Dalam kegiatan pembelajaran ada dua kata yang populer digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan yaitu didaktik dan metodik. Didaktik adalah
ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip kegiatan penyampaian bahan
pelajaran sehingga bahan pelajaran itu dimiliki oleh anak didik.
Agar
anak didik itu dapat mengetahui pelajarannya, maka seorang guru
diharapkan mengajukan bahan pelajaran itu dengan baik, yakni apakah
penyajian itu dapat menarik minat, motivasi atau mengaktifkan anak didik
atau tidak? Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan hendak
mempengaruhi anak didik, itulah sasaran utama didaktik.
Untuk
menciptakan proses belajar bagi siswa, maka diperlukan adanya
pendekatan atau metode. Pertama ekspositori, metode mengajar yang biasa
digunakan dalam pengajaran ekspositori adalah metode ceramah dan
demonstrasi. Kedua, pembelajaran dengan mengaktifkan siswa. Dalam metode
ini siswa lebih banyak aktif, namun tidak berarti guru tinggal diam.
Guru memberikan petunjuk, mengarahkan anak didik tentang apa yang harus
dilakukan. Metode yang banyak digunakan dalam pembelajaran siswa aktif
sebagai berikut:
1) Tanya jawab
2) Diskusi
3) Pengamatan dan percobaan
4) Pemecahan masalah
5) Pemberian tugas.
1) Tanya jawab
2) Diskusi
3) Pengamatan dan percobaan
4) Pemecahan masalah
5) Pemberian tugas.
B. Metode Pembelajaran dalam Perpektif Islam
Dalam perspektif Islam, masih ditemukan lagi metode lain di samping yang telah disebutkan di atas. Metode belajar mengajar dalam perspektif Islam yang dimaksud adalah;
Dalam perspektif Islam, masih ditemukan lagi metode lain di samping yang telah disebutkan di atas. Metode belajar mengajar dalam perspektif Islam yang dimaksud adalah;
1. Metode Dialog Qur’āni dan Nabawi
Metode dialog qur’āni dan nabawi adalah metode pendidikan dengan cara berdiskusi sebagaimana yang digunakan oleh Alquran dan atau hadis-hadis nabi. Metode ini, disebut pula metode khiwār yang meliputi dialog khitābi dan ta’abbudi (bertanya dan lalu menjawab); dialog deksriftif dan dialog naratif (menggambarkan dan lalu mencermati); dialog argumentatif (berdiskusi lalu mengemukakan alasan kuat); dan dialog Nabawi (menanamkan rasa percaya diri, lalu beriman). Untuk yang terakhir ini, (dialog Nabawi) sering dipraktekkan oleh sahabat ketika mereka bertanya sesuatu kepada Nabi saw.
Dialog qur’āni-nabawi
merupakan jembatan yang dapat menghubungkan pemikiran seseorang dengan
orang lain sehingga mempunyai dampak terhadap jiwa peserta didik. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni;Metode dialog qur’āni dan nabawi adalah metode pendidikan dengan cara berdiskusi sebagaimana yang digunakan oleh Alquran dan atau hadis-hadis nabi. Metode ini, disebut pula metode khiwār yang meliputi dialog khitābi dan ta’abbudi (bertanya dan lalu menjawab); dialog deksriftif dan dialog naratif (menggambarkan dan lalu mencermati); dialog argumentatif (berdiskusi lalu mengemukakan alasan kuat); dan dialog Nabawi (menanamkan rasa percaya diri, lalu beriman). Untuk yang terakhir ini, (dialog Nabawi) sering dipraktekkan oleh sahabat ketika mereka bertanya sesuatu kepada Nabi saw.
a. permasalahan yang disajikan secara dinamis
b. peserta dialog tertarik untuk terus mengikuti jalannya percakapan itu
c. dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa
d. topik pembciraan yang disajikan secara realistis dan manusiawi
b. peserta dialog tertarik untuk terus mengikuti jalannya percakapan itu
c. dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa
d. topik pembciraan yang disajikan secara realistis dan manusiawi
Dapat
dirumuskan bahwa dialog qur’āni-nabawi adalah metode pendidikan Islam
yang sangat efektif dalam upaya menanamkan iman pada diri seseorang,
sehingga sikap dan perilakunya senantiasa terkontrol dengan baik.
2. Metode Kisah Qur’āni dan Nabawi
Metode kisah disebut pula metode “cerita” yakni cara mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis dengan menyampaikan pesan dari sumber pokok sejarah Islam, yakni al-Qur’an dan Hadis.
Metode kisah disebut pula metode “cerita” yakni cara mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis dengan menyampaikan pesan dari sumber pokok sejarah Islam, yakni al-Qur’an dan Hadis.
Salah
satu metode yang digunakan al-Qur’an untuk mengarahkan manusia ke arah
yang dikehendakinya adalah dengan menggunakan cerita (kisah). Setiap
kisah menunjang materi yang disajikan, baik kisah tersebut benar-benar
terjadi maupun kisah simbolik.
Dalam
al-Qur’an dijumpai banyak kisah, terutama yang berkenaan dengan misi
kerasulan dan umat masa lampau. Muhammad Qutb berpendapat bahwa
kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an dikategorikan ke dalam tiga bagian;
pertama, kisah yang menunjukkan tempat, tokoh dan gambaran peristiwa;
kedua, kisah yang menunjukkan peristiwa dan keadaan tertentu tanpa
menyebut nama dan tempat kejadian; ketiga, kisah dalam bentuk dialog
yang terkadang tidak disebutkan pelakunya dan dimana tempat kejadiannya.
Pentingnya
metode kisah diterapkan dalam dunia pendidi-kan karena dengan metode
ini, akan memberikan kekuatan psikologis kepada peserta didik, dalam
artian bahwa; dengan mengemukakan kisah-kisah nabi kepada peserta
didik, mereka secara psikologis terdorong untuk menjadikan nabi-nabi
tersebut sebagai uswah (suri tauladan).
Kisah-kisah
dalam al-Qur’an dan hadis, secara umum bertujuan untuk memberikan
pengajaran terutama kepada orang-orang yang mau menggunakan akalnya.
Relevansi antara cerita (kisah) qur’āni dengan metode penyampaian cerita
dalam lingkungan pendidikan ini sangat tinggi. Metode ini merupakan
suatu bentuk teknik pnyampaian informasi dan instruksi yang amat
bernilai, dan seorang pendidik harus dapat memanfaatkan potensi kisah
bagi pembentukan sikap yang merupakan bagian esensial pendidikan qur’āni
dan nabawi.
3. Metode Perumpamaan
Metode ini, disebut pula metode “amstāl” yakni cara mendidik dengan memberikan perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu konsep. Perumpamaan yang diungkapkan al-Qur’an memiliki tujuan psikologi edukatif, yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksudnya.
Dampak edukatif dari perumpamaan al-Qur’an dan Nabawi di antaranya :Metode ini, disebut pula metode “amstāl” yakni cara mendidik dengan memberikan perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu konsep. Perumpamaan yang diungkapkan al-Qur’an memiliki tujuan psikologi edukatif, yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksudnya.
- Memberikan kemudahan dalam memahami suatu konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda sebagai contoh konkrit dalam al-Qur’an.
- Mepengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan.
- Membina akal untuk terbiasa berpikir secara valid pada analogis melalui penyebutan premis-premis.
- Mampu menciptakan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia.
4. Metode Keteladanan
Metode ini, disebut pula metode “meniru” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik kepada anak didik.
Metode ini, disebut pula metode “meniru” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik kepada anak didik.
Dalam al-Qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat di belakangnya seperti sifat hasanah yang
berarti teladan yang baik. Metode keteladanan adalah suatu metode
pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh
teladanan yang baik kepada anak didik agar ditiru dan dilaksanakan.
Dengan demikian metode keteladanan ini bertujuan untuk menciptakan
akhlak al-mahmudah kepada peserta didik.
Acuan dasar dalam berakhlak al-mahmudah atau al-karimah
adalah Rasulullah dan para Nabi lainnya yang merupakan suri tauladan
bagi umatnya. Seorang pendidik dalam berinteraksi dengan anak didiknya
akan menimbulkan respon tertentu baik positif maupun respon negatif,
seorang pendidik sama sekali tidak boleh bersikap otoriter, terlebih
memaksa anak didik dengan cara-cara yang dapat merusak fitrahnya.
Nilai
edukatif keteladanan dalam dunia pendidikan adalah metode influitif
yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk
moral spiritual dan sosial anak didik. Keteladanan itu ada dua macam,
yaitu:
a. Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh si terdidik.
b. Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan ditanamkan pada terdidik sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi terdidik.
a. Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh si terdidik.
b. Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan ditanamkan pada terdidik sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi terdidik.
5. Metode Ibrah dan Mau’izhah
Metode ini, disebut pula metode “nasehat” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan motivasi. Metode ibrah dan atau mau’izhah (nasehat) sangat efektif dalam pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak didik. Nasehat dapat membukakan mata anak didik terhadap hakekat sesuatu, serta memotivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Metode ini, disebut pula metode “nasehat” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan motivasi. Metode ibrah dan atau mau’izhah (nasehat) sangat efektif dalam pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak didik. Nasehat dapat membukakan mata anak didik terhadap hakekat sesuatu, serta memotivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Menurut
al-Qur’an, metode nasehat hanya diberikan kepada mereka yang melanggar
peraturan dalam arti ketika suatu kebenaran telah sampai kepadanya,
mereka seolah-olah tidak mau tahu kebenaran tersebut terlebih
melaksanakannya. Pernyataan ini menunjukkan adanya dasar psikologis yang
kuat, karena orang pada umumnya kurang senang dinasehati, terlebih
jika ditujukan kepada pribadi tertentu.
6. Metode Targhib dan Tarhib
Metode ini, disebut pula metode “ancaman” dan atau “intimidasi” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan peserta didik.
Metode ini, disebut pula metode “ancaman” dan atau “intimidasi” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan peserta didik.
Istilah targib dan tarhib
dan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah berarti ancaman atau intimidasi
melalui hukuman yang disebabkan oleh suatu dosa kepada Allah dan
rasul-Nya. Jadi, ia juga dapat diartikan sebagai ancaman Allah melalui
penonjolan salah satu sifat keagungan dan kekuatan Ilahiah agar mereka
(peserta didik) teringat untuk tidak melakukan kesalahan.
Ada beberapa kelebihan yang paling penting berkenaan dengan metode targib dan tarhib ini, antara lain :- Targib dan tarhib bertumpu pada pemberian kepuasan dan argumentasi.
- Targib dan tarhib disertai gambaran keindahan surga yang menakjubkan atau pembebasan azab neraka.
- Targib dan tarhib Islami bertumpu pada pengobatan emosi dan pembinaan afeksi ketuhanan.
- Targib dan tarhib bertumpu pada pengontrolan emosi dan keseimbangan antara keduanya.
C. Penutup
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, dengan tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sehingga dengan ilmu itu diharapkan ada perubahan dalam diri seseorang, baik perubahan berpikir, bersikap maupun berinteraksi atau berbuat. Sedangkan mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal.
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, dengan tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sehingga dengan ilmu itu diharapkan ada perubahan dalam diri seseorang, baik perubahan berpikir, bersikap maupun berinteraksi atau berbuat. Sedangkan mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal.
Tujuan
utama diterapkannya metode belajar mengajar adalah untuk
menumbuhkembangkan daya kognitif, psikomotor dan afektif. Agar tujuan
ini tercapai, maka guru harus terampil menggunakan metode yang sesuai
dengan karakteristik anak didik yang dihadapinya.
Kepustakaan:
Daradjat, Zakiah, 1995. Metodik Khusus Pengajaran Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Suardi, Edi, 1966. Pedagogik II. Bandung ; Angkasa.
Syaodih S., R. Ibrahim Nana, 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Qutb, Muhammad, 1977. Manhaj al-Tarbiyyah al-Islamiyyah. Mesir: Maktab al-Kutub al-Ilmiyah.
Ramayulis, 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Daradjat, Zakiah, 1995. Metodik Khusus Pengajaran Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Suardi, Edi, 1966. Pedagogik II. Bandung ; Angkasa.
Syaodih S., R. Ibrahim Nana, 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Qutb, Muhammad, 1977. Manhaj al-Tarbiyyah al-Islamiyyah. Mesir: Maktab al-Kutub al-Ilmiyah.
Ramayulis, 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar