STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Tampilkan postingan dengan label Bahasa Arab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Arab. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 November 2013

ISIM-ISIM YANG BERBARIS DAPAN





1.   FAIL ( فاعل )
a.   Definisi
· Pengertian Fa’il menurut bahasa adalah: yang mengerjakan pekerjaan (subjek), contoh:
كتب الطالبُ

Kamis, 24 Januari 2013

NAKIROH DAN MA’RIFAT

       I.            PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manuasia tidak lepas dari yang namanya komunikasi. Dalam komunikasi tentu mengandung kalimat yang bermacam-macam. Dalam bahasa Indonesia kalimat dibagi menjadi bermacam-macam. Begitupula dalam bahasa arab, kalimat juga dibagi menjadi beberapa macam. Diantaranya ada yang menurut sifatnya, jumlahnya, bentuknya dll. Di sini kami akan membahas kalimat menurut sifatnya yaitu NAKIROH DAN MA’RIFAT.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1.    Apakah yang dimaksud dengan isim nakiroh?
2.    Bagaimana pengertian dari  isim makrifat?
               
    II.            PEMBAHASAN
a.    Pengertian Isim Nakiroh
Dalam kitab Al Ghuratus Saniah dijelaskan:
وان ترد تعريف الاسم النكرة     فهو الذى يقبل ال مؤثرة
Yang artinya :
“ISIM NAKIROH adalah isim yang tidak bersamaan Al dan patut apabila diberi Al”. contoh : رجل      الرجل
Sedangkan dalam kitab Ikhtishor isim nakiroh adalah isim yang menunjukkan arti umum.
Cirinya adalah bisa menerima tanwin, dan patut diberi Al.
Contoh : مسجد
Dasar Bait :   او واقع ما قد ذكر            نكرة قابل ال مؤثرة

Selasa, 28 Agustus 2012

Ketrampilan Berbicara (Kalam) Bahasa Arab

Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian dan komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh kemampuan mendengarkan, kemampuan mengucapkan, dan penguasaan kosa kata serta ungkapan yang memungkinkan anak didik dapat mengkomunikasikan maksud atau fikirannya.
Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian anak didik dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan dorongan kepada anak didik agar berani berbicara kendatipun dengan resiko salah.
Pada tahap permulaan latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan menyimak akan tetapi tujuan akhir keduanya berbeda. Latihan berbicara menekankan kemampuan eskpresi atau mengungkapkan ide pikiran pesan kepada orang lain. Sedangan menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal balik.
Pembelajar bahasa perlu menyadari bahwa ketrampilan berbicara melibatkan tiga bidang pengetahuan, yaitu:
a. Mekanik (pengucapan, tata bahasa, dan kosakata); penggunaan kata-kata yang sesuai dengan susunan dan pengucapan yang benar.
b. Fungsi (transaksi dan interaksi); mengetahui kapan pesan yang jelas diperlukan (transaksi atau pertukaran informasi) dan kapan pemahaman yang tepat tidak diperlukan (interaksi atau membangun hubungan).
c. Norma dan aturan sosila budaya (pengalihan pembicara, kecepatan berbicara, lamanya berhenti anatara pembicara, peran aktif pembicara); pemahaman tentang siapa yang berbicara kepada siapa, dalam situasi yang bagaimana, tentang apa, dan untuk apa.

Minggu, 18 Maret 2012

Pengenalan Tanda I' rab


Tanda I'rab Rafa'
I'rab rafa' mempunyai empat tanda, yaitu: dhammah, wawu, alif dan nun.
Maksudnya: Alamat (tanda) i'rab rafa' ada empat macam, yaitu sebagai berikut:
1. Dhammah, menjadi alamat pokok (tanda asli) i'rab rafa', contoh:
= Zaid telah datang;
= Hindun seorang Juru tulis.
2. Wawu, sebagai pengganti dhammah, contoh:
= Zaid-zaid itu berdiri;
= orang-orang yang saleh itu mendapat keberuntungan.
3. Alif, sebagai pengganti dhammah, contoh:
= dua Zaid itu berdiri.
4. Nun, sebagai pengganti dhammah, contoh:
= mereka berdua sedang melakukan (sesuatu);
= kamu berdua sedang melakukan (sesuatu);
= mereka sedang melakukan (sesuatu);
= kalian sedang melakukan (sesuatu);
= kamu (seorang perempuan) sedang melakukan sesuatu.
Kata nazhim:
I'rab rafa' mempunyai empat alamat, yaitu dhammah, wawu, alif, demikian pula nun tsabit (tetap) yang tidak dihilangkan.

Badal

 
Arti Badal
Tabi' (lafazh yang mengikuti) yang dimaksud dengan hukum tanpa memakai perantara antara ia dengan matbu'-nya.
Contoh:
= Aku telah memakan roti itu sepertiganya (bukan semuanya).
Maksudnya, roti yang dimakan itu hanya sepertiganya. Lafazh sepertiga itulah yang dimaksud dengan hukum (hukum makan). Lafazh sepertiga itu disebut badal (pengganti), sedangkan lafazh raghif (roti) disebut mubdal minhu (yang digantikan).
Contoh lainnya seperti:
= Zaid telah datang pelayannya.
Maksudnya yang datang itu ialah pelayan Zaid, bukan Zaidnya.
Apabila isim diganti oleh isim atau fi'il diganti oleh fi'il, maka dalam hal seluruh i'rab-nya harus mengikuti mubdal minhu-nya.

Istitsna



Arti Istitsna

Isim yang terletak sesudah illâ atau salah satu saudara-saudaranya.

Huruf istitsna ada delapan macam, yaitu sebagai berikut:
  1. contohnya seperti: (Kaum itu telah datang kecuali Zaid)
  2. contohnya seperti: (Kaum itu telah datang selain Zaid)
  3. , 4. , 5. artinya sama yaitu: selain.
  4. , 7. , 8. artinya sama yaitu: selain.
I. l'rab lafazh-lafazh yang terletak sesudah huruf istitsna sebagai berikut:

Lafazh yang di-istitsna dengan illâ harus di-nashab-kan bilamana keadaan kalamnya bersifat sempurna dan mujab.
Kalam yang sempurna itu ialah:

Kalam yang disebutkan mustatsna dan mustatsna minhu-nya (lafazh yang dikecualikan dan lafazh pengecualiannya, seperti dalam contoh: = Kaum itu telah datang kecuali Zaid).
Lafazh adalah mustatsna minhu, sedangkan lafazh menjadi mustatsna-nya.
Mujab adalah:

Kalam mutsbat, yaitu kalam yang tidak disisipi nafi, nahi dan tidak pula istifham.
Contoh:
= kaum itu telah datang kecuali Zaid.
= murid-murid itu telah masuk (sekolah) kecuali Bakar.
Jadi, syarat lafazh yang di-istitsna harus di-nashab-kan itu ialah:
  1. Kalam tam (lengkap), ada mustatsna dan mustatsna minhu-nya.
  2. Mujab, yaitu tidak kemasukan nafi, nahi dan tidak pula istifham.
II. Kalau kalam-nya tidak memenuhi persyaratan tersebut, maka hal itu adalah sebagai berikut:

Apabila kalam-nya ternyata tam (sempurna) lagi manfi (di- nafi-kan), maka lafazh mustatsna-nya boleh di-nashab-kan karena istitsna dan boleh di-badal-kan (bergantung kepada i'rab mustatsna minhu-nya).
Contoh:
= tiadalah kaum itu berdiri kecuali Zaid.
Lafazh Zaid, boleh di-nashab-kan karena istitsna dan boleh pula di-badal-kan dengan memakai harakat dhammah, sebab mubdal minhu-nya lafazh berharakat dhammah.
= aku tidak melihat kaum itu kecuali Zaid.
Lafazh Zaid itu boleh di-nashab-kan karena istitsna, dan boleh dijadikan badal dari lafazh .
= aku tidak bersua dengan kaum itu kecuali Zaid.
Lafazh Zaid itu boleh di-nashab-kan karena istitsna dan boleh pula di-jar-kan karena menjadi badal dari lafazh .