I.
PENDAHULUAN
Pada awal
tahun 1970-an berbicara mengenai penelitian agama dianggap tabu. Orang akan
berkata : kenapa agama yang sudah begitu mapan mau diteliti ; agama adalah
wahyu Allah. Sikap serupa terjadi di Barat. Dalam pendahuluan buku Seven
Theories Of Religion dikatakan, dahulu orang Eropa menolak anggapan adanya
kemumgkinan meniliti agama. Sebab, antara ilmu dan nilai, antara ilmu dan agama
( kepercayaan ), tidak bisa disinkronkan.[1]
Kehadiran
agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya
kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber
ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan
kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan
material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai
waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter,
kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan,
berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.
II.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa pengertian metodologi studi
islam dan ruang lingkupnya?
2. Apa saja pendekatan-pendekatan
dalam metodologi studi islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
metodologi studi islam dan ruang lingkupnya
1. Pengertian metodologi
Menurut
bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang),
hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah
yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga
disebut pengajaran atau penelitian.
Menurut
istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan,
dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo
F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem
tentang prosedur dan teknik riset.
Ketika
metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos berarti “studi
tentang” atau “teori tentang”. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar
kumpulan cara yang sudah diterima(well received) tetapi berupa berupa kajian
tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu
pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak ada perbedaan, refleksi dan
kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam metodologi terbuka
luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari
itu, metodologi menjadi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan
metode tidak.[2]
Metodologi
adalah ilmu cara- cara dan langkah- langkah yang tepat ( untuk menganalisa
sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara.[3]
Istilah
metodologi studi islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian- kajian
seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam. Sebut saja
misalnya kajian atas metode normative, historis, filosofis, komparatif dan lain
sebagainya. Metodologi studi islam mengenal metode- metode itu sebatas
teoritis. Seseorang yang mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam
praktik. Ia masih dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.
2. Ruang lingkup studi Islam:
Agama
sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari segi sisi:
a.
Sebagai
doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti
absolute, dan diterima apa adanya.
b. Sebagai gejala budaya, yang berarti
seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk
pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
c.
Sebagai
interaksi social, yaitu realitas umat Islam.
Bila islam
dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat dibatasi pada tiga
sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran
teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.
B.
Pendekatan-pendekatan
dalam metodologi studi islam
Dewasa ini
kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif diberbagai
masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya dijadikan sekadar
menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khotbah,
melainkan secara konsepsional menunujukkan cara-cara yang paling efektif dalam
memecahkan masalah. . Adapun pendekatan yang dimaksud di sini (bukan dalam
konteks penelitian), namun cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu
bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama
Diketahui
bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari
dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan
teknologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah
tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam
tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai
disiplin ilmu. Di dalam Alqur’an yang merupakan sumber ajaran Islam, misalnya
dijumpai ayat- ayat tentang proses pertumbuhan dan perkembangan anatomi tubuh
manusia. Untuk menjelaskan masalah ini jelas memerlukan dukungan ilmu anatomi
tubuh manusia. Selanjutnya untuk membahas ayat- ayat yang berkenaaan dengan
masalah tanaman dan tumbuh- tumbuhan jelas memerlukan bantuan ilmu pertanian.
Berkenanaan
dengan pemikiran diatas, maka kita perlu mengetahui dengan jelas
pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam memahamai agama. Hal ini perlu
dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fugsional
dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai
pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh
masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah
kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi. Untuk lebih jelasnya
pendekatan tersebut dapat kita pelajari sebagai berikut:
a.
Pendekatan
Sosiologis
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki
ikatan-ikatan antara manusia yamng menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara yang terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya,
keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam
tiap persekutuan hidup manusia.
Harus
ditegaskan disini bahwa orang yang pertama kali menggagas sekaligus
memperaktikkan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru yang mandiri adalah
ibn khaldun. Namun, sebagian besar sosiolog memandang kontribusi ibn khaldun
begitu kecil dalam sosiologi. Mereka lebih mengakui karl max dan august comte
sebagai seorang yang yang paling berjasa bagi disiplin ilmu sosiologi.[4]
Pendekatan
sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus
perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Teori sosiologis
tentang watak agama serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial,
mendorong di tetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi:
1. Stratifikasi sosial, seperti kelas
dan etnisitas
2. Kategori bisosial, seperti seks,
gender perkawinan, keluarga masa kanak-kanak dan usia
3. Pola organisasi sosial, meliputi
politik, produksi ekonomis, sistem-sistem pertukaran dan birokrasi.
4. Proses sosial, seperti formasi
batas, relasi intergroup, interaksi personal, penyimpangan, dan globalisasi.[5]
Dalam
al-quran terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas tertinggi yang
menunjukan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima selainnya. Namun disisi
lain (sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran keyakinan
lain (lakum dinukum waliyaddin).[6]
b.
Pendekatan
Historis
Sejarah atau
historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari
peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan
melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat
dalam peristiwa tersebut, dan lain sebagainya.[7]
Pendekatan
kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri
turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social
kemasyarakatan. Dalam kontek ini Kuntowijaya telah melakukan studi yang
mendalam terhadap agama yang dalam hal ini islam menurut pendekatan sejarah.
Ketika ia mempelajari Al-qur’an, ia sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya
kandungan Al-qur’an itu menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi konsep-konsep
dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Melalui pendekatan
sejarah ini seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat
empirism dan mendunia. Dari kedaan ini seseorang akan melihat adanya
kesenjangan atau keselarassan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan
yang ada dalam empiris dan historis. Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan
dalam memahami agama, karena Agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret
bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
c.
Pendekatan
Antropologis
Pendekatan
ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahamai agama dengan cara
melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Melalui perndekatan ini agama tamapak lebih akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya.
Dalam
berbagai penelitian antropologi. Agama dapat ditemukan adanya hubungan positif
antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan masyarakat
yang kurang mampu pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan
yang mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial masyarakat. Sedangkan
golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan
masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Melalui
pendekatan antropologi sosok agamayang berada pada daratan empiric akan dapat
dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul
dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan
berbagai pranata yang terjadi dimasyarakat.[8]
Dalam
pendekatan ini kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja
dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin
mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan
cara mengubah pandangan keagamaan. Selanjutnya melalui pendekatan antropologis
ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme
pengorganisasian.
Salah satu
konsep kunci terpenting dalam antropologi adalah modern adalah holisme, yakni
pandangan bahwa prakyik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara
esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam
masyarakat yang sedang diteliti. Para antropologis harus melihat agama dan
praktik-praktik pertanian, kekeluargaan dan politik, magic dan pengobatan
(secara bersama-sama maka agama tidak bisa dilihat sebagai system otonom yang
tidak terpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.[9]
d.
Pendekatan
Psikologi
Psikologi
atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala
perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang
yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.
Ilmu jiwa agama sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan
mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang
dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya
dalam perilaku penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang
dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat
untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan
uasianya. Dengan ilmu agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk
menanamkannya.
Label “psikologi agama” seolah menunjukan bahwa bidang ini merupakan cabang
psikologi yang concern dengan subjek agama, sejajar dengan psikologi pendidkan,
atau psikologi olahraga, atau psikologi klinis. Akan tetapi kenyataanya,
psikologi agama berada di bagian luar mainstream psikologi.[10]
IV.
KESIMPULAN
Menurut
bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang),
hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah
yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan,
dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo
F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem
tentang prosedur dan teknik riset.
Pendektan antropolgi sangat dibutuhkan dalam
memahami ajaran agama, karna dalam ajaran agama terdapat uraian dan informasi
yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
Sejarah atau histories adalah suatu ilmu yang
didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu,
objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Atho Mudzahar, Pendekatan Studi Islam, yogyakarta : Pustaka Pelajar
, 2007
Fanani , Muhyar,
Metode Studi Islam, aplikasi sosiologi pengetahuan sebagai cara pandang,(
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Partanto, Pios A M.
dahlan al barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya : penerbit arkola,
1994
Conolly , Peter,
Aneka pendekatan studi agama, (Yogyakarta: Lkis, 2002).
Atang, abd.hakim
& Jaih Mubarok. Metode studi islam.(Bandung: remaja rosdakarya
2009).
Kimia,tadris,
Metodologi Studi Islam 2008. (Semarang : takimia production,2010
Nata, abbudin,
metode studi islam,( Jakarta: Raja grafindo persada 2004
[2] Muhyar Fanani, Metode Studi
Islam, aplikasi sosiologi pengetahuan sebagai cara pandang,( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008) hlm.ix.
[3] Pios A partanto M. dahlan al barry,
Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya : penerbit arkola, 1994)hlm.462
Tidak ada komentar:
Posting Komentar