Jika kita berbicara mengenai pendidikan, maka kita tidak bisa
terlepas dari yang namanya lingkungan tempat pendidikan berlangsung.
Disini lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap anak didik. Islam
yang mengakui bahwa fitrah (potensi) manusia itu merupakan dua hal yang
saling bertentangan satu yang lainya. Yaitu fitrah berbuat baik dan
fitrah berbuat jahat.[1] Dalam kondisi demikian lingkungan merupakan sarana untuk mengembangkan fitrah tersebut.
Apabila lingkungan yang melatarbelakangi perkembangan anak didik itu
telah kondusif dalam mengembangkan fitrah (potensi) secara maksimal,
maka akan terjadi perkembangan yang positif. Apabila lingkungan yang
melatarbelakangi perkembangan anak didik itu destruktif dalam
mengembangkan fitrah (potensi) itu, maka akan terjadi sebaliknya. Adapun
lingkungan dalam pendidikan Islam bermacam-macam yang mempunyai
pengaruh yang berbeda-beda pula. Untuk lebih jelasnya akan dibahas
secara detail dalam makalah berikut ini.
- II. RUMUSAN MASALAH
- Apa Pengertian Lingkungan?
- Apa Klasifikasi Lingkungan Pendidikan dalam Pendidikan Islam?
- Bagaimana Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat?
- Bagaimana Pengaruh Keluarga, Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan?
- III. PEMBAHASAN
- Pengertian Lingkungan
Dalam arti luas lingkungan adalah semua yang mencakup iklim dan
geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan
alam. Dengan kata lain lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak
dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.[2]
Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia,
atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau
hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.
Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika), bahwa
lingkungan adalah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan,
perkembangan, kecuali gen-gen. Sedangkan pendapat lain, bahwa di dalam
lingkungan tidak hanya terdapat sejumlah factor pada suatu saat,
melainkan terdapat pula factor-faktor yang lain yang banyak jumlahnya,
yang secara potensial dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku.[3]
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita yang mencakup iklim dan
geografis, tempat tinggal, adat istiadat dan lain-lain yang senantiasa
berkembang dan dapat mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan,
perkembangan, kecuali gen-gen. Disini digambarkan bahwa lingkungan
merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor pendidikan yang ada yang
sangat penting. Karena lingkungan sangat berpengaruh kepada anak didik,
baik itu lingkungan yang baik ataupun lingkungan yang tidak baik.
Lebih-lebih lingkungan yang kurang baik yang mudah mempengaruhi anak
didik.
Untuk itu bagi seorang pendidik diharuskan untuk selalu memperhatikan
aspek lingkungan dalam mendidik anak didiknya, agar nantinya anak didik
tidak berada dalam lingkungan yang kurang baik yang dapat mempengaruhi
kepribadianya. Bahkan para ahli sosial berpendapat bahwa perbaikan
lingkungan menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan.[4] Karena suatu pendidikan akan dikatakan berhasil jika semua tujuan-tujuan yang ada di dalamnya dapat tercapai.
- Klasifikasi Lingkungan Pendidikan dalam Pendidikan Islam
- Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan didalamnya bersifat khas dan intim.[5]
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa keluarga merupakan sebuah ikatan
laki-laki dan wanita berdasarkan hukum atau undang-undang perkawinan
yang sah.[6]
Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia bahwa kelurga didefinisikan
sebagai semua orang seisi rumah, baik itu ayah, ibu, anak, sanak saudara
ataupun kerabat.[7]
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
merupakan sebuah lembaga yang terdapat ikatan laki-laki dan wanita
berdasarkan hukum atau undang-undang perkawinan yang sah yang pergaulan
didalamnya bersifat khas dan intim. Dalam keluarga juga dapat melahirkan
anak-anak yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya interaksi
pendidikan.
Para ahli didik umumnya menyatakan pendidikan dilembaga ini merupakan
pendidikan yang pertama dan utama. Dikatakan demikian karena di lembaga
inilah anak mendapatkan pendidikan yang pertama kalinya. Disamping itu
pendidikan disini mempunyai pengaruh terhadap kehidupan peserta didik
kelak kemudian hari. Dasar-dasar perilaku, sikap hidup dan berbagai
kebiasaan ditanamkan sejak dini dalam lingkungan keluarga, sehingga
semua dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pribadinya tidak
mudah berubah.[8]
Adapun anggota-anggota keluarga yang berperan dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut:
- Peranan Ibu
- Peranan ayah
- Peranan kakek/nenek, dan
- Peranan saudara
- Peranan pembantu rumah tangga.
Pendidikan keluarga menjadi dasar, sehingga pendidikan dalam keluarga menjadi sangat penting bagi anak didik. Comenius seorang
ahli didaktik terbesar pun dalam bukunya menekankan betapa pentingnya
pendidikan keluarga bagi anak-anak yang sedang berkembang.[9]
Oleh sebab itu peranan orang tua menjadi sangat penting dalam penentuan
keberhasilan proses pendidikan dalam keluarga. Di sini kasih sayang
orang tua menjadi sangat penting bagi pertumbuhanya. Karena kekurangan
kasih sayang seorang anak menjadi keras kepala, sulit diatur dan
lain-lain. Tapi sebaliknya jika berlebihan akan menjadikan anak manja,
penakut dan tidak cepat mandiri.[10]
Di samping itu orang tua juga dituntut untuk memberikan
pengajaran-pengajaran yang baik kepada anak, terutama masalah agama.
Karena agam merupakan landasan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
Allah SWT berfirman:
$pkr’¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR ……….
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At Tahrim:6)[11]
Maka jika orang tua tidak pandai mendidik dan memelihara anak,
akhirnya anak akan terjerumus kelembah kenistaan. Maka orang tua akan
menerima akibatnya baik dalam kehidupan didunia, apalagi akhirat.
- Sekolah
Dalam kamus bahasa Indonesia adalah suatu bangunan ataupun lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran menurut tingkatanya.[12]
Sedangkan dalam pengertian lain disebutkan bahwa sekolah adalah
pendidikan formal, mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu-waktu
tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi.[13]
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah suatu lembaga ataupun bangunan yang mempunyai jenjang dan dibagi
dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi. Walaupun masa sekolah bukan satu-satunya masa
bagi setiap orang untuk belajar, namun sekolah merupakan tempat yang
strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang dalam
menghadapi masa depanya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan setelah keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting. Pada waktu anak-amak menginjak umur 6-7 tahun,
perkembangan intelek, telah meningkat sedemikian rupa, sehingga mereka
telah mampu untuk mempelajari ilmu-ilmu yang ada di sekolah. Seperti
matematika, Bahasa dan lain sebagainya. Dan keluarga umumnya tidak mampu
untuk mengajarkanya. Dan disinilah sekolah sudah diatur untuk
melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Sekolah sebagai tempat rujukan merupakan sumber ilmu dan bekal tempat
menimba ilmu pengetahuan. Manakala sumbernya jernih dan bekalnya
tersedia, lagi bergizi dan yang memberi minum adalah orang yang pandai
lagi cerdas, maka kebutuhan pokok para pengunjungnya akan terpenuhi.
Para pengunjungnya akan memperoleh siraman yang dapat mengembangakn akal
serta wawasan berfikir. Selain itu dapat menyuburkan bakat mereka,
serta dapat menampilkan kemampuan secara optimal.[14]
Sedangkan jika kita berbicara mengenai lingkungan sekolah yang
positif terhadap pendidikan Islam adalah lingkungan sekolah yang
memberikan motifasi dan fasilitas untuk berlangsungnya pendidikan agama
ini. Misalnya dengan sarana dan prasarana yang memadai, seperti tempat
wudlu, mushola, buku bacaan keislaman dan lainya. Lingkungan sekolah
demikian inilah yang mampu membina anak beribadah, berpandangan luas dan
nalar kreatif.[15]
- Masyarakat
Lingkungan masyarakat ialah lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak sesuai dengan keberadaanya.[16]
Lingkungan ini akan memberikan pengaruh yang sangat berarti dalam diri
anak, apabila diwujudkan dalam proses dan pola yang tepat. Karena di
dalam keluarga masih banyak kekurangan dan keterbatasan untuk melakukan
pendidikan maka dalam masyarakat bisa didapatkan. Di sini pendidikan
dalam masyarakatakan berfungi sebagai:
- Pelengkap (complement), ialah kegiatan pendidikan yang berorientasi melengkapi kemampuan, ktrampilan, kognitif maupun performans seseorang, sebagai akibat belum mantabnya atas apa yanga ia terima dalam sekolah ataupun keluarga.
- Pengganti (subtitute), ialah menyediakan pendidikan yang berfungsi sama dengan lembaga pendidikan formal di sekolah.
- Tambahan (supleement), ialah lingkungan masyarakat mampu menyediakan pendidikan yang sudah ada pada lembaga formal, akan tetapi kurang mendalam dan di sinilah bisa didalaminya.[17]
Dalam Undang-Undang Sisdiknas 2003 pasal 54 ayat 2 juga dijelaskan “Peran
serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan.”[18]
Dalam UU di atas dijelaskan bahwa masyarakat dapat menyelenggarakan
pendidikan baik secara perorangan bahkan kelompok. Disini kelompok atau
organisasi dalam masyarakat juga mempunyai peranan penting dalam
penyelenggaraan ini. Adapun organisasi-organisasi yang tumbuh dalam
masyarakat antara lain:
- Perkumpulan-perkumpulan kepemudaan, seperti perkumpulan mahasiswa, pelajar (PMII, HMI, IPNU, IPPNU dan lain-lain).
- Perkumpulan-perkumpulan olahraga dan kesenian
- Perkumpulan koperasi dan lain-lain.[19]
Perkumpulan ataupun organisasi dalam masyarakat yang mendorong anak
untuk hidup dan mempraktikan ajaran Islam dengan rajin beramal, cinta
damai, toleransi, suka menyambung tali silaturahmi dan sebagainya.
Sebaliknya lingkungan yang tidak mendorong anak untuk mempraktikan
ajaran Islam, maka akan menjadikan anak apatis, arogan dan jauh pada
ajaran Islam.[20]
- Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Setelah kita lihat ketiga macam tanggung jawab dan pembinaan
pendidikan yang dilakukan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat,
nampaknya adanya kesamaan rasa tanggung jawab yang dipikul oleh ketiga
macam lingkungan ini. Mereka secara tidak langsung telah mengadakan
kerjasama yang erat didalam praktek pendidikan.[21]
Kerjasama yang erat itu tampak pada hal-hal berikut. Orang tau anak
meletakan dasar-dasar pendidikan dirumah tangga, terutama dalam segi
pembentukan kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan agam sejak
kelahiranya. Kemudian dilanjutkan dan dikembangkan dengan berbagai
materi pendidikan berupa ilmu dan ketrampilan yang dilakukan oleh
sekolah. Orang tua menilai dan mengawasi hasil didikan sekolah dalam
kehidupan sehari-hari. Demikian pendidikan di masyarakat ikut pula
mengontrol, menyalurkan, membina serta meningkatkanya. Hal ini
berlangsung sedemikian rupa karena masyarakat adalah lingkungan pemakai (the user) dari produk pendidikan yang diberikan oleh keluarga dan skolah.[22]
Dari ulasan diatas dapat dianalisis bahwa proses pendidikan yang
dilakukan oleh ketiga lingkungan ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
Secara mental spiritual dasar-dasar pendidikan diletakan oleh keluarga
dan secara akademik konseptual dikembangkan oleh sekolah, sehingga
perkembangan semakin terarah. Kemudian hasil dari pendidikan kedua ini
digunakan oleh masyarakat sebagai pemakai. Di sini dapat dilihat betapa
eratnya kerjasama yang terpadu dari ketiga macam lingkngan pendidikan
untuk membawa anak kepada tujuan bersama, yaitu membentuk anak menjadi
anggota masyarakat yang baik dalam beragama, berbangsa dan bernegara.
- Pengaruh Keluarga, Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan
- Pengaruh keluarga dalam Pendidikan
Suatu keluarga merupakan bentuk masyarakat mini dan merupakan komponen dari masyarakat dalam arti yang sesungguhnya.[23]
Lingkungan kelurga merasa bertanggung jawab atas kelakuan, pembentukan
watak, kesehatan, pendeknya atas pendidikan seluruhnya. Lingkungan ini
selalu bertanggung jawab atas hal ini dimanapun anak-anak itu berada.
Sumbangan keluarga terhadap pendidikan anak tak terkira banyaknya,
misalnya waktu kecil kita sudah dilatih menolong, mengasihi sesama
manusia dan sebagainya. Kita belajar berkorban, kita berbuat baik kepada
orang. Kita juga belajar sabar, saling menghargai dan lain sebagainya.[24] Di samping itu dalam keluarga juga diajarkan kebiasaan-kebiasaan baik tentang kesehatan, makanan dan tingkah laku.
Jadi dalam lingkungan ini diajarkn berbagai hal yang fundamentsebagai
bekal anak dalam menapaki kehidupan kelak. Karena itu orang-orang yang
berperan disini khususnya orang tua harus benar-benar menjadikan
lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang baik agar nantinya akan
menghasikan output yang baik, yaitu output yang berakhlakul karimah.
- Pengaruh Sekolah dalam Pendidikan
Sekolah adalah tempat mengajar dan mendidik anak-anak. Sekolah juga
mempunyai peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh murid-murid.
Disini sekolah mempunyai tujun yang pokok untuk mendidik anak guna
mencerdaskan anak bangsa, sehingga nantinya mereka dapat menjadi insan yang bermanfaat dalam masyarakat.[25]
Tugas sekolah bukan semata-mata mengajarkan anak membaca, menulis dan
berhitung, melainkan tugasnya adalah mempersiapkan anak-anak untuk
mengisi kebutuhan masyarakat tempat tinggalnya. Untuk itu kepada anak
didik sekolah memperkenalkan yang namnya tata krama, peraturan dan
disiplin sekolah. Kalau kita lihat dari segi lain, pengadaan sekolah
tersebut ditunjukan kepada:
- Penyediaan tenaga kerja yang merupakan “human resource” dalam rangka memenuhi tantangan dan tuntutan zaman yang selalu berubah
- Membina masyarakat sesuai dengan yang diinginkan.[26]
Maka jelaslah bahwa sekolah merupakan suatu wadah yang perlu
menyediakan dan melakukan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan
tantangan zaman. Akan tetapi bukan berarti mengabaikan salah satu fungsi
sekolah guna mencetak manusia yang berakhlakul karimah. Maka dari itu
di sekolah diajarkan tentang kebaikan-kebaikan dan semua yang berkenaan
dengan tingkah laku yang sesuai dengan agama.
- Peranan Masyarakat dalam Pendidikan
Masyarakat sebagai pusat pendidikan ketiga disamping lingkungan keluarga dan sekolah. Menurut pengklasifikasian Philip H. Coombs, pendidikanya
termasuk kepada pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah.
Dengan kata lain pendidikan dalam masyarakat sebagai bagian integral
pendidikan Nasional mempunyai tugas melaksanakan pendidikan kepada
masyarakat diluar sekolah.[27]
Jika kita kembali kepada lingkungan masyarakat, sebenarnya di dalam
masyarakat itu tidak ada pendidikan. Di dalam masyarakat yang ada
hanyalah pengaruh dari masyarakat itu. Pengaruh-pengaruh dari masyarakat
ini ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif
terhadap pendidikan anak.
Yang dimaksud dengan pengaruh positif adalah segala sesuatu yang
memberi pengaruh baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Yaitu
pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna. Baik
itu berguna bagi diri sendiri maupun berguna bagi kehidupan bersama.
Sedangkan pengaruh yang bersifat negatif ialah segala pengaruh yang
menuju kehal-hal yang tidak baik atau merugikan. Baik itu merugikan diri
sendiri ataupun orang lain.[28]
Maka jelaslah peran masyarakat dalam pendidikan begitu penting,
karena masyarakat dapat memberi pengaruh kepada anak didik, baik itu
pengaruh positif ataupun negatif. Maka hendaknya anak didik selalu
diberi pengawasan yang intens supaya tidak terpengaruh
lingkungan yang negatif. Atau bisa juga dikembangkan berbagai macam
aktivitas pendidikan yang positif oleh berbagai macam instansi, jawatan
dan lembaga pendidikan maupun non pendidikan. Bentuk-bentuk pendidikan
ini antara lain apa yang dilakukan oleh organisasi pemuda dan
kepramukaan atau organisasi sosial lainya.[29]
- IV. KESIMPULAN
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita yang
mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat dan
lain-lain yang senantiasa berkembang dan dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia, pertumbuhan, perkembangan, kecuali gen-gen. Disini digambarkan
bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor
pendidikan yang ada yang sangat penting. Karena lingkungan sangat
berpengaruh kepada anak didik, baik itu lingkungan yang baik ataupun
lingkungan yang tidak baik. Lebih-lebih lingkungan yang kurang baik yang
mudah mempengaruhi anak didik. Adapun lingkungan dalam pendidikan Islam
secara umum ada 3:
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan sekolah, dan
- Lingkungan masyarakat
Adapun dari ketiga lingkungan diatas semuanya punya pengaruh dan
saling berhububgan dalam pendidikan. Keluarga sebagai peletak
dasar-dasar pendidikan dirumah tangga, terutama dalam segi pembentukan
kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan agam sejak kelahiranya.
Kemudian dilanjutkan dan dikembangkan dengan berbagai materi pendidikan
berupa ilmu dan ketrampilan yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua
menilai dan mengawasi hasil didikan sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian pendidikan di masyarakat ikut pula mengontrol, menyalurkan,
membina serta meningkatkanya.
- V. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan 1, (Semarang: CV Toha Putra, 1977).
Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, 2006).
Ali Quthb, Muhammad, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1993).
Darajat, Zakiah dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000).
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Jumanatul ‘Ali-Art, 2004).
Idris,Zahara, Dasar-Dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1987).
Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008).
Noer Ali, Hery, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999).
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1995).
Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).
Sutiyono, H.M, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta 2009).
Undang-Undang Republik Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional 2003, (Jakarta: cemerlang, 2003).
Yusuf, A. Muri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986).
[1] Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 296
[2] Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), cet 4, hlm. 63
[3] H.M. Sutiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta 2009), hlm. 298
[4] Zakiah Darajat, Op.cit, hlm. 65
[5] Ibid, 66
[6] H.M. Sutiyono, Op.cit, hlm. 301
[7] Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, 2006), hlm. 175
[8] Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), cet 1, hlm. 211
[9] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1995), cet 8, hlm. 79
[10] H.M. Sutiyono, Loc.cit, hlm. 301
[11] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Jumanatul ‘Ali-Art, 2004), hlm. 561
[12] Muhammad Ali, Op.cit, hlm. 399
[13] Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1987), hlm. 42
[14] Muhammad Ali Quthb, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1993), hlm. 92
[15] H.M. Sutiyono, Op.cit, hlm. 304
[16] A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), cet 2, hlm. 34
[17] Ibid,
[18] Undang-Undang Republik Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional 2003, (Jakarta: cemerlang, 2003), hlm. 38
[19] H.M. Sutiyono, Op.cit, hlm. 306
[20] Ibid.
[21] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet 5, hlm. 90
[22] Ibid, 91
[23] Muhammad Ali Quthb, Op.cit, hlm. 114
[24] Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan 1, (Semarang: CV Toha Putra, 1977), hlm.18
[25] Ibid, hlm. 24
[26] A. Muri Yusuf, Op.cit, hlm. 33
[27] Zahara Idris, Op.cit, hlm. 56
[28] Abu Ahmadi, Op.cit, hlm. 27
[29] A. Muri Yusuf, Op.cit, hlm. 35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar