STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Tampilkan postingan dengan label Psikologi Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Psikologi Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Maret 2015

Teknik-Teknik Memotivasi Siswa



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan siswa yang mempunyai semangat untuk terus belajar seumur hidup, penuh rasa ingin tahu dan keinginan untuk menambah ilmu, meskipun pendidikan formal mereka telah berakhir. Kunci untuk mewujudkan semua itu adalah adanya motivasi yang kuat dan terpelihara dalam diri siswa untuk belajar.

          Sebagai seorang guru tentu Anda pernah mengamati siswa-siswi di kelas tiba-tiba kurang motivasi belajar. Hal ini sering ditandai dengan sikap negatif, seperti malas mengerjakan tugas, tidak merespons pertanyaan guru, tidak mau memberi pendapat, berperan sebagai pengikut saja atau tidak punya inisiatif, dan mengganggu teman atau berkomentar yang menarik perhatian orang lain. Salah satu penyebab hal tersebut terjadi karena guru lupa atau jarang memberi penghargaan atau pujian kepada siswanya tentang hal kecil apapun yang sudah mereka lakukan ketika mereka telah melakukan perubahan dalam bidang akademik dan perilaku. Bagaimanapun, pujian sesederhana apapun secara verbal sebenarnya dapat memengaruhi rasa diterima dan dipercayai kemampuannya sebagai seorang manusia. Otomatis hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar dikelas. 

Kamis, 12 Maret 2015

TEKNIK-TEKNIK MEMOTIVASI SISWA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan siswa yang mempunyai semangat untuk terus belajar seumur hidup, penuh rasa ingin tahu dan keinginan untuk menambah ilmu, meskipun pendidikan formal mereka telah berakhir. Kunci untuk mewujudkan semua itu adalah adanya motivasi yang kuat dan terpelihara dalam diri siswa untuk belajar.
          Sebagai seorang guru tentu Anda pernah mengamati siswa-siswi di kelas tiba-tiba kurang motivasi belajar. Hal ini sering ditandai dengan sikap negatif, seperti malas mengerjakan tugas, tidak merespons pertanyaan guru, tidak mau memberi pendapat, berperan sebagai pengikut saja atau tidak punya inisiatif, dan mengganggu teman atau berkomentar yang menarik perhatian orang lain. Salah satu penyebab hal tersebut terjadi karena guru lupa atau jarang memberi penghargaan atau pujian kepada siswanya tentang hal kecil apapun yang sudah mereka lakukan ketika mereka telah melakukan perubahan dalam bidang akademik dan perilaku. Bagaimanapun, pujian sesederhana apapun secara verbal sebenarnya dapat memengaruhi rasa diterima dan dipercayai kemampuannya sebagai seorang manusia. Otomatis hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar dikelas. 

Jumat, 25 Juli 2014

FUNGSI DAN POSISI GURU DALAM PROSES MENGAJAR BELAJAR (PMB)


Oleh    : Yuri Alamsyah
BAB 1
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidik adalah satu komponen manusiawi dalam proses mengajar-belajar, yang ikut berperan dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang makin berkembang. Dalam arti khusus dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Peserta didik merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan. Tanpa anak didik, proses kependidikan tidak akan terlaksana. Oleh karena itu pengertian tentang peserta didik dirasa perlu diketahui dan dipahami secara mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses pendidikannya nanti tidak akan terjadi distorsi yang terlalu jauh dengan tujuan pendidikan yang direncanakan. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.
Hubungan antara pendidik dan peserta didik inilah yang kemudian disebut dengan proses mengajar belajar (dalam istilah baru), yang mengalami terus pengembangan sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Jika dahulu proses pembelajaran berpusat kepada guru (teacher centre), namun sekarang sudah berubah bahwa pembelajaran berpusat kepada peserta didik (student centre). Dengan adanya perubahan paradigma ini akan berimplikasi terhadap fungsi dan posisi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Salah satu contohnya, Menurut teori  konstruktivisme yang dikembangkan oleh Von Glasserfeld, pembentukan pengetahuan seseorang  dilakukan sendiri oleh orang itu dan bukan oleh guru, sehingga para guru hanya bisa mendorong para siswa agar aktif dalam pembelajaran untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Dorongan para guru sangat memicu dan memacu para Siswa aktif dan giat belajar.

Jumat, 14 Maret 2014

Tipe Guru dalam Mendisiplinkan Siswa

Disiplin kelas, tata tertib kelas,  pengendalian kelas, man
ajemen kelas atau apapun namanya, merupakan hal yang amat krusial bagi seorang guru. Apabila seorang guru tidak mampu memelihara disiplin dalam kelas maka kemungkinan proses pembelajaran akan mengalami kegagalan. Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar yang kondusif.
Sebagai agen sosialisasi (socialization agent), guru hendaknya membelajarkan siswa  tentang berbagai perilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi. Dalam berinteraksi dan berkomunikasi  dengan siswa, guru menyampaikan berbagai pesan kepada siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan situasi yang diharapkan di kelas.
Terdapat 4 (empat)  hal penting untuk mencapai kesuksesan di kelas:
  1. Guru perlu merencanakan secara matang pendekatan individual dalam mendisiplinkan siswa.
  2. Guru harus memahami secara baik berbagai teori disiplin, beserta asumsi yang mendasarinya.
  3. Guru memahami nilai-nilai dan filsafat pendidikan yang diyakininya.
  4. Guru  harus mampu menentukan pendekatan disiplin yang sejalan dengan keyakinan siswanya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan siswa dan konflik personal.
Sesungguhnya, banyak teori  tentang disiplin yang bisa kita terapkan, salah-satunya adalah  teori Inner Discipline yang digagas oleh Barbara Coloroso. Dalam upaya mendisiplinkan siswa di kelas (sekolah), Coloroso mengemukakan 3 (tiga) kategori guru (dalam tulisan ini saya menggunakan istilah tipe guru), yaitu: (1) Brickwall  Teacher (Guru Tembok Bata); (2) Jellyfish Teacher  (Guru Ubur-ubur); dan (3) Backbone Teacher (Guru Tulang Punggung). Berikut ini disampaikan penjelasan singkat dari ketiga tipe tersebut:

Pembelajaran Scaffolding untuk Kesuksesan Belajar Siswa

Di kalangan masyarakat awam, istilah scaffolding atau perancah tampaknya lebih dipahascaffolding atau perancah ini tampaknya bisa dianggap relatif baru dan semakin populer bersamaan dengan munculnya gagasan pembelajaran aktif yang berorientasi pada teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan oleh Lev Vygotsky, sang pelopor Konstruktivisme Sosial.
mi sebagai sebuah istilah yang berhubungan teknik konstruksi bangunan, yaitu upaya memasang susunan bambu/kayu balok/besi sebagai tumpuan sementara ketika sedang membangun sebuah bangunan, khususnya bangunan dalam konstruksi beton. Ketika konstruksi beton dianggap sudah mampu berdiri kokoh, maka susunan bambu/kayu balok/besi itu pun akan dicabut kembali. Dalam konteks pembelajaran, penggunaan istilah
Pembelajaran Scaffolding
Secara sederhana, pembelajaran scaffolding dapat diartikan sebagai suatu teknik pemberian dukungan belajar secara terstruktur, yang dilakukan pada tahap awal untuk mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri. Pemberian dukungan belajar ini tidak dilakukan secara terus menerus,  tetapi seiring dengan terjadinya peningkatan kemampuan siswa, secara berangsur-angsur guru harus mengurangi dan melepaskan siswa untuk belajar secara mandiri.  Jika siswa belum mampu men­­ca­pai kemandirian dalam belajarnya, guru kembali ke sistem dukungan untuk mem­bantu siswa memperoleh kemajuan sampai me­reka benar-benar mampu mencapai kemandirian. Dengan demikian, esensi dan prinsip kerjanya tampaknya tidak jauh berbeda dengan scaffolding dalam konteks  mendirikan sebuah bangunan. Pembelajaran Scaffolding sebagai sebuah teknik bantuan belajar (assisted-learning) dapat dilakukan pada saat siswa merencanakan, melaksanakan dan merefleksi tugas-tugas belajarnya.

Rabu, 29 Januari 2014

Tipe Kepribadian Melankolis

Orang melankolis adalah orang yang serius dan tertutup, namun cerdas dan sangat kritis dalam berpikir. Mereka dapat mengerjakan suatu hal dengan jauh lebih tekun dibandingkan tipe kepribadian yang lainnya. Mereka memahami sesuatu setahap demi setahap, dan mereka menjalani sebagian besar hidupnya dengan sangat serius.

Orang melankolis mempunyai pemikiran yang kritis. Mereka mampu menganalisis suatu keadaan dengan jauh lebih baik dibandingkan dengan tipe-tipe kepribadian lainnya. Mereka memiliki kemampuan luar biasa dalam ”melihat di balik layar” dan memahami apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Mereka bisa melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh kebanyakan orang karena tingkat ketelitian dan ketajaman analisisnya. Mereka adalah individu yang cakap. Mereka tahu bahwa mereka tahu apa yang mereka ketahui. Mereka meneliti fakta-fakta dan mengikutinya dengan sangat hati-hati. Mereka melakukan perencanaan dan mengikuti rencana itu. Moto mereka adalah : ”Rencanakan kerja Anda. Kerjakan rencana Anda.”

Orang melankolis sangat berhati-hati, teliti, dan suka curiga. Mereka tidak senang membuat kesalahan. Misalnya, mereka selalu memeriksa hasil fotokopi yang mereka dapatkan sebab khawatir hasil fotokopinya tidak sama dengan aslinya. Maksudnya, mereka sangat berhati-hati sekali dan penuh perhitungan dalam segala hal yang mereka lakukan. Bahkan, bila Anda memberikan pujian yang tulus pun mereka tetap akan berpikir bahwa Anda pasti mempunyai maksud tersembunyi di balik pujian Anda tadi.

Tipe Kepribadian Phlegmatis

Orang phlegmatis adalah tipe orang yang paling menyenangkan untuk dijadikan kawan. Berlawanan dengan orang koleris yang keras dan sangat menuntut, orang phlegmatis adalah orang yang manis, tidak mendesak, dan tidak suka memerintah.

Mereka mempunyai sikap pemalu dan tidak suka menonjolkan diri. Mereka menyukai keramaian dan sosialisasi, sejauh keramaian itu tidak berpusat pada diri mereka. Orang phlegmatis adalah orang yang sopan dan mempunyai aturan yang baik dalam pergaulan.

Orang phlegmatis tidak suka dengan konflik dan pertentangan. Mereka lebih senang memberikan dukungan dan melayani serta setuju dengan pendapat orang lain. Dalam setiap pertengkaran atau perbedaan pendapat, orang phlegmatis adalah penengah yang baik, karena mereka tidak mudah tersinggung.

Berbeda dengan orang sanguin yang terbuka dan suka berbicara, orang phlegmatis tertutup walaupun mereka senang bersosialisasi. Mereka juga pendengar yang baik dengan selera humor yang menggigit.

Dalam mengerjakan suatu pekerjaan, orang phlegmatis hanya bisa mengerjakan satu hal dalam satu waktu tertentu. Mereka tidak bisa mengerjakan banyak hal secara bersamaan. Orang phlegmatis mampu dan senang mengerjakan pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang serta tidak banyak variasi – itu akan sangat membosankan bagi orang sanguin dan koleris.

Tipe Kepribadian Sanguin

Orang sanguin dikenal ramah dan sangat suka berbicara. Mereka bisa berbicara kepada siapa saja dengan menggunakan topik apa saja. Mereka penuh inspirasi dan juga sangat aktif. Dengan kemampuan bicara yang prima, orang sanguin dapat mempengaruhi orang lain untuk percaya pada apa yang mereka katakan. Mereka bisa menjadi pembicara yang hebat dan sekaligus motivator yang menyenangkan. Sikap mereka cenderung optimis.

Selain pintar mempengaruhi orang lain, orang sanguin ternyata juga mudah dipengaruhi. Berbeda dengan orang koleris yang sangat suka memegang kendali atau menjadi pemimpin, orang sanguin cenderung menjadi pengikut. Mereka memiliki dorongan yang sangat besar agar semua orang menyukai mereka, sehingga mereka mau melakukan apa saja untuk menyenangkan hati orang lain.

Orang sanguin adalah orang yang pintar membuat kesan. Mereka biasanya mempunyai banyak sekali kawan dan mengenal banyak orang penting. Mereka sangat menyukai kehidupan sosial di mana mereka bisa bertemu dengan orang lain dan terlibat dalam pembicaraan. Orang sanguin juga mempunyai rasa humor yang tinggi. Hal ini membuat mereka disukai oleh setiap orang yang mereka ajak bicara. Ditambah lagi dengan antusiasme dan sikap yang ekspresif, mereka selalu menjadi bintang dalam setiap pertemuan.

Selain senang bersosialisasi, orang sanguin sangat suka menjadi pusat perhatian atau menjadi orang penting. Mereka sangat menyukai pujian dan perhatian. Mereka adalah orang yang mempunyai impian-impian besar serta sangat kreatif dalam merencanakan sesuatu. Namun, sayangnya, mereka hanya pintar bermimpi dan berencana tetapi kurang terdorong untuk mewujudkan impian dan rencananya. Di samping itu, orang sanguin sering tidak disiplin dan pelupa. Jumlah orang sanguin dalam masyarakat berkisar 25 % - 30 % dari total populasi.

Tipe Kepribadian Koleris

Orang koleris dikenal sebagai orang yang keras, tegas, dan sangat menuntut. Selain memiliki energi yang besar untuk melakukan hal-hal yang sulit, mereka juga memiliki dorongan dan keyakinan yang kuat akan kemampuan diri mereka. Mereka pantang menyerah. Tidak ada yang namanya “kegagalan” dalam kamus mereka. Bila mereka gagal, mereka akan terus mencoba dan mencoba lagi. Dan siapun yang mencoba menghalangi niatnya untuk mencapai tujuan akan dianggap sebagai musuhnya.

Orang koleris percaya bahwa mereka dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Dalam setiap kegiatan, orang koleris akan selalu tampil di depan dan menjadi pemimpin kelompok. Ini merupakan dorongan alamiah bagi seorang koleris. Mereka adalah orang yang suka dan sangat tertantang untuk melaksanakan suatu tugas besar. Mereka sangat suka mendapat peran sebagai pemimpin dan pemegang wewenang.

Selain memiliki energi yang besar, mereka juga berpikir dengan cepat. Mereka cepat dalam mengambil keputusan. Orang koleris tidak bisa diam. Mereka selalu saja mencari suatu pekerjaan, kegiatan, atau proyek untuk dikerjakan. Berdiam diri bagi mereka adalah suatu tindakan yang sangat menyia-nyiakan waktu dan sangat bodoh. Kekuatan ini membuat mereka mampu mengerjakan beberapa tugas sekaligus dengan hasil yang sama baiknya. Lingkungan yang penuh dengan keterlibatan dan tantangan akan menjadi lingkungan yang dapat mengasah kemampuan seorang koleris hingga tingkat yang optimal.

Mengenal dan Memahami Kepribadian

Selama ini kita mengenal orang dari kepribadian mereka. Ada orang yang mudah bersahabat, pendiam, keras, pemarah, pendendam, penyabar, santai, perfeksionis ( menuntut kesempurnaan ), penggembira, optimis, pesimis, dan masih banyak istilah lain yang menggambarkan diri seseorang. Kalau diamati sekilas, kelihatannya akan cukup sulit untuk bisa mempelajari dan memahami kepribadian seseorang. Dulu saya juga merasa seperti itu. Dulu saya selalu kagum dan takjub pada orang yang bisa “membaca” kepribadian orang lain.

Tapi, ternyata setelah melalui sedikit upaya dan bertanya ke sana-sini, belajar dari berbagai sumber, akhirnya kini saya mengerti bahwa kepribadian itu mempunyai suatu pola. Pola yang akan terlihat sangat sulit dimengerti bagi orang yang tidak mengerti cara membacanya, tetapi bagi mereka yang telah belajar dan mengerti cara membaca pola itu, mereka juga dapat “membaca” orang lain.

Setelah mempelajari beberapa teori mengenai kepribadian, akhirnya saya memutuskan untuk mendalami satu teori yang sudah cukup popular. Alasannya adalah karena teori ini lebih sederhana, mudah dimengerti oleh orang awam. Dan teori ini sudah saya buktikan sendiri dalam membantu perkembangan diri saya di bidang bisnis, kehidupan berkeluarga, dan yang lebih penting lagi adalah dalam mendidik anak.

INDIKATOR DAN BATAS MINIMAL PRESTASI BELAJAR



Oleh: Yuri Alamsyah, M.Pd.I
Latar Belakang Masalah
Secara psikologi semua orang selalu ingin mencapai cita-cita yang diinginkannya. Ia akan berusaha dengan sekuat tenaga demi keberhasilan tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bekerja secara optimal adalah motivasi, baik itu motivasi intrinsik ataupun motivasi ekstrinsik. Karena fungsi dari motivasi itu sendiri adalah sebagai pendorong seseorang untuk berbuat atau bertindak dan menentukan arah perbuatan kearah yang hendak dicapai. Jadi, dengan adanya motivasi, seseorang tergerak untuk melakukan segala tugas demi suatu tujuan atau cita-cita.
Di dalam setiap lembaga pendidikan, hal terpenting yang diinginkan adalah prestasi yang baik dari anak didik. Untuk mencapai prestasi yang baik, anak didik tersebut harus belajar. Sebagaimana pamaparan Muhibbin Syah, “Belajar adalah key ‘term’“ (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan”.
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan maksimal jika prestasi yang diinginkan tercapai dengan hasil yang memuaskan dan efisien (hemat waktu, biaya dan tenaga). Adapun salah satu cara untuk mengetahui hasil proses belajar tersebut adalah dari nilai yang diberikan oleh pendidik. Dengan nilai tersebut, maka anak didik akan merasa punya pegangan, pedoman dan hidup dalam kepastian bathin. Disamping itu, anak didik butuh mengetahui statusnya diantara teman-temannya. Misalnya, apakah ia tergolong anak pilihan, yang pandai, yang sedang dan sebagainya; juga kadang ia butuh membandingkan dirinya dengan teman-temannya demi kemajuannya di masa yang akan datang .

Senin, 29 Juli 2013

Memahami Karakteristik Peserta Didik SMP dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai perasaan dan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (pangan, sandang, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya sendiri sesuai dengan potensinya). Dalam tahap perkembangannya, peserta didik  SMP berada pada tahap periode  perkembangan Operasional formal (umur 11/12-18 tahun). Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis. Model berpikir ilmiah dengan tipehipotetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.


Sebagai upaya memahami mekanisme perkembangan intelektual, Piaget menggambarkan fungsi intelektual kedalam tiga persfektif, yaitu: (1) proses mendasar bagaimana terjadinya perkembangan kognitif (asimilasi, akomodasi, dan equilibirium); (2) cara bagaimana pembentukan pengetahuan; dan (3) tahap-tahap perkembangan intelektual. Berikut ini disajikan perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

Kedudukan Peserta Didik


A.      Menurut Samsul Nizar (2002) beberapa hakikat peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu :
1.   Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunia sendiri.
2.   Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi(perbedaan dalam tahap-tahap) perkembangan dan pertumbuhan.
3.   Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
4.   Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual.
5.   Peserta didik terdiri dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.
6.   Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
B.      Menurut Raka Joni menyatakan bahwa hakikat peserta didik didasarkan pada 4 hal yaitu:
1.      Peserta didik bertanggung jawab terhadap pendidikan sesuai dengan wawasan pendidikan seumur hidup.
2.      Memiliki potensi baik fisik maupun psikologi yang berbeda-beda sehingga masing-masing subjek didik merupakan insan yang unik.
3.      Memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi.
4.      Pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungan.

Sabtu, 13 April 2013

Pandangan Islam dan Barat Tentang Manusia sebagai Makhluk Pedagogik

A. Latar Belakang
Para ahli pendidikan baik Islam dan Barat umumnya sependapat bahwa manusia itu tersusun dengan kombinasi badan dan jiwa. Membimbing dan mengarahkan pertumbuhan badan dan perkembangan jiwa manusia terproses melalui pendidikan. Karena itulah manusia disebut sebagai homo educandum (makhluk yang dapat didik) dan homo education (makhluk pendidik). Dari paradigma ini, maka eksistensi manusia adalah sebagai makhluk pedagogik, yakni; sebuah makhluk Tuhan yang sejak diciptakannya telah membawa potensi untuk dapat didik dan dapat mendidik.
Para ahli pendidikan Islam dan Barat telah banyak menjelaskan tentang eksistensi manusia sebagai makhluk pedagogik, namun masalah tersebut masih tetap urgen dan signifikan untuk diperbincangkan.
B. Pandangan Islam
Dalam pandangan Islam eksistensi manusia sebagai makhluk pedagogik memungkinkan perkembangan fitrahnya sesuai dengan jalur dan atau lingkungan pendidikan yang dihadapinya. Jalur pendidikan yang dimaksud di sini adalah pendidikan formal di lingkungan sekolah; pendidikan non formal di lingkungan masyarakat; dan pendidikan informal di lingkungan rumah tangga. Ketiga jalur pendidikan ini, disebut dengan tripusat pendidikan.
Ketika fitrah tersebut “dipoles”, maka yang pertama dan paling utama menentukan adalah jalur pendidikan informal. Dikatakan demikian karena lingkungan rumah tangga merupakan tempat pertama seseorang mendapat pendidikan. Atau dengan kata lain, sejak pertama sang anak lahir di dunia ini, kedua orang tuanyalah yang paling awal memberikan pengaruh. Ini berarti bahwa pertumbuhan dan perkembangan fitrah dimulai dari pendidikan informal, di mana kedua orang tua bertindak sebagai pendidik secara dwitunggal. Hal ini berdasar pada hadis riwayat Abu Hurairah yakni:
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : كل مولد يولد على الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه او يمحسانه
Artinya:
"Dari Abi Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tualah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi’.

Minggu, 14 Oktober 2012

KEMANDIRIAN BELAJAR PAI

A.    Pengertian Kemandirian Belajar PAI
Pada dasarnya pengertian mandiri itu dapat ditinjau dari dua segi, yaitu pengertian secara etimologi (bahasa) dan pengertian secara terminologi (istilah).
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kata "mandiri" mempunyai arti keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain.
Sedangkan pengertian mandiri secara istilah diartikan oleh beberapa ahli antara lain : J.L.G.M. Drost S.J, menyatakan bahwa kemandirian adalah keadaan kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur (budi dan badan) dalam kesatuan pribadi. Dengan kata lain, manusia mandiri adalah pribadi dewasa yang sempurna.[1]
Enung Fatimah mendefinisikan mandiri (berdiri diatas kaki sendiri dengan kemampuan seseorang untuk tidak bergantung dengan orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.[2]
Menurut Zakiyah Daradjat, mandiri adalah : Kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya tanpa minta tolong kepada orang lain. Juga mengukur kemampuannya untuk mengarahkan kelakukannya tanpa tunduk kepada orang lain. Biasanya anak yang berdiri sendiri lebih mampu memikul tanggung jawab, dan pada umumnya mempunyai emosi yang stabil.[3]
Belajar secara umum diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkungannya.[4]
Menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid :
التعليم: هو تغيير فى ذهن المتعلم يطرأ على خبره سابقة فيحدث فيها تغييرا جديدا
"Belajar adalah proses perubahan dalam pemikiran siswa yang dihasilkan atas pengalaman terdahulu kemudian terjadi perubahan baru”.[5]

Kamis, 04 Oktober 2012

PENYAKIT JIWA DAN PENANGGULANGANNYA (DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN)

I. PENDAHULUAN
Semenjak adanya mahluk yang berfikir yaitu manusia, maka dia terus menerus berusaha menyingkap rahasia yang meliputi dirinya dan mencari tahu siapakah yang kuasa menciptakan alam ini, yang rumit susunannya, penuh dengan benda-benda yang menakjubkan.
Manusia mengamati segala peristiwa yang menyangkut isi alam dan didapatinya, bahwa selalu ada perubahan dan peredaran, selalu silih berganti dan berubah, tidak ada yang tetap dan kekal.[1] Melalui observasi, eksperimen dan perhitungan manusia mendapatkan bahwa dunia penuh dengan keteraturan. Didalamnya ada hubungan-hubungan yang pasti antara unsur-unsur dan fenomenanya yang diatur oleh hukum-hukum yang pasti dan kokoh. Eksistensi keteraturan yang sistematis tersebut begitu pasti sifatnya sehingga tidak ada satupun kejadian alam yang tidak terencana atau tidak ada kaitannya dengan fenomena lainnya.[2]
Al-Qur’an sebagai sumber dasar untuk mengetahui wawasan Islam atas dunia, berulang kali menyebutkan tanda-tanda Allah dan menuntut manusia untuk memikirkannya, dan melalui itu mengetahui sumber eksistensinya, yaitu Allah.[3]
Kitab suci al-Qur’an mengajak orang arif, orang yang berfikir, dan orang yang waspada untuk merenungkan secara mendalam dunia ini dan keajaiban-keajaiban dan bahkan untuk merenungkan peristiwa-peristiwa alamiah dan sebab-sebabnya agar dapat memperoleh pengetahuan tentang Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu, Yang Maha Arif, dan Pencipta Yang Maha Esa Pengasih. Ayat-ayat al-Qur’an sebagian dimaksudkan untuk menyadarkan manusia dan menarik perhatian manusia pada isu-isu yang muncul setelah eksistensi pencipta seperti tidak bersekutu. Pengetahuan dan kekuasaan tidak terbatas, kearifan hati, dan sifat-sifat lain, khususnya kekuasaan untuk membangkitkan kembali manusia dari kematiannya, kemudian memberi manusia kehidupan abadi dan selama kehidupan inilah manusia akan mendapat pahala atau hukuman selaras dengan kehidupan yang dijalaninya di bumi.
Manusia yang akrab berteman dengan fenomena alam semesta adalah manusia yang banyak mendapatkan kemudahan dan kenikmatan dari alam semesta itu sendiri. Pemahaman yang kontekstual, holistik, komprehensif tentang perilaku alam semesta menjadikan manusia semakin memahami makna kehidupan dengan berbagai aspeknya yang bersifat multidimensional.[4]

Senin, 01 Oktober 2012

PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK

Di dalam Al-Qur’an telah ada dasar-dasar pendidikan akhlak anak yang jelas mengenai pendidikan akhlak pada anak-anak yang terdapat di dalam surat Luqman :
1. Akhlak kepada Allah SWT terdapat Q..S. 31/Luqman : 13 :
وَاِذْقَالَ لُقْمنَ لاِبْنِه وَهُوَبَعِظُه يبُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ ط إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar. (Q.S. Luqman : 13)[1]
Berdasarkan ayat tersebut di atas mengisyaratkan bagaimana seharusnya para orang tua mendidik anaknya untuk mengesakan penciptanya dan memegang prinsip tauhid dengan tidak menyekutukan Tuhannya, kemudian anak-anak hendaklah diajarkan untuk mengerjakan shalat, sehingga terbentuk manusia yang senantiasa mengingat dan kontak dengan penciptanya, seperti disebutkan dalam Q.S. 31/Luqman : 17 :
يبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلى مَا اَصَابَكَ ط اِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman : 17)[2]
2. Akhlak Kepada Orang Tua
Dalam Q.S. 31/Luqman : 14
وَوَ صَّيْنَا اْلاِنْسنَ بِولِدَيْهِ. حَمَلَتْهُ اُمُّه وَهْنًا عَلى وَهْنٍ وَّفِصلُهُ فِى عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لىِ وَلِولِدَيْكَ ط اِلَىَّ الْمَصِيْرُ.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman : 14)[3]

INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

Hidup bersama antara manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk perhubungan, dan di dalam berbagai jenis situasi. Tanpa adanya proses interaksi di dalam hidup manusia, tidak mungkin mereka dapat hidup bersama.
1.     Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan).[1] Jadi interaksi adalah kegiatan timbal balik.
Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan.[2] Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare” yang berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama.[3]
Sardiman AM. mengatakan bahwa dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan komunikan dan komunikator biasanya menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Untuk menyampaikan pesan diperlukan saluran atau media. Jadi, di dalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu: komunikan, komunikator, pesan, dan saluran atau media.[4]
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi adalah suatu hal saling melakukan aksi dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya terdapat suatu hubungan antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal yang telah disadari dan disepakati sebagai milik bersama dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh individu (siswa), sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.[5]

MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1.     Motivasi Belajar
Motivasi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang erat kaitannya dengan perilaku manusia, oleh karena itu dalam melaksanakan aktivitas perlu disertai dengan motivasi.
a.       Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris “motivation” dan merupakan bentuk dari kata “motive” yang berarti “alasan atau yang menggerakkan”.[1]
Adapun secara terminologi, motivasi merupakan suatu tenaga, dorongan, alasan, kemauan dari dalam yang menyebabkan kita bertindak, di mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai.[2]
Clifford T. Morgan dalam buku Introduction to Psychology dikatakan, “Motivation is a general term, it refers to states within the organism, to behavior and to the goals toward which behavior is directed”.[3] Motivasi adalah istilah umum yang menunjukkan pada suatu keadaan, dalam suatu organisme untuk berbuat dan menuju suatu tujuan dimana suatu tingkah laku itu diarahkan.
Menurut Mc. Donald sebagaimana dikutip oleh Wasty Soemanto, bahwa motivasi adalah suatu perubahan tenaga dalam pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi dalam usaha mencapai tujuan.[4]
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat dirumuskan bahwa motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, di mana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan.[5]
Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli, di antaranya adalah:
Oemar Hamalik mendefinisikan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perolehan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.[6]

Sabtu, 12 Mei 2012

Psikologi dan Kepribadian Manusia dalam Al-Qur’an

Para psikolog memandang kepribadian sebagai struktur dan proses psikologis yang tetap, yang menyusun pengalaman-pengalaman individu serta membentuk berbagai tindakan dan respons individu terhadap lingkungan tempat hidup.[5] Dalam masa pertumbuhannya, kepribadian bersifat dinamis, berubah-ubah dikarenakan pengaruh lingkungan, pengalaman hidup, ataupun pendidikan. Kepribadian tidak terjadi secara serta merta, tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Dengan demikian, apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan kehidupan seseorang tersebut.[6]
Pergulatan Psikologis
Dalam kepribadian manusia terkandung sifat-sifat hewan dan sifat-sifat malaikat yang terkadang timbul pergulatan antara dua aspek kepribadian manusia tersebut. Adakalanya, manusia tertarik oleh kebutuhan dan syahwat tubuhnya, dan adakalanya ia tertarik oleh kebutuhan spiritualnya.
Al-Qur’an mengisyaratkan pergulatan psikologis yang dialami oleh manusia, yakni antara kecenderungan pada kesenangan-kesenangan jasmani dan kecenderungan pada godaan-godaan kehidupan duniawi. Jadi, sangat alamiah bahwa pembawaan manusia tersebut terkandung adanya pergulatan antara kebaikan dan keburukan, antara keutamaan dan kehinaan, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi pergulatan antara aspek material dan aspek spiritual pada manusia tersebut dibutuhkan solusi yang baik, yakni dengan menciptakan keselarasan di antara keduanya.