STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Minggu, 14 Agustus 2011

Al-Qur’an (sebuah refleksi)

Al-Qur’an, apabila dicermati secara seksama, ternyata semacam autobiografi Allah swt. Dikarenakan, di dalam Al-Qur’an berisi tentang apa, siapa, dan bagaimana Allah swt. yang demikian dominan diceritakan sebagai tokoh sentral. Peng-gambarannya demikian rinci, menyeluruh, utuh, dan tuntas. Sehingga tidak pelak lagi, bahwa Al-Qur’an semacam penjelmaan Allah swt. di dalam bentuk verbalistik, yaitu berdimensi tulisan, ilustrasi, dan suara. (Muh. jarot Sensa: 2005).
Al-Qur’an adalah media komunikasi. Komunikasi antara Allah dengan manusia. Melalui Al-Qur’an, Allah menjelaskan siapa diri-Nya, dan untuk apa manusia diciptakan di dunia. Dia ingin dikenal oleh semua makhluk-Nya. Sebagaimana hadis Qudsi mengatakan: ”Aku perbendaharaan tersembunyi. Aku cinta untuk dikenal, maka Aku mencipta dan dengan demikian Aku dikenal. (Abdul Hadi W.M.:1995, 22).
Manusia diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baiknya (fi> ah}sani taqwi>m). Semua ciptaan-Nya mengandung hikmah (ma> khalaqta haz\a ba>t}ila>). Kalau kita mengenal bahwa setiap produk manusia seperti handphone, motor, dan lain sebagainya, pasti dilengkapi dengan buku petunjuk. Begitu pun dengan manusia. Allah menciptakan manusia dilengkapi dengan buku petunjuk. Buku yang menjelaskan siapa itu manusia? dari apa manusia diciptakan? dan untuk apa diciptakanya manusia? Buku itu adalah Al-Qur’an. Tanpa Al-Qur’an, manusia akan tersesat di dunia ini, karena di dalam Al-Qur’an berisi petunjuk jalan kebenaran dan keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat.
Al-Qur’an adalah jamuan Tuhan. Rugilah orang yang tidak menghadiri jamuan-Nya, dan lebih rugi lagi yang hadir tetapi tidak menyantapnya…(hadis). Banyak manusia yang enggan untuk menghadiri jamuan Allah. Mereka lebih terbuai dan berlomba-lomba menghadiri jamuan manusia. Dan Tidak ada orang yang bisa menikmati jamuan Allah kecuali orang-orang yang mendapat hidayah untuk menikmati makna Al-Qur’an. Maka, tidak ada yang dapat menyentuh makna Al-Qur’an kecuali orang yang mendapat hidayah dari Allah (la> yamussuhu illal mut}ahharu>n).
Al-Qur’an memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas. Ayat-ayatnya selalu terbuka interpretasi baru; tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal. (Muhammad Arkoun). Ibaratnya, ketika kita membaca Al-Qur’an berulang kali, maka kita akan mendapat makna baru dari tiap bacaan demi bacaan, tak terasa membosankan. Al-Qur’an akan senantiasa memberikan makna baru bagi orang-orang yang ingin memahaminya. Pemahaman seorang teolog dengan dokter terhadap satu ayat yang sama, akan menimbulkan pemahaman yang berbeda. Inilah yang dinamakan tafsir maupun takwil atau dalam bahasa filsafatnya biasa disebut Hermeneutika. Dunia tafsir dan teks Al-Qur’an berbeda, mereka mempunyai dunia masing-masing. Dunia tafsir akan selalu berubah seiring perubahan zaman dan pemikiran sang penafsir, dunia teks akan selamanya terjaga (mahfuz}).
Al-Qur’an adalah kitab pendidikan terbesar sepanjang zaman. Allah sebagai guru, manusia sebagai peserta didik, alam sebagai tempat belajar, sedangkan Al-Qur’an sebagai kitab/kurikulum pembelajaran. Selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, Nabi Muhammad saw. dididik secara langsung oleh Allah swt. dengan Al-Qur’an yang turun secara tahap demi tahap melalui malaikat Jibril as. Hasil didikan Allah swt. adalah sosok Nabi Muhammad yang memilik 4 sifat mulia; s}idiq (berkata jujur dan benar), amanah (tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya), tablig (menyampaikan dakwah), fat}anah (cerdas).
Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad sepanjang masa. Sehingga dia diakui sebagai seorang rasul/nabi Allah. Untuk membuktikan kenabian Muhammad, Al-Qur’an menempuh langkah unik. Berbeda dengan kitab suci sebelumnya. Al-Qur’an menantang pembaca untuk menandinginya. Salah satunya dalam Surah al-Isra
[17]: 88
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/
 öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ
Terjemahannya: Katakanlah:"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
            Ulama membagi tantangan itu menjadi tiga tingkatan yang melunak. Pertama, Al-Qur’an menantang agar manusia membuat Al-Qur’an tandingan. Sebagaimana bunyi surah al-Isra>’ [17]: 88 di atas. Kedua, manusia di dorong untuk menghadirkan sepuluh surat saja kalau mereka merasa sulit menyusun sebuah Al-Qur’an.  Misalnya dalam Q.S. Hu>d [11]: 13-14.

÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ óO©9Î*sù (#qç7ŠÉftFó¡o öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌRé& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& šcqßJÎ=ó¡B ÇÊÍÈ

Terjemahan: Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad Telah membuat-buat Al-Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".(13) Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka Ketahuilah, Sesungguhnya Al-Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?(14)
Ketiga, ketika tantangan ini tidak dijawab, Al-Qur’an melunak menantang manusia, agar mengahadirkan bahkan satu surat saja. Contohnya dalam Surah al-Baqarah [2]: 23-24.
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷ƒu $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ bÎ*sù öN©9 (#qè=yèøÿs? `s9ur (#qè=yèøÿs? (#qà)¨?$$sù u$¨Z9$# ÓÉL©9$# $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÅsø9$#ur ( ôN£Ïãé& tûï̍Ïÿ»s3ù=Ï9 ÇËÍÈ
Terjemahan: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(23) Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya)-dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(24)
Ketidakmampuan manusia untuk menjawab tantangan Al-Qur’an ini disebut I’ja>z Al-Qur’a>n. (Yudian Wahyudi: 2007, 12).
Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad sepanjang masa. Al-Qur’an diturunkan di tengah-tengah masyarakat Arab (Mekah), sehingga Al-Qur’an berbahasa Arab. Tetapi Al-Qur’an bukanlah bahasa Arab, karena Al-Qur’an mengandung kemukjizatan dari tiap ayat-ayatnya. Dari zaman Musailamah al-Kadzab sampai sekarang, tak seorang pun yang mampu membuat kitab yang menyamai Al-Qur’an. Sehingga Al-Qur’an merupakan kitab suci terbesar sepanjang sejarah yang tidak pernah mengalami perubahan. Al-Qur’an diturunkan di bangsa Arab, tetapi Al-Qur’an bukanlah hanya untuk bangsa Arab, karena Al-Qur’an diturunkan sebagai rahmat seluruh alam.
Al-Qur’an tidak hanya kitab yang berisi ajaran, tetapi juga ilmu pengetahuan (sains), sejarah, moral, hukum, dan lain sebagainya. Sehingga Al-Qur’an merupakan kitab pendidikan yang utuh (holistic) dan menyeluruh yang senantiasa memberikan inspirasi bagi orang yang mempelajarinya, tidak memandang apakah dia beragama Islam, maupun non Islam. Ada anekdot mengatakan bahwa orang Barat maju karena mereka meninggalkan agamanya, sedangkan umat Islam mundur karena mereka meninggalkan Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Al-Qur’an adalah surat cinta yang dikirimkan Allah melalui malaikat Jibril untuk manusia. Ketika manusia merindukan Allah, dia bisa membaca Al-Qur’an. Orang yang membaca Al-Qur’an seakan-akan membaca surat cinta yang dikirimkan Allah sebagai kekasihnya (khali>l). Dari setiap ayat demi ayat yang dibacanya, seakan dia berkomunikasi langsung di altar Allah, terasa jiwa melayang, bernostalgia dengan sang kekasih, karena Allah-lah kekasih sejati yang selalu membimbing manusia ke jalan yang benar. Maka rengkuhlah Al-Qur’an, niscaya Pemilik Al-Qur’an akan merengkuhmu (Muh. Chirzin).
Al-Qur’an adalah kitab yang selalu terjaga. Firman Allah swt. inna> nazzalnaz\ z\ikra wa inna> lahu> lah}a>fiz}u>n. Kata Iqbal, manusia adalah co-creator with GOD. Manusia adalah Ajudan Allah dalam mencipta. Para hufad}  adalah ajudan Allah dalam menjaga Al-Qur’an, sehingga Al-Qur’an terhindar dari perubahan dari tangan orang yang tidak bertanggung jawab.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki nilai sastra yang tinggi dari segi bahasanya, sehingga Al-Qur’an merupakan kitab sastra terbesar. (M.Nur Kholis Setiawan). Dari tiap ayat-ayatnya, akan terpancar keindahan, keserasian, kemuliaan yang selalu menggetarkan hati bagi pembacanya. Para Qari’ dan Qari’ah tak pernah bosan melantunkan nada indah dari Al-Qur’an. Mereka terbuai oleh alunan Al-Qur’an, seakan mereka berkomunikasi langsung dengan Allah, Pemilik Kalam. Maka tak heran, banyak para pembaca Al-Qur’an, mereka menangis tersedu sedan ketika melantunkan Al-Qur’an yang mengisahkan tentang azab Allah bagi orang-orang Kafir. Dan banyak pula para pembaca Al-Qur’an, mereka tersenyum bahagia ketika membaca Al-Qur’an yang mengisahkan tentang nikmat Allah bagi orang-orang Muttaqin.
Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantara Al-Amin, Jibril as. yang tertulis dalam mushaf, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang dianggap sebagai ibadah membacanya, yang dimulai dengan surah al-Fa>tih}ah, dan ditutup dengan surah an-Na>s.
Al-Qur’an adalah Kala>mullah: Firman Allah, al-Kita>b: kitab atau buku, an-Nu>r: cahaya, al-Kari>m: mulia, al-Huda>: petunjuk, al-Furqa>n: pembeda, asy-Syifa>’: obat, az\-Z|ikra pengingat, Burha>n: penjelas, al-Baya>n: pemberi keterangan, al-‘ilmu: ilmu, al-Basyi>r: pembawa kabar gembira, an-Nad}i>r: pembawa kabar sedih, al-Maji>d: mulia, al-‘Aziz: Agung dan bijaksana.

Sumber Inspirasi:

Al-Qur’a>n Al-Kari>m
Abdul Hadi W.M., Hamzah Fansuri Risalah Tasawuf dan Puisi-puisinya,(Mizan, catakan pertama, 1995 atau Kuswaidii Syafi’I, Tarian Mabuk Allah, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003)
UII, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1991)
Muhammad Djarot Sensa, Komunikasi Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2005)
Muhammad Chirzin, Course Outline Mata Kuliah Studi Al-Qur’an: teori dan Metodologi .
M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005)



Edited at Friday, May 23, 2008
Zainal Arifin S.Pd.I.
The Paper of Ulum al-Qur’an
Prof. Dr. Muh. Chirzin, M.Ag.
Post Graduate UIN Sunan Kalijaga-Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar