Siswa / Siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Mahasiswa/Mahasiswi istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi.
Warga belajar istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), baik Paket-A, Paket-B, Paket-C
Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah.
Murid istilah lain peserta didik.
Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal, khususnya pesantren atau sekolah-sekolah salafiyah
http://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
unduhan.sytes.net/Dokumen/.../01A.../05.%20PENGERTIAN.doc
Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/11/bab-ii-pengertian-dan-unsur-unsur-pendidikan/
Peserta didik adalah insan yang memiliki potensi (Langeveld:1955)
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=13&submit.y=12&submit=prev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fhotl%2F2006%2Fjiunkpe-ns-s1-2006-33401094-6181-ambrosia-chapter2.pdf
Penerimaan Siswa Baru SMA di Jakarta, Realtime Online System?
Meski Penerimaan Siswa Baru (PSB) SMA di Jakarta sudah lewat, namun laporan saya di bawah ini masih relevan untuk menyambut datangnya Hari Anak Nasional (HAN) tanggal 23 Juli ini.
Hari Senin, 30 Juni 2008, jam 09:00, saya datang ke SMA 68, di jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat untuk mengantarkan seorang keponakan saya baru saja lulus SMP di luar Jakarta. Ia ingin bersekolah di satu SMA Negeri di Jakarta. Sebagaimana disyaratkan oleh Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta (Dinas Dikmenti) di dalam websitenya, http://www.dikmentidki.psb-online.or.id , calon siswa dari luar Jakarta harus melakukan proses pra-pendaftaran terlebih dahulu di beberapa sekolah yang ditentukan. Untuk keponakan saya, pra-pendaftaran dilakukan di SMA 68 di jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat.
Di dekat pintu masuk saya diberikan nomor urut oleh panitia PSB. Setelah itu saya melihat beberapa kerumunan orang yang jumlahnya kira-kira beberapa ratus orang. Karena saya tidak melihat petunjuk mengenai langkah-langkah proses pra-pendaftaran selanjutnya, terpaksa saya bertanya sana-sini mengenai di mana saya bisa mendapatkan formulir untuk saya isi. Itu kekisruhan pertama.
Ketika mencari dimana letak formulir disediakan, ternyata sedang terjadi keributan antara orangtua para calon siswa dengan panitia PSB. Mereka sedang protes kepada panitia, karena panitia menolak Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) yang mereka bawa. Panitia menetapkan SKHUN yang harus diberikan adalah yang dikeluarkan oleh Dinas Dikmenti, padahal Dinas Dikmenti tidak atau belum mengeluarkan SKHUN kepada siswa SMP di luar Jakarta yang baru lulus. Hanya siswa lulusan SMP Jakarta saja yang sudah menerima SKHUN dari Dinas Dikmenti. Di luar Jakarta, pihak sekolah lah yang mengeluarkan SKHUN. Memang aneh, jika Dinas Dikmenti membuat jadwal pra-pendaftaran pada tanggal 30 Juni, 1, 2 dan 3 Juli, serta mensyaratkan adanya SKHUN, tetapi ternyata pihak Dinas Dikmenti belum mengeluarkan atau mengirimkan SKHUN kepada siswa-siswa yang akan mendaftar ke SMA. Para orang tua siswa ini bersikeras agar panitia mau menerima SKHUN yang dikeluarkan dari sekolah yang mereka bawa. Jika SKHUN dari Diknas belum mereka terima, itu bukan salah para siswa. Apalagi, di dalam petunjuk pendaftaran dari Dinas Dikmenti tidak disebutkan SKHUN adalah dari Dinas Dikmenti. Apakah mereka harus pulang ke kota-kota asal mereka, atau pergi beramai-ramai ke Dinas Dikmenti untuk meminta SKHUN? Suasana jadi lebih panas, karena pihak panitia PSB di SMA 68 itu harus bertanya lebih dahulu ke Dinas Dikmenti. Pukul 10:00 lewat akhirnya Dinas Dikmenti memperbolehkan proses pra-pendaftaran dilanjutkan tanpa SKHUN dari Dinas Dikmenti.
Proses PSB SMA di Jakarta sudah beberapa tahun terakhir ini menggunakan online system. Biasanya istilah online system digunakan untuk menunjukkan terpadunya sebuah sistem dengan memanfaatkan jaringan komputer, sehingga data yang sudah disimpan dan ‘data baru’ yang akan diproses berlangsung terpadu. Proses terpadu itu membuat sistem ini juga disebut realtime karena proses berlangsung seketika dan hasilnya dapat diakses seketika dan dari komputer mana saja dalam jaringan itu.
Namun anehnya pada PSB online ini, proses pra-pendaftaran (sekali lagi, proses pra-pendaftaran ini hanya untuk siswa lulusan SMP dari luar Jakarta) harus dengan menunjukkan SKHUN, padahal bukankah data siswa lulusan SMP (termasuk data SKHUN) sudah ada di Dinas Dikmenti? Nampaknya panitia PSB memasukkan kembali (mengetik lagi) data yang ada pada SKHUN yang diterimanya pada saat proses pra-pendaftaran ke komputer, lalu mengirim data itu ke pusat. Setelah itu baru diproses. Itu namanya kerja dua kali dan tidak online yang sebenarnya dan buang-buang waktu juga tenaga.
Menurut saya, seharusnya pra-pendaftaran atau pendaftaran sekali pun hanya dengan menggunakan Nomor Ujian Nasional, karena nomor ujian ini sudah ada di Dinas Dikmenti. Jadi dengan memasukkan nomor ujian, panitia PSB bisa melihat semua informasi calon siswa, termasuk nilai NEM dan nilai-nilai 4 mata pelajaran yang diuji pada ujian nasional, sehingga proses pendaftaran bisa dilakukan secara online dalam arti sebenarnya. Bukankah sebagaimana yang disebut oleh Dikmenti sendiri proses seleksi siswa dalam PSB ini berdasarkan nilai-nilai Ujian Nasional yang dimiliki oleh calon siswa dan sudah disimpan oleh Dikmenti? Dengan begitu tidak perlu ada proses memasukkan kembali data siswa.
Kekisruhan cara kerja panitia PSB bertambah setelah nomor urut yang diterima pada saat pertama kali datang menjadi tidak berlaku. Ini terjadi setelah ribut-ribut soal SKHUN seperti yang sudah disebutkan di atas. Akhirnya saya baru bisa menyelesaikan proses pra-pendaftaran itu pada jam 15:00, hanya untuk mendapatkan nomor registrasi pra-pendaftaran. Luar biasa online!
Kekisruhan seputar SKHUN ini ternyata terjadi juga di tempat pra-pendaftaran lain, yaitu di SMA 54, Jatinegara, Jakarta Timur. Anehnya, dua sekolah yang saya sebutkan ini adalah dua sekolah yang terkenal dengan kualitasnya yang baik. Nampaknya kekisruhan ini terjadi di semua tempat pra-pendaftaran. Di dua tempat ini tidak ada informasi mengenai langkah-langkah pra-pendaftaran yang diletakkan pada tempat yang mudah terbaca. Begitu juga informasi-informasi penting yang harus diketahui oleh para pendaftar. Akibatnya banyak orang berkerumun di depan loket atau di depan meja panitia, karena takut ketinggalan informasi. Kerumunan ini menyulitkan para pendaftar yang baru datang untuk mendekati panitia. Suasana ini mirip di pasar ayam tradisional.
Untungnya kekisruhan tidak terjadi pada saat proses pendaftaran tanggal 4,5 dan 7 Juli, meski nampaknya juga ada proses pengetikan data siswa kembali (dua kali kerja). Proses pendaftaran berlangsung cukup cepat dan hasilnya langsung muncul di jaringan komputer Dikmenti DKI yang bisa diakses melalui Internet.
Saya prihatin, karena keponakan saya pada usianya yang masih dini harus menyaksikan dan mengalami sebuah sistem pendaftaran sekolah yang lagi-lagi masih amburadul, padahal katanya pendaftaran yang online dan realtime. Menurut website Dinas Dikmenti, sistem online dan realtime ini dibuat dengan bekerja sama dengan Telkom Solution.
Saya sarankan agar di tahun depan proses pendaftaran PSB menggunakan sistem yang online dan realtime yang sesungguhnya. Jika prosesnya online, tentu proses pendaftaran bisa dilakukan melalui website Dinas Dikmenti dan dengan menggunakan satu identifikasi saja, yaitu Nomor Ujian Nasional misalnya. Proses pendaftaran tidak harus atau tidak perlu dengan mendatangi tempat pendaftaran. Dengan begitu para calon siswa SMA ini sudah diajarkan bagaimana menggunakan energi dan waktunya secara efisien dan sekaligus terbiasa dengan apa yang disebut atau dinamakan online yang sesungguhnya.
Kasus PMDK SMUN 4 Denpasar
Baru-baru ini terjadi skandal yang menurut gue memalukan. Berapa SMA favorit terbukti melakukan pemalsuan nilai yang menyebabkan UNUD mencekal siswa2 peraih PMDK dari SMA2 tersebut. Berawal dari terbuktinya SMUN 4 Denpasar, yang akhirnya dengan terpaksa merambat ke SMA2 yang lain.
Gue sendiri nggak tau kenapa baru sekarang pihak UNUD berani mengungkapkan hal ini. Dan kenapa pula dimulai dari SMUN 4 Denpasar.Soalnya gue tau, (ini adalah pendapat pribadi gue dan kalo ada yang komplin hubungin gue deh) pemalsuan nilai di SMUN 4 ini udah lama berjalan, kayaknya sebelum angkatan gue deh. Dan gue juga tau SMUN 4 tidak sendirian, mereka berani karena bareng2 dan dengan pertimbangan siswa dari sini kualitasnya lebih bagus dari yang lain.
Terbukti siswa PMDK ke Universitas favorite seperti UI (bahkan UNUD) selalu berprestasi lebih dibanding mahasiswa reluger (UMPTN). Agar jatah yang disediakan oleh UI (dan juga UNUD) terpenuhi dan supaya kulitas siswa PMDK meyakinkan untuk pertama kali pandang, nilai rapor merekalah yang diotak-atik. Zat’s why, Kupo.
Anyway, ada dua hal yang lucu menurut gue. Pertama reaksi SMUN lain (selain SMUN 4) saat SMUN4 terkena skandal ini. Mereka ikut memberatkan dan saat tudingan itu beralih ke mereka semua dan terbukti, mereka malah membantah. Maling teriak maling. Yang kedua adalah sikap UNUD dalam menangani masalah ini. Setelah semua terbukti mereka malah pake kekerasan, semua siswa dari SMU 1, SMU 3, SMU 4, SMU 7 serta beberapa SMA dari luar Denpasar yang ketahuan nilai rapornya dimark up langsung didiskualifikasi.
Menurut gue mereka keterlaluan, soalnya 29 orang tidak bisa kuliah tahun ini gara2 ulah orang2 yang nggak profesional (kalo bisa dibilang nggak bertanggung jawab). Ini kan bukan salah mereka (sepenuhnya), jadi pikirkan juga donk nasib mereka. Emang enak nganggur selama setahun, sambil liat temen2 yang lain pada kuliah nyengir melihat kita terdampar gara2 salah yang nggak kita perbuat (sepenuhya).
Perkembangan selanjutnya adalah UNUD tetap ngotot dengan pendirian mereka walaupun orang tua para siswa udah unjuk gigi. Pihak UNUD bahkan berlindung di balik hukum bahwa tindakan mereka sah. Gue setuju kalo masalah kasus nilai ini diselesaikan secara hukum sehingga nggak ada lagi yang mengulangi di kemudian hari. Tapi kalo masalah 29 siswa ini gue nggak setuju, setidaknya kasi mereka kesempatan kedua dengan memberikan ujian untuk memperjuangkan kursi mereka kembali.
Dalam analisa gue (yang seadanya), kasus ini di luar Bali udah tercium dari dulu dan sudah diantisipasi oleh universitas2 favourite yang benar2 mementingkan kualitas lulusan mereka. Contoh ITB dan ITS tidak menerima PMDK, UI cuman ke SMA2 tertentu yang menurut mereka mark nilai SMA tersebut sebanding dengan kualitas siswanya, yang lain gue nggak tau. UNUD baru sadar sekarang dan langsung keluarkan jurus ekstrem (seperti street fighter aja). Gue nggak tau mereka kemana aja.
Ah, bosan ngomongin masalah memalukan ini. Lebih baik kita semua belajar sebaik-baiknya, do your best and always positif. Stay away from drugs, free sex and alcohol. Kamu bisa hebat tanpa harus kuliah di universitas favorite. Selama kamu belajar dan membuka dirimu untuk maju kamu bisa mengalahkan mereka yang kuliah. Mutu pendidikan di negara ini masih jelek (yang ini gue berani ngomong di depan Mendikbud). Terlihat dari munculnya kasus2 seperti pemalsuan nilai ini, cara mereka mengatasinya, cara masyarakat memandang lulusan luar negeri dan semakin banyaknya sarjana2 yang ngganggur.
Parah lagi banyak dari mereka yang bekerja tidak pada bidangnya, ini kan udah nggak sesuai dengan apa yang dicita-citakan pendidikan nasional. Oh ya sekali lagi tulisan ini gue turunkan karena gue prihatin dengan kasus ini, banyak emosi yang gue ungkapkan.
IMPORTANT: Gue nggak berharap kamu setuju dengan pendapat2 gue diatas, yang gue minta adalah kamu semua bersikap dan berfikir kritis akan semua masalah termasuk masalah ini. Jangan seperti pers kita yang menulis apa yang mereka lihat dan dengar dengan seadanya tanpa disertai analisa ilmiah yang cukup mendalam. Gue berharap pihak UNUD dan semua pihak yang terlibat memandang masalah ini dari dua sisi yang berkepentingan, sehingga maslah ini nggak terjadi lagi dan nggak ada cama yang DIRUGIKAN
]
POKOK-POKOK PERMASALAHAN
1 Kualita Masukan (Input)
Sekolah merupakan suatu sistem. Di dalam sistem persekolahan, prestasi belajar siswa yang ansumsikan sebagai keluaran (out put) dipengaruhi oleh faktor, mulai dari faktor guru, sarana prasarana, pengelolaan, sampai faktor lingkungan external. Masukan (input) dalam arti “Siswa yang memasuki suatu Sekolah” merupakan faktor dominan dalam mewarnai kualitas keluaran. Sebaik apapun guru serta secanggih apapun prasarana dan sarana sekolah, tidak akan banyak berarti manakala berhadapan dengan masukan (input) yang kurang mendukung.
Dengan tidak bermaksud mengabaikan faktor lain, prestasi belajar siswa SMP PGRI Cimanggis Kota Depok yang dipandang kurang mengesankan nampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh faKtor masukan (input). Berdasarkan tinjauan terhadap faktor masukan (input), terdapat kecenderungan siswa yang masuk ke SMP PGRI Cimanggis Kota Depok bukanlah para siswa lulusan SD yang terbaik dalam arti peraih NEM tinggi. Para siswa lulusan SD yang memperoleh NEM yang tinggi pada umumnya mendaftarkan ke SMP PGRI Cimanggis Kota Depok sebagai pilihan kedua dan seterusnya. Kecenderungan ini nampak nyata dari perbandingan passing grade pada saat penerimaan siswa baru.
Kecenderungan sebagaimana mestinya dikemukan diatas telah mengakibatkan perolehan NEM siswa kelas IX SMP PGRI Cimanggis Kota Depok belum menjadi yang terbaik di Cimanggis Kota Depok. Kondisi ini tentunya kurang menguntungkan. Citra SMP PGRI Cimanggis dimasyarakat menjadi kurang popular sehingga para siswa lulusan Sekolah Dasar yang memperoleh NEM tinggi terlebih dahulu akan mempertimbangkan memilih SMP Negeri atau Swasta lainnya meskipun tempat tinggalnya disekitar SMP PGRI Cimanggis Kota Depok.
Ada hubungan yang saling mempengaruhi antara masukan (input) dengan keluaran (out put). Dengan dihapuskannya antara sistem US SD mulai tahun pelajaran 2007/2008, pada harapan baru dipersekolahan swasta namun pada kenyataannya, siswa tetap ikut terlebih dahulu diterima di SMP Negeri barulah mereka para siswa mendaftarkan ke sekolah swasta tahun ini kalau dibiarkan tentu akan berdampak pada out put, yang masih merupakan indikator paling penting bagi masyarakat untuk menilai kinerja sekolah berdasarkan keluaran.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa proses bukan satu-satunya komponen yang perlu dibenahi. Proses memang penting tetapi masukan (input).
2. Disiplin Siswa
Masalah lain yang perlu diperhatikan disiplin siswa. Disiplin merupakan kunci keberhasilan proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam konteks ini, disiplin dapat diletakan dengan baik sebagai alat maupun materi pendidikan. Sebagai alat pendidikan, fiungsi disiplin adalah untuk menjamin kelancaran proses pembelajaran yang merupakan inti dari proses pendidikan. Sebagai materi pendidikan, disiplin merupakan sikap mental yang perlu ditanamkan agar para siswa terbiasa berlaku tertib dan rajin sehingga kelak menjadi anggota masyarakat yang baik.
Prestasi belajar akan baik manakala proses berlangsung dalam suasana konduktif. Suasana konduktif tercipta bila tertib terjamin dimana seluruh komponen melaksanakan tugas sesuai fungsi serta tepat waktu. Disinilah pentingnya disiplin dalam arti adanya kesadaran dari masing-masing pihak untuk senantiasa menaati segala peraturan yang telah ditetapkan.
Kedisiplinan di SMP PGRI Cimanggis Kota Depok belum dapat dikatakan baik. Karena pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah masih sering dilakukan, untuk kongkrit pelanggaran yang masih sering terjadi terutama masalah keterlambatan siswa, mangkir dan cara berpakaian. Penanganan untuk masalah ini telah dilakukan setiap hari akan tetapi belum memberikan hasil yang memuaskan. Kurangnya kedisiplinan siswa bila dibiarkan akan membawa dampak kurang menguntungkannya terhadap prestasi belajar maupun sikap mental para siswa, ketidak disiplinan akan mengganggu pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kurangberkembangnya prestasi belajar siswa, disini lain ketidak disiplinan akan menghasilkan manusia-manusia yang tidak mampu berlaku tertib sehingga tidak mampu menjadi masyarakat yang baik.
B. CARA PEMECAHAN
Permasalahan-permasalahan sebagaimana dikemukan dalam kegiatan terdahulu perlu dicarikan jalan keluar (alternative) pemecahan masalah yang selanjutnya turut melatar belakangi program sekolah akan diuraikan sebagai berikut :
1. Masalah Kualitas Masukan
Mengingat kualitas masukan atau meningkatkan passing grade NEM siswa baru memang merupakan yang tidak mudah. Hal ini karena kualitas masukan berhubungan erat dengan animo masyarakat terhadap sekolah, kesan ini cenderung bersifat subjektif, tetap bertahan.
Untuk meningkatkan kualitas masukan dilakukan dengan cara menyesuaikan kegiatan sekolah sedekat mungkin dengan kebutuhan masyarakat selain itu perlu diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang secara sengaja diarahkan untuk meningkatkan citra sekolah, citra yang baik akan menimbulkan kesan yang baik sehingga timbul animo masyarakat untuk bersekolah di SMP PGRI Cimanggis Kota Depok, beberapa kegiatan dipilih adalah sebagai berikut :
a. Mengganti ketrampilan lain dengan TIK sebagai mata pelajaran teknologi sekarang ini. Sesuai dengan kondisinya sebagai daerah perkotaan, masyarakat Cimanggis cenderung membutuhkan ilmu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Komputer, memilih TIK Komputer merupakan upaya menyelelaraskan kegiatan sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
b. Pelanggaran para alumni SMP PGRI Cimanggis Kota Depok. Para alumni dapat dipandang sebagai asset, para alumni dapat dimanfaatkan untuk ikut serta memperbaiki citra sekolah, mereka dapat menyumbang tenaga, pikiran bahkan materi.
Bentuk keterlibatan alumni dalam kegiatan sekolah misalnya :
Ikut serta melatih kegiatan ekstrakurikuler
Ikut menjaga keamanan dan kedisiplinan sekolah.
Memberikan sumbang saran (pemikiran)
Agar ketertiban para alumni ini terarah, mereka perlu diikat dalam suatu wadah organisasi.
c. Menyelenggarakan Kegiatan Lintas Sektoral
Kegiatan ini merupakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan pihak eksternal sekolah, tujuannya adalah untuk membangun hubungan harmonis dengan lingkungan eksternal sekolah.
Bentuk kegiatan yang dapat dipilih misalnya :
Mengadakan lomba Matematika, IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia atau pelajaran untuk siswa SD.
Menyelenggarakan pameran, Bazar atau kegiatan sejenisnya yang diperuntukkan bagi masyarakat.
Menyelenggarakan Sosialisasi tentang SMP PGRI Cimanggis Kota Depok baik ke SD maupun orang tua siswa umumnya pada masyarakat
d. Memperkuat Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, Paskibra, PMR, Tek Wondo, Marawis, Basket, Rohis, dan Musik Band itu semua adalah merupakan salah satu potensial kegiatan dalam membangun citra sekolah, keunggulan dalam salah satu kegiatan ekstrakurikuler merupakan kredit point tersendiri bagi sekolah. Tidak sedikit siswa yang tertarik pada suatu sekolah karena kegiatan ekstrakurikuler.
2. Masalah Disiplin Sekolah.
Disiplin merupakan sikap mental yang dikuasai kesadaran untuk patuh dan taat terhadap peraturan atau tata tertib dalam disiplin terdapat dimensi kesadaran artinya tidak disebut disiplin bila kepatuhan dilakukan secara terpaksa, dalam kondisi seperti itu perilaku patuh atau taat akan hilang manakala pengawas diperlonggar.
Untuk membina disiplin, siswa perlu memahami apa-apa yang boleh dan tidak boleh serta kosekuensi apa yang akan diterima bila melakukan pelanggaran. Siswa akan paham dan menghayati peraturan atau tata tertib bila mereka memperoleh informasi yang cukup serta melihat contoh.
Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin siswa antara lain:
a. Peraturan dan tata tertib sekolah perlu senantiasa disosialisasikan melalui setiap kesempatan dapat pada media yang dapat dimanfaatkan, misalnya: majalah dinding, upacara penaikan bendera pada saat mengajar dan lain-lain.
b. Pembina disiplin secara individual oleh wali kelas maupun secara kelompok oleh guru BP.
c Adanya tindakan yang seragam dari para guru. Hal ini dimaksudkan agar disiplin menjadi budaya sekolah yang mendarah daging karena tindakan indisipliber tidak akan ditoleri oleh siapapun.
d. Administrasi piket perlu ditindak lanjuti. Data-data yang dikumpulkan seperti angka keterlambatan, ketidak hadiran dapat ditabulasikan atau dibuat grafik sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan Pembina disiplin.
Sumber:
http://www.mediakonsumen.com/Artikel2785.html
http://tourdebali.com/81/kasus-pmdk-smun-4-denpasar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar