Dalam konteks pembelajaran, prior knowledge dapat diartikan sebagai kemampuan awal (entering behavior)
yang dimiliki seorang peserta didik yang bisa dijadikan sebagai titik
tolak untuk melihat seberapa besar perubahan perilaku yang terjadi
setelah seseorang mengikuti proses pembelajaran. Kujawa & Huske (1995) merumuskan pengertian Prior Knowledge sebagai: “a combination of the learner’s preexisting attitudes, experiences, and knowledge. Rumusan ini menunjukkan bahwa Prior Knowledge tidak
hanya berkaitan dengan aspek pengetahuan saja, tetapi juga menyangkut
sikap dan pengalaman yang telah dimiliki seorang pembelajar.
- Sikap mencakup: keyakinan diri, kesadaran akan minat dan kekuatan yang dimiliki, motivasi dan hasrat belajar.
- Pengalaman meliputi: berbagai aktivitas yang dilakukan sehari-hari, berbagai peristiwa dalam kehidupan, dan berbagai pengalaman yang terjadi di keluarga maupun komunitas.
- Pengetahuan meliputi: tentang proses dan konten belajar, termasuk didalamnya adalah pengetahuan tentang tujuan belajar dan tujuan pribadinya.
Dalam pandangan Konstruktivisme, Prior Knowledge memiliki
peran penting dan strategis dalam proses belajar siswa. Widodo, (2004)
menyebutkan salah satu unsur penting dalam lingkungan pembelajaran
konstruktivisme adalah memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal
siswa. Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
Oleh karena itu, pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan awal
siswa dan memanfaatkan teknik-teknik untuk mendorong agar terjadi
perubahan konsepsi pada diri siswa. Sementara itu, Harsono menyebutkan Prior Knowledge merupakan modal utama dalam proses diskusi kelompok. Seorang guru perlu mengerti tentang pentingnya Prior Knowledge dalam
proses belajar dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengingat kembali tentang apa saja yang mereka pahami atau ketahui.
B. Bagaimana menilai dan mengaktifkan Prior Knowledge melalui teknik KWL?
Secara konvensional, upaya guru untuk melacak dan mengaktifkan prior knowledge biasanya dilakukan melalui teknik dan kegiatan, seperti:
- pre test dengan memberikan sejumlah soal terkait dengan kompetensi yang harus dicapai siswa, yang dilaksanakan pada saat sebelum pembelajaran dimulai.
- apersepsi untuk membantu siswa memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada, yang dilakukan pada tahap awal pelaksanaan pembelajaran.
Teknik lain yang bisa digunakan adalah teknik K-W-L, yang merupakan akronim dari Know, Want dan Learn.
Teknik K-W-L yaitu suatu teknik pengantar yang menyediakan struktur
dalam bentuk tabel untuk membantu siswa mengingat apa yang diketahui,
mencatat apa yang ingin diketahui, dan mencatat aktivitas belajar apa
yang akan dilakukannya. Teknik K-W-L membantu siswa mengorganisasikan
pikiran mereka tentang suatu topik. Melalui teknik K-W-L ini, selain
membelajarkan siswa dalam mengembangkan kemampuan kognitifnya, juga
membelajarkan siswa dalam mengembangkan kemampuan metakognitifnya, yaitu
kemampuan untuk mengontrol proses belajar dan memonitor kemajuan dalam
belajarnya
C. Langkah-langkah Teknik K-W-L
Secara standar, langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengaktifkan Prior Knowledge melalui Teknik K-W-L, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Buatlah 3 kolom dalam satu lembar kertas. Kolom kiri (K=know)
adalah tempat bagi peserta didik untuk menuliskan tentang apa saja yang
telah mereka ketahui tentang topik yang sedang mereka hadapi. Kolom
tengah (W=want) adalah tempat bagi peserta didik untuk menulis
beberapa gagasan tentang apa yang mereka ingin ketahui/pelajari
sehubungan dengan topik tadi. Guru boleh merangsang peserta didik dengan
mengajukan pertanyaan ringan yang relevan dengan topik. Kolom kanan (L=learn)
adalah tempat bagi peserta didik untuk menulis rencana aktivitas
belajar mereka sesuai dengan topik yang mereka pelajari. Pada akhir session maka peserta didik diminta untuk membuat refleksi tentang apa saja yang telah mereka peroleh dalam konteks knowledge dan skills”. (Harsono)
Sementara itu, Hill, et. al. (1998) telah memodifikasi tabel K-W-L dengan menyertakan kolom keempat di akhir, yaitu W untuk “Wanderings.” sehingga formatnya menjadi K-W-L-W. Kolom Wandering
ini diisi siswa untuk mengajukan pertanyaan baru terkait dengan hasil
penelitian yang telah mereka lakukan. Hill, et. al. menyarankan bahwa
kolom pertama diisi terlebih dahulu secara individual dan kemudian
pengetahuan dan pertanyaan dari seluruh kelas dikumpulkan untuk
dimasukkan pada kolom kedua. Selama pelajaran berlangsung, siswa mengisi
kolom berikutnya ketika mereka menemukan informasi baru. Spidol atau
pensil warna yang berbeda dapat digunakan untuk visualisasi
pembelajaran baru.
Di lain pihak, Margaret Mooney
menyarankan menambahkan kolom kelima, H untuk “How” sehingga formatnya
menjadi K-W-H-L-W. Kolom H diisi siswa tentang bagaimana cara dia untuk
menemukan informasi yang dibutuhkan.
Berikut ini disajikan model tabel yang bisa digunakan untuk mengaktifkan prior knowledge:
Topik: ………………………………………………………. | |||||
Nama:………………………………
Kelas:………………………………
|
Tanggal:……………………………….
Mata Pelajaran:…………………………..
|
||||
K (Know)
|
W (Want)
|
H (How)
|
L (Learn)
|
W (Wander)
|
|
Apa yang telah diketahui
|
Apa yang ingin diketahui
|
Bagaimana cara menemukan informasi
|
Aktivitas belajar yang akan dilakukan
|
Pertanyaan penelitian berikutnya
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
Catatan: Dalam praktiknya terdapat tiga model format yang bisa Anda pilih: (1) Model K-W-L (standar); (2) K-W–H–L; dan (3) K-W-H-L-W, silahkan Anda buat format yang paling cocok! Selamat mencoba dan semoga sukses!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar