Ketika berita wafatnya Hisyam bin Abdurrahman dan pengangkatan Hakam bin Hisyam sampai ke telinga Gubernur Sulaiman dan Abdullah di Afrika Barat, keduanya segera bergerak menuju Andalusia.
Gubernur Abdullah berangkat lebih dahulu menuju Valencia melalui lautan. Di tempat itu ia disambut oleh penduduk kota dengan baik. Kemudian Gubernur Sulaiman segera menyusul menuju kota itu dan menjadikan Valencia sebagai markas. Penduduk kota Valencia dan sekitarnya menyatakan tunduk.
Mendengar berita ini, Khalifah Hakam I segera berangkat ke Valencia dengan pasukan besar. Perang saudara pun kembali pecah. Gubernur Sulaiman berhasil ditawan dan dijatuhi hukuman mati. Sedangkan Gubernur Abdullah meminta maaf dan diizinkan menetap di Valencia.
Pada tahun berikutnya, 797 Masehi, meletus pemberontakan di Toledo. Gerakan ini dilakukan oleh orang-orang Kristen yang dibantu kaum Yahudi. Khalifah Hakam segera mengirimkan pasukan besar dipimpin oleh Amrus bin Yusuf.
Kota benteng yang terkenal tangguh itu tak mampu bertahan menghadapi serangan pasukan Muslim. Prajurit yang ikut dalam penyerangan itu benar-benar terlatih. Setelah berhasil menjebol tembok benteng, mereka masuk bagai air bah. Kota Toledo berhasil dikuasai.
Kemampuan pasukan Hakam cukup menggentarkan nyali Raja Alfonso II yang belum lama memindahkan ibukota kerajaannya ke Leon. Ia pun segera meminta bantuan Raja Prancis Charlemagne di Achen yang masih menyimpan dendam atas serangan Khalifah Abdurrahman Ad-Dakhil. Karena itu, begitu ada tawaran dari Alfonso II, Charlemagne menyambut baik.
Beberapa tahun kemudian terjadi tragedi memilukan di Cordoba. Peristiwa ini bermula dari ketidakpuasan ulama terhadap Khalifah Hakam. Mereka menyusun kesepakatan untuk mencabut baiat dan mengangkat Muhammad bin Qasim yang masih keturunan Quraisy. Namun rencana itu berhasil diketahui khalifah, sekitar 72 tokoh disalib.
Panglima Amrus bin Yusuf kembali mendapat perintah untuk merebut Toledo. Setelah melakukan pengepungan cukup lama, akhirnya Toledo kembali berhasil dikuasai setelah sebelumnya dikuasai Alfonso II. Pasukan Alfonso II yang mempertahankan Toledo dibinasakan.
Khalifah Hakam masih menyimpan dendam pada pemuka penduduk Toledo yang berkhianat sehingga Alfonso II kembali merebut kota itu. Ia pun merencanakan tipu muslihat. Panglima Amrus yang telah diangkat sebagai gubernur berpura-pura menentang pemerintahan Hakam. Ia pun mulai melakukan pembangunan sesuai kehendak masyarakat.
Setelah berhasil mengalahkan sisa-sisa pasukan Alfonso II, tentara Hakam bergerak ke Toledo dan memasang tenda tidak jauh dari kota itu. Penduduk Toledo kembali dilanda kekhawatiran.
Dengan alasan untuk menghindari pertumpahan darah, Gubernur Amrus mengadakan pesta untuk mengundang pasukan Hakam. Para tokoh Toledo setuju. Para undangan berdatangan. Saat itulah Amrus menjalankan siasat khalifahnya. Para tamu diwajibkan melewati jalan yang berkelok-kelok secara berkelompok. Saat itulah para tokoh itu dibunuh. Peristiwa ini terjadi pada 807 M, yang sekaligus menjadi noda hitam di masa pemerintahan Hakam.
Akhir masa pemerintahan Hakam lebih banyak diwarnai pertempuran. Khalifah Hakam meninggal pada 822 M dalam usia 50 tahun. Ia merupakan penguasa tunggal yang berhasil meletakkan sendi-sendi pemerintahan dengan cara keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar