Dalam adzan hayya ‘ala al-shalah di ganti dengan hayya ‘ala al-khair al-‘amal. Dalam khutbah Jum’at disebutkan “Ya ,Allah, ucapkan shalawat atas Nabi Muhammad, manusia yang terpilih, kepada Ali, manusia yang di ridhai, kepada Fatimah dan kepada Hasan dan Husein, cucu Rasulullah. Mereka itu disingkirkan Allah dari kekotoran dan disucikan.Shalawat atas diri imam-imam yang suci dari atas diri ‘amirulmukminin, al-Mu’izz Liidinillah”.
     Al-Azhar juga mempunyai peran penting dalam perkembangan pendidikan di eropa.Pemakaian seragam sekolah, pengembangan tradisi pembantahan, penjurusan dua buah fakultas. Fakultas graduate dan undergraduate, berasal dari tradisi al-Azhar, dan menunjukan pengaruh kuat lembaga Azhar. Setelah al-Ayyub menaklukan Mesir tahun 1171.[3] Selama hampir satu abad dari tahun 1171-1267 Al-Azhar dikosongkanpada abad kekosongan itu shalat Jum’at di Masjid al-Azhar pun di larang dan pindah ke Masjid al-Hakim, karena mereka berpemahaman tidak boleh ada dua khutbah didalam satu kota. Semenjak itulah Dinasti Fatimiyah berakhir sehingga al-azhar berubah menjadi universitas Sunni.Ia telah mencapai prestasi yang gemilang dan reputasi sebagai otoritas bidang keagamaan yang sampai sekarang tetap di perlukan.[4]


















Komponen Pendidikan Islam Universitas Al-Azhar
NO
KOMPONEN
DINASTI  FATHIMIYAH
970 – 975 M
DINASTI AYYUBIAH
1193 – 1198 M
DINASTI MAMLUK
1250-1517 M
MASA KINI
1961 - sekarang
1
Tujuan
-   Penghormatan kepada Fathimah sebagai nenek moyang ahlul bait.
-   Penyebaran madzhab Syi’ah
-   Mencetak ulama syi’ah
-    Penyebaran Madzhab Sunni

Mencetak ulama kaum muslimin
-   Universitas pencetak ulama yang berpegang teguh pada Qur’an dan Hadits.
-   Mencetak ulama dunia dan akhirat.
2
Pendidik
Abu Hasan An Nu’man: dipandang sebagai ahli dalam fikih ahlulbait, ahli sastra dan penyair. Saudaranya Muhammad bin Nu’man juga anaknya Husein bin Nu’man yang pada kelanjutannya menjadi khalifah dinasti Fathimiyah 996-1021 M.
Abdul Latif al Bagdadi,
Syamsudin Khallikan, Abu Abdullah al Qudha’i seorang ahli hadits dan sejarah, al Hufi seorang ahli bahasa, abu Abdullah Muhammad bin Barakat seorang ahli nahu, dan Hasan bin Khatir al Farisi ahli fikih mazhab Hanafi dan ahli tafsir
Ibnu Khaldun, Izzudin Aismur al Hilli
syekh Mahmoud Syaltout, Mohammad Abduh
3
Peserta Didik
Mahasiswa lokal
Mahasiswa luar daerah
Mahasiswa luar daerah
Mahasiswa luar negeri
4
Kurikulum/ materi
mempelajari Al Qur’an dan penafsirannya, hadits, ilmu nahwu, ilmu sharaf, sastra, sejarah, prinsip-prinsip fikih Syi’ah, Maulid Nabi, hari asysyura.
Tafsir, Hadits, nahwu,ilmu bayan, ilmu mantik, fikih mazhab Hanafi,sejarah, hadits, ilmu nahwu, ilmu sharaf, sastra, sejarah,
Tafsir, Hadits, nahwu,ilmu bayan, ilmu mantik, fikih mazhab Hanafi,sejarah, hadits, ilmu nahwu, ilmu sharaf, sastra, sejarah,
Interpretasi syari’at dengan kebutuhan dunia modern,
5
Metode
Halaqoh, ceramah, diskusi.
Halaqoh, ceramah, diskusi
Halaqah, Hafalan, Taqrir, Ikhtisar
Ceramah, diskusi, Hafalan, dll.
6
Media
-   search
search
Kitab-kitab
Kitab –kitab, elektronik projektor, komputer, nootbook.
7
Manajemen
-   search
search
Azhar tidak ada prosedur izin formal, jenjang, silabus mata pelajaran atau ujian tulis
Fakultas bahasa arab, Ushuluddin, Syari’ah, Fakultas kedokteran, Pertanian, Tehnik.
Majelis Tinggi al Azhar, Lembaga Riset Islam, Biro Kebudayaan dan Misi Islam, Universitas al Azhar
7
Sarana
-   Mesjid, perpustakaan Daarul Hikmah
Mesjid
Ruang kelas, bangku, buku,
Ruang kelas, bangku, buku,
8
Evaluasi
-    search
search
Ujian tulis
Ujian tulis dan lisan



Peran Universitas Al-Azhar dalam Mencetak  Ulama pada Zaman Modern
Perubahan mulai terlihat lebih jelas ketika al Azhar dipimpin oleh Syaikh Muhammad Abbasi al Mahdi al Hanafi, rektor ke 21 yang pertama bermazhab Hanafi. Pada bulan Februari 1872 Ia memasukkan sistem ujian untuk mendapatkan ijazah al Azhar. Calon ‘alim harus berhadapan dengan suatu tim beranggotakan 7 atau 6 orang syaikh yang ditunjuk oleh syaikh al Azhar untuk menguji fikih, ushul fikih, tauhid, tafsir, hadits, nahu, sharaf, bayan, mantiq dan bayaan. Kandidat yang berhasil lulus berhak mendapatkan asy syahadah ‘alimiyah atau ijazah kesarjanaan
Pada tahun 1879 M didirikan perpustakaan untuk membantu memenuhi kebutuhan mahasiswa terhadap buku.Maret 1885 keluar undang-undang mengenai peraturan tenaga pengajar di al Azhar. Seseorang dapat hak mengajar apabila ia telah mengarang buku-buku induk untuk ke dua belas bidang studi diatas.
 Usaha pembaruan selanjutnya dilakukan oleh Syekh Mohammad Abduh .Abduh mengajar di al Azhar dan juga di perguruan tinggi Daar Ulum, yang mengembangkan kurikulum modern guna mempersiapkan para fungsionaris untuk birokrasi Negara. Proyek modernismenya bertujuan membebaskan pemikiran religius dari belenggu peniruan buta (taklid) dan membuka jalan bagi reformasi yang akan mengungkapkan kekuatan spiritual Islam secara tepat bagi dunia modern. Abduh melegitimasi program reformasi ini dengan menarik perbedaan seksama antara pesan spiritual esensial Islam dan elaborasinya dalam ketentuan dan hokum sosial.Ia menjelaskan bahwa doktrin fundamental iman kepada Allah, wahyu melalui nabi-nabi yang berakhir dengan Nabi Muhammad, dan tanggung jawab moral dilesarikan oleh para leluhur shaleh (salafus shalih) dan bahwa prinsip ini dapat diabadikan oleh komunitas muslim. Tentu saja, secara ilmiah jika keadaan berubah, formula seperti itu pun dapat diadaptasi dan dimodifikasi untuk kebutuhan baru.Abduh mengarahkan perhatian pada modernisasi kurikulum dan reformasi pengadilan agama.Ia mengeluarkan fatwa progresif tentang membolehkan busana barat, bunga bank dan masalah perceraian.
Maksud kompromi Abduh dengan kekuatan kolonial, dan lebih mendasar dengan proyek westernisasi adalah menegaskan identitas Mesir dan pembebasan melalui reformasi Islam akan tetapi penetrasi barat menenggalamkan usahanya. Ketika Syaikh Muhammad Abduh datang ke al Azhar pertama kali untuk belajar al Azhar berada dalam kondisi kejumudan yang demikian parah.Sangat konservatif, sehingga saking konservatifnya Fazlur Rahmanpun tidak mau melanjutlkan studi ke al Azhar sebaliknya pergi ke Oxford. Fazlur Rahman sangat mengkhawatirkan ketidakkritisan dunia pendidikan al Azhar, sehingga ia mengatakan bahwa al Azhar itu mewakili sosok akhir pemikiran Islam abad pertengahan dengan beberapa modifikasi kecil-kecilan sementara posisi intelektual spiritualnya tetap statis .Pada mulanya usaha ini ditentang oleh ulama konservatif namun akhirnya berhasil dijalankan ketika kepemimpinan al Azhar berada di tangan Syekh an Nawawi yang juga teman dekat Abduh. Berangsur angsur mulai diadakan pengaturan libur yang lebih pendek daripada masa belajar.Uraian pelajaran yang bertele-tele seperti syarah al hawaisy berusaha untuk dihilangkan.Abduh juga memasukkan kurikulum modern seperti fisika, ilmu pasti, filsafat, sosiologi dan sejarah ke al Azhar.Abduh sendiri menjadi orang pertama yang mengajarkan etika dan politik di al Azhar Di samping masjid didirikan dewan administrasi al Azhar (idarah al azhar) dan diangkat beberapa orang sekretaris untuk membantu kelancaran tugas syekh al Azhar. 
Bersamaan dengan ini dibangun pula riwaq sebagai sarana tempat tinggal para pelajar dari luar Kairo juga para dosennya.Pembangunan riwaq ini juga didanai oleh wakaf.Dalam setiap riwaq ada syaikh dan tunjangan makan, di riwaq yang besar terdapat perpustakaan.Kamar kecil dan kamar tidur.Pada sekitar 1900 terdapat tiga riwaq untuk pelajar di Mesir Bawah, Fayyum, Mesir Atas dan Mesir Tengah.Ada juga riwaq untuk kaum kurdi, Berber, Jawa, India, Afghanistan, Sudan, Suriah, Yaman, Somalia dan Hijaz.
Sesuai dengan UU No. 1 tahun 1908, jenjang pendidijkan al Azhar dibagi menjadi tiga: pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dengan masa belajar lima tahun masing-masing jenjang. Dibentuk pula Majlis Tinggi al Azhar, organisasi ulama-ulama terkemuka, badan administrasi untuk setiap tingkat pendidikan rendah dan menengah, dana pengaturan kepegawaian.
Selanjutnya melalui UU No 49 tahun 1930, studi di Al Azhar disempurnakan lagi menjadi empat jenjang pendidikan: pendidikan rendah selama 4 tahun, pendidikan menengah selama 5 tahun, pendidikan tinggi selama 4 tahun, dan pendidikan tinggi kejuruan selama 5 tahun. Pendidikan tinggi kejuruan terbagi dua bagian, yaitu pertama kejuruan karier dimana alumninya bergerak di bidang da’wah seprti khatib, imam dan muballig.Sedangkan yang kedua yaitu kejuruan peradilan dimana alumninya bergerak dalam bidang peradilan. Menurut Dodge sebagaimana yang dikutip Mona Abaza bahwa sejak ditetapkannya UU 1930 oleh raja Fuad membentuk al Azhar sebagai universitas sesungguhnya .Fakultas yang ada saat itu adalah fakultas bahasa arab, ushuluddin dan syari’ah. Dari masa ini kata universitas mulai dikenakan kepada al Azhar.Sehingga mulai biasa disebut Jami’ah al Azhar. 
Pada masa kepemimpinan syekh Mahmoud Syaltout sebagai rektor al Azhar ke 41 diangkat pada 21 oktober 1958.sebagai rektor universitas Al Azhar ia memiliki peluang besar untuk merealisasi cita-cita dan pemikirannya selama ini tentang al Azhar. Ia memindahkan institut pembacaan al Qur'an ke dalam masjid Al Azhar dengan susunan rencana pelajaran tertentu dalam masalah keislaman. Ini mengembalikan fungsi al Azhar pada posisi sebagai pusat kajian al Qur'an bagi seluruh umat Islam secara bebas tanpa terikat jam dan ujian. Ia juga mendirikan kompleks Universitas al Azhar di samping masjid sebagai tempat tinggal pelajar dilengkapi dengan perpustakaan dan ruang belajar. 
Selanjutnya ia mengeluarkan UU pembaruan yang disebut UU Revolusi Mesir tahun 1961 yang mengatur tentang organisasi al Azhar. Juga ditetapkan adanya fakultas-fakultas baru seperti fakultas kedokteran, pertanian, tehnik disamping fakultas keagamaan yang sudah lebih dulu ada. Menurut Syaltut, peraturan baru ini bagi universitas Al Azhar adalah pelaksanaan prinsip-prinsip ulama Islam mengenai kemanusiaan dan penciptaan lapangan kerja bagi anak-anak universitas al Azhar dalam berbagai bidang untuk mewujudkan cita-cita kaum muslimin di seluruh dunia terhadap institut mereka yang kuno itu. Senada dengan Abaza, Rifyal Ka’bah berpendapat bahwa UU ini memberi peluang besar terjadinya perpaduan kembali pendidikan agama dengan pendidikan umum sebagaimana dilalui dalam realitas sejarah pendidikan Islam zaman keemasan . Lembaga-lembaga al Azhar juga telah ditetapkan yang terdiri dari Majelis Tinggi al Azhar, Lembaga Riset Islam, Biro Kebudayaan dan Misi Islam, Universitas al Azhar dan Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah.
 Selain itu juga ditetapkan tujuan universitas yaitu: 1 Mengemukakan kebenaran dan pengaruh turas Islam terhadap kemajuan umat manusia dan jaminannya terhadap kebahagiaan dunia dan akhirat. 2 Memberikan perhatian penuh terhadap turas ilmu, pemikiran dan kerohanian bangsa Arab Islam.3 Menyuplai dunia Islam dan negara-negara Arab dengan ulama-ulama aktif yang beriman, percaya diri, mempunyai keteguhan mental dan ilmu dalam bidang aqidah, syariat dan bahasa al Qur’an. 4 Mencetak ilmuwan agama yang aktif dalam semau bentuk kegiatan, karya, kepemimpinan dan menjadi contoh yang baik, serta mencetak ilmuwan dari berbagai ilmu pengetahuan yang sanggup aktif dalam hikmat kebijaksanaan dan pelajaran yang baik di dalam maupun di luar Republik Arab Mesir, 5 Meningkatkan hubungan kebudayaan dan ilmiah dengan universitas dan lembaga ilmiah Islam di luar negeri.Undang-undang ini juga dianggap sebagai batas pemisah antara al Azhar masa periode khalifah al Muizz Lidinillah dengan al Azhar periode Gamal Abdel Naser.
 Pada tahun 1962 al Azhar membuka pintu bagi mahasiswi dengan mendirikan al Azhar Woman’s College yang ditempatkan di gedung-gedung baru dengan jumlah mahasiswi sekitar tiga ribu berdatangan dari berbagai negara Islam. Pada tahun ini perpustakaan al Azhar telah memiliki 7.700 jilid buku sedangkan pada permulaan abad ini sudah mencapai 36.642 jilid buku.10.932 diantaranya adalah tulisan tangan.
 Akan halnya kurikulum, secara substansial kurikulum yang dipelajari sebelum modernisme Islam hampir sama dengan kurikulum di Nizhamiyah dan Haramain. Bahkan menurut Azyumardi Azra pada kurun waktu itu para guru memiliki kecendrungan intelektual yang sama yaitu bertitik tolak pada Islam tradisional . Baru ketika ketertinggalan masyarakat Mesir akan ilmu pengetahuan tersadarkan oleh hadirnya Napoleon dengan kemajuan ilmu pengetahuannya, kurikulum pendidikan mulai bergeser orientasinya.
Pergeseran orientasi kurikulum pendidikan ini dimulai dengan semangat Hellenisme yang dihembuskan Jamaluddin al Afghani .Pembaharuan bisa dikatakan berawal dari sini. Ketika para cendekiawan muslim menyerap semangat hellenisme yang memberikan porsi besar kepada penggunaan akal, mengutamakan sikap rasional dan cenderung kepada ilmu-ilmu sekuler ke dalam jiwa mereka dan mulai meletakkan tonggak bagi perkembangan ilmu-ilmu umum. Mereka antara lain adalah al Kindi, al Farabi dan Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd .Namun awalnya ide hellenis ini ditolak keras oleh kaum semitis, yaitu para ulama konservatif.
Jamaluddin al Afghani yang menurut Ernest Renan seorang kritikus agama dari Perancis merupakan perpaduan antara Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd , yang juga merupakan guru dari Mohammad Abduh merupakan pejuang modernisme yang gigih. Al Afghani datang ke Kairo beberapa tahun menjelang meninggalnya al Thahthawi dan menyerukan hal yang sama. Baginya tidak ada seorangpun yang berhak menutup pintu ijtihad.Pendidikan bersifat universal.Wanita bukan hanya boleh mendapat pendidikan seperti pria tetapi juga boleh bekerja di luar rumah asalkan situasinya cocok untuk itu.Semangat hellenisme itu diturunkan Jamaluddin kepada muridnya yaitu Mohammad Abduh. 
Abduh adalah seorang yang bertanggung jawab besar.Ini terlihat dalam upayanya merestorasi al Azhar.Ia berusaha keras sepenuh kemampuannya untuk merubah cara fikir dan stagnasi dunia pendidikan yang jelas-jelas dirasakannya di al Azhar ketika ia belajar di sana. Namun sesuai dengan keyakinan Abduh bahwa “perubahan tak akan disukai” usahanya justru dihalangi oleh penguasa saat itu yaitu Khedive ‘Abbas Hilmi. Pada akhirnya Abduh diangkat menjadi mufti Mesir agar ia tidak bisa menjadi syaikh al Azhar. Kendati begitu apa yang telah dilakukannya ketika mengajar di al Azhar telah memberikan angin segar dan telah mulai merubah siatuasi pendidikan yang semula stagnan. Usahanya tidak terbatas dalam perubahan kurikulum tetapi juga pengaturan administrasi dan sistim pendidikan, yang semuanya itu dilakukan karena Abduh merasa memiliki al Azhar sehingga berkewajiban memajukan al Azhar.Usaha pembaharuan yang dilancarkan Abduh boleh dikatakan berhasil walaupun tidak bisa mengubah al Azhar setaraf universitas Eropa, tetapi Abduh berhasil membuat jumlah mahasiswa yang maju untuk diuji bertambah.
Al Azhar dalam perspektif kontemporer.Banyak yang beralih dari sistem al Azhar ke sekolah negeri pada abad kedua puluh. Pada 1970-1971 hanya 1% siswa sekolah dasar, 2% siswa sekolah menengah, dan 5% mahasiswa al Azhar yang menuntut ilmu di sekolah-sekolah keagamaan. Seksi da’wah dan bimbingan al Azhar mengirimkan da’i dan penceramah ke seluruh Mesir.Al Azhar mempunyai pers sendiri. Majallah al Azhar berdiri pada 1930 dengan nama asalnya nur al Islam., program Radio Suara al Azhar pada 1959 dan para da’i Azhar kian meramaikan gelombang udara radio dan televisi Mesir.
Sementara di luar Mesir al Azhar dipandang sebagai pejuang Islam Sunni dan bahasa arab. Pelajar lulusan al Azhar dan guru besar al Azhar yang bertugas di luar negeri dibutuhkan untuk membantu mendirikan dan mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan di tempat mereka berasal.
Walaupun begitu al Azhar tetap saja konservatif. Al Azhar menjauhi para aktivis Islam, mulai dari al Afghani, sampai Sayyid Quthb dan Hasan al Banna .Kedua pemikir Islam ini adalah alumni Dar el Ulum bukanlah lulusan al Azhar.Dewasa ini pemimpin kelompok-kelompok Islam bukanlah dari komunitas al Azhar.Syaikh-syaikh al Azhar menyebut Islamis radikal sebagai orang Islam yang berpengetahuan dangkal.Dan banyak Islamis radikal menyebut orang-orang al Azhar sebagai ulama resmi, yaitu ulama yang tunduk kepada negara yang membayar mereka.
Azyumardi mengutip Von der Mehden bahwa semenjak penghujung abad ke 20, pengaruh tamatan al Azhar jauh berkurang dari masa-masa sebelumnya. Di mana generasi tamatan al Azhar zaman dulu menempati posisi penting sebagai teknokrat yang ikut serta dalam wacana Islam di dalam negara dan kebanyakan tamatan al Azhar sejak tahun 80an hanya aktif di berbagai pesantren atau sebagai muballigh .Namun begitu setidaknya al Azhar telah berusaha merubah haluan pemikiran pendidikannya.Pada abad ke 20 ini al Azhar sudah mulai memperhatikan hasil-hasil yang telah dicapai oleh sarjana-sarjana ketimuran dalam bidang studi keislaman dan kearaban.Al Azhar mulai memandang perlu mempelajari sistem penelitian yng dilakukan universitas-universitas Barat.Juga mulai mengirim alumninya yang dipandang berkualitas untuk belajar ke Eropa dan Amerika.Tujuannya adalah untuk mengikuti perkembangan ilmiah di tingkat internasional.
Sesuatu yang juga tidak boleh dilupakan adalah jasa al Azhar yang secara tidak langsung telah membangun dan menyemarakkan dunia pendidikan Indonesia melalui putra daerah yang belajar di al Azhar dan menerapkan hasil studinya sekembalinya dari al Azhar.Mengutip pendapat Abaza bahwa alumni al Azhar banyak berperan dalam dunia pendidikan Indonesia.Kemunculan sejumlah lembaga pendidikan modernis di beberapa tempat diprakarsai dan dikelola oleh alumni al Azhar.Lembaga pendidikan ini pulalah yang mendorong terjadinya perubahan sistim pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional.Berikut ini sekilas tentang para azhari yang menyemarakkan dunia penddikan Indonesia.
 Hamka, singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah seorang ulama dan penulis Islam Indonesia modern paling produktif.Lahis di Desa Sungai Batang Padang Sumatra Barat pada 17 Februari 1908.tahun 1960 terpilih menjadi imam besar masjid Al Azhar tetapi tahun 1964 ditahan dengan tuduhan terlibat percobaan pembunuhan presiden Soekarno. Ditahan selama 20 bulan di bawah tanah, tetapi selama itu pula beliau berhasil menyusun tafsir Al Azhar sebanyak 30 jilid.Setelah Soekarno turun, Hamka kembali menjadi imam masjid Al Azhar dan menerima gelar kehormatan dari Al Azhar Kairo tahun 1958.selanjutnya menerima elar kehormatan juga dari Universitas Kuala Lumpur tahun 1974. Hamka meninggal tahun 1981.
 Raden Fathurrahman adalah orang Jawa yang belajar di Kairo kemudian mendirikan penerbitan berkala Seruan Azhar.Ia menjadi berpengaruh dalam partai Masyumi setelah perang dunia II dan kemudian menjadi menteri agama. Mahmud Junus, seorang mahasiswa Al Azhar lainnya, menjadi Kepala Bagian Agama setelah kemerdekaan dan selanjutnya menjadi Kepala Bagian Pendidikan Islam. Para lulusan timur tengah lainnya pada umumnya memainkan peranan sampai perang dunia II.
 Djanan Thaib adalah mahasiswa Indonesia pertama yang mendapat gelar Alamiyya dari Al Azhar pada tahun 1924 dan kemudian menjadi Redaktur Kepala Seruan Azhar serta pengikut aktif Djami'ah Al chairiah.Ia terpilih menjadi utusan dalam Konferensi Islam pertama di Makkah pada tahun 1926, pada waktu pemerintahan Raja Abdul Aziz Ibn Saud. Djanan meninggalkan Kairo ta.hun 1926, pergi ke Makkah ditunjuk sebagai 'alim untuk mengajar di Masjidil Haram. Di sana ia membangun Sekolah Indonesia, Madrassa Indonesia Al Makkiah yang bertahan selama 40 tahun. Ia menjadi ketua Majlis Syura Indonesia di Makkah.
 Mohammad Rasyidi, dilahirkan pada tahun 1915 di Kotagede.Yogyakarta.Tahun 1931 masuk ke Kairo. Pada 1946 ia menjadi menteri agama yang pertama. Anthony John menggolongkan Rasyidi sebagai kelompok intelektual Muslim yang mapan dengan kecendrungan konservatif.
 Kahar Muzakkir, dilahirkan tahun 1903 di Kotagede, Yogyakarta.Ia belajar ke Kairo tahun 1925 dan tinggal selama 12 tahun. Ia adalah pemimpin persatuan Internasional Pemuda Muslim dan ikut serta dalam seruan Azhar. Setelah kemerdekaan ia memainkan pernan penting dalam membangun pendidikan tinggi di Indonesia dan merupakan salah seorang pendiri Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga di Yogyakarta.
 Harun Nasution, baginya kairo merupakan pusat kegiatan politik. Ia anggota aktif persatuan mahasiswa Indonesia. Harun Nasutionlah yang membawa model pendidikan Al Azhar untuk dikembangkan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , Fuad Fachruddin, dilahirkan 18 agustus 1918 di Bukittinggi. Ia masuk ke Nizhamiyah Al Azhar pada usia 12 tahun. Fachrudin lebih konservatif daripada Harun Nasution.Ia memiliki kecurigaan yang besar terhadap ilmu-ilmu Barat. Walaupun ia dan Harun Nasution berasal dari generasi yang sama, tetapi mereka berlainan dalam pandangan ini mungkin dikarenakan Harun Nasution lebih banyak mendapat sentuhan pendidikan Barat.
Jusuf Saad,dilahirkan pada tahun 1919 di Padang,. Datang ke Kairo tahun 1938 pada usia 19 tahun. Awalnya Ia mendaftar di Al Azhar tetapi pada tahun 1940 ia mendaftar di Universitas Kairo karena menurutnya Universitas Kairo lebih modern dan terorganisasi secara lebih baik
.Abdurrahman Wahid, dilahirkan pada tahun 1940.sejak 1964 telah beberapa kali Ia terpilih sebagai ketua Nahdhatul 'Ulama. Pada tahun 1964 dikirim ke Kairo dengan beasiswa pemerintah dan tinggal di sana hingga 1966. Lalu berlanjut belajat ke Baghdad dan Irak sampai tahun 1970. Walaupun Ia tidak pernah selesai studinya di Al Azhar tetapi Ia sangat fasih berbahasa Arab dan mengetahui secara luas kehidupan dan perkembangan pendidikan di Kairo.
 Nama-nama di atas tentu hanya sebagian dari begitu banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar di al Azhar. Masih banyak nama-nama lain yang juga memiliki andil dalam mengembangkan dunia pendidikan di Indonesia, hanya saja karena mereka hanya berscope kecil sehingga tidak begitu tercatat dalam sejarah. Banyak lulusan al Azhar itu yang pulang ke Indonesia dan membangun pesantren dan sebagian besar sistem pengajarannya mengadopsi siem pelajaran almamater mereka yaitu al Azhar.


KESIMPULAN

Al Azhar telah berhasil menjadi universitas yang memberikan kontribusi demikian besar terhadap dunia pendidikan Islam.Walaupun dalam realitas sejarah perjalanannya banyak diwarnai pasang surut terkadang bersinar terkadang kelam, namun sampai hari ini al Azhar masih bisa mempertahankan eksistensinya sebagai universitas yang sangat mengutamakan pendidikan ilmu-ilmu agama.
 Apabila saat ini al Azhar mulai melirik perkembangan pendidikan dunia barat, itu adalah salah satu strategi agar ilmuwan al Azhar tidak menjadi ilmuwan yang terbelakang dalam hal ilmu-ilmu pengetahuan umum.Memasukkan ilmu-ilmu pengetahuan umum dalam kurikulum adalah bukti kepedulian al Azhar terhadap perkembangan pendidikan dan untuk membuktikan bahwa sesungguhnya tidak ada dikotomi ilmu dalam Islam.
Di sisi lain, al Azhar dikecam tidak lagi menghasilkan scolar yang fasih menguasai bahasa Arab dan mahir membaca serta memahami kitab Alfiyah Ibnu Malik, tuduhan ini dilontarkan oleh kalangan pers . Hal ini disebabkan karena al Azhar menerima mahasiswa yang "cacat" tanpa dirinci apa kecacatan yang disebutkan. Namun di sisi lain tetap saja Al Azhar dianggap sebagai pusat studi Islam yang kualitasnya masih dapat diperhitungkan secara skala internasional.


DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, 2004.
Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,
Ensiklopedi Islam. (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), Cet.
Ke 2.

Hanun Asrahah,1999.
            Sejarah Pendidikan Islam .Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu.

Mona Abaza, 1999.
Pendidikan Islam dan Pergeseran Orientasi; Studi Kasus Alumni al Azhar. Terj.(Jakarta: Pustaka)



[2]Nama Masjid al-Azhar merupakan nama yang dinisbatkan kepada puteri Nabi Muhammad saw, Fatimah al-Zahra. Sebelumnya nama masjid tersebut adalah al-Qahirah yag berarti sama dengan kota, yaitu Cairo, dan dikaitkan dengan kata-kata al-Qahirah al-Zahirah yang berarti kota cemerlang. Menurut M. Atiyah al-Abrasyi sebagaimana dikutip Abuddin Nata; Baru setelah 26 bulan al-Azhar dibuka untuk umum, tepatnya pada bulan Ramadhan 361 H dengan di awali kuliah agama perdana oleh al-Qodli Abu Hasan al-Qoirowani pada masa pemerintahan Malik al-Nasir. Lihat: Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004,hlm.89.
[3]Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam .Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu,1999,hlm.61
[4] Abuddin Nata, op.cit.,,hlm.188-190.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar