STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Senin, 26 September 2011

KONSEP DASAR EVALUASI

BAB 9
KONSEP DASAR EVALUASI
9.1 Pengertian Evaluasi
Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”.
Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003 : 1) secara eksplisit mengemukakan bahwa antara evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun pada level yang luas.

Istilah pengukuran (measurement) mengandung arti “the act or process of ascertaining the extent or quantity of something” (Wand and Brown dalam Zainal Arifin, 1991). Hopkins dan Antes (1990) mengartikan pengukuran sebagai “suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri(atribute) tentang suatu objek, orang atau peristiwa”. Dengan demikian, evaluasi dan penilaian berkenaan dengan kualitas daripada sesuatu, sedangkan pengukuran berkenaan dengan kuantitas (yang menunjukkan angka-angka) daripada sesuatu. Oleh karena itu, dalam proses pengukuran diperlukan alat ukur yang standar, baik dalam tes maupun nontes.
Tes adalah alat atau cara yang sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku. Sebagai suatu alat ukur, maka di dalam tes terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik. Tes yang baik adalah tes yang memenuhi persyaratan validitas (ketepatan/kesahihan) dan reliabilitas(ketetapan/keajegan).
9.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
9.2.1 Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk:
  1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan,
  2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar, sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial teaching, dan
  3. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.
Depdiknas (2003: 6) mengemukakan tujuan evaluasi  pembelajaran adalah untuk
  1. Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar,
  2. Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru,
  3. Memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar,
  4. mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama   kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan
  5. Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
9.2.2 Fungsi evaluasi
Secara umum, fungsi evaluasi pembelajaran adalah:
  1. secara psikologis, peserta didik  perlu mengetahui prestasi belajarnya, Sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan,
  2. secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya,
  3. secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu  sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing,
  4. untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang
  5. untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya
  6. untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas
  7. 7. secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri.
Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu:
  1. Formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari
  2. Sumatif, yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, menentukan  angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan  perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar
  3. Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar,
  4. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar  untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya.
9.3 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Evaluasi
Prinsip-prinsip umum evaluasi adalah: kontinuitas, komprehensif, objektivitas, kooperatif, mendidik, akuntabilitas, dan praktis. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran hendaknya
  1. Dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi yang akan dievaluasi, alat evaluasi dan interpretasi hasil evaluasi
  2. Menjadi bagian integral dari proses pembelajaran
  3. Agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat (instrumen) dan sifatnya komprehensif
  4. Diikuti dengan tindak lanjut.
Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan, prinsip berorientasi kepada kompetensi dan kecakapan hidup, prinsip belajar aktif, prinsip koherensi, dan prinsip diskriminalitas.
9.4 Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang dikeluarkan oleh Departemen  Pendidikan Nasional, ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif penilaian berbasis kelas adalah:
9.4.1        Penilaian kompetensi dasar mata pelajaran
Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu.
9.4.2        Penilaian Kompetensi Rumpun Pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik  setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.
9.4.3        Penilaian Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat dan kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.
9.4.4        Penilaian Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang tertentu.
9.4.5        Penilaian Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar juga memberikan efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu dinilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara lain:
  1. Keterampilan diri (keterampilan personal): penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.
  2. Keterampilan berpikir rasional: berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis, terampil menyusun rencana dan memecahkan masalah secara sistematis. Keterampilan sosial: keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi; keterampilan mengelola konflik; keterampilan mempengaruhi orang lain.
  3. Keterampilan akademik: keterampilan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa proses maupun produk.
  4. Keterampilan vokasional: keterampilan menemukan algoritma, model, prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan melaksanakan prosedur; keterampilan mencipta produk dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.
9.5 Prosedur/Tahapan – Tahapan Evaluasi Media Pembelajaran
9.5.1        Evaluasi Satu lawan Satu
Evaluasi media tahap satu lawan satu atau yang disebut dengan istilah One to One Evaluation, dilaksanakan dengan memilih dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat.
Prosedur pelaksanaan evaluasi media tahap satu lawan satu ini adalah sebagai berikut:
  1. Jelaskan kepada siswa bahwa guru sedang merancang suatu media baru dan ingin mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap media yang dibuat tersebut.
  2. Sampaikan kepada mereka bahwa jika mereka melakukan kesalahan, hal tersebut bukanlah karena kekurangan mereka, tetapi kerena kekurangsempurnaan media tersebut, sehingga perlu diperbaiki.
  3. Usahakan agar mereka bersikap relaks dan bebas mengemukakan pendapatnya terhadap media tersebut.
  4. Berikan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang dimediakan.
  5. Sajikan media dan catat berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan/mempelajari media tersebut. Catat pula bagaimana reaksi sisa dan bagian – bagian yang sulit untuk dipahami, apakah contoh – contoh, penjelasan, pentunjuk – petunjuknya ataukah yang lainnya.
  6. Berikan tes yang mengukur keberhasilan media tersebut (Post Test), dan
  7. Analisis informasi yang terkumpul.
Secara sederhana, langkah evaluasi media “Satu Lawan Satu” dapat digambarkan sebagai berikut:














9.5.2        Evaluasi Kelompok Kecil
Siswa yang dipilih hendaknya mencerminkan karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa – siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki – laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang.
Prosedur yang perlu dilakukan adalah:
  1. Jelaskan bahwa media tersebut terdapat pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.
  2. Berikan test awal (Pretest) untuk mengkur pengetahuan dan kemampuan siswa tentang topic yang dimediakan.
  3. Sajikan media atau minta kepada siswa ntuk mempelajari media tersebut.
  4. Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik (langsung ataupun tidak langsung) selama penyajian media.
  5. Berikan tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan bias tercapai (Post Test).
  6. Bagikan kuesioner dan minta siswa untuk mengisinya. Beberapa pertanyaan yang perlu didiskusikan antara alain:
  7. Analisis data yang terkumpul.
Secara sederhana, langkah evaluasi media “Evaluasi Kelompok Kecil” dapat digambarkan sebagai berikut:













9.5.3        Evaluasi Lapangan
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
  1. Mula – mula pilih siswa yang benar – benar mewakili populasi target, kira – kira 30 siswa.
  2. Jelaskan kepada mereka uji lapangan tersebut dan apa yang diharapkan di akhir kegiatan tersebut.
  3. Berikab tes awal untuk mengukur sejauh mana kemampuan dan pengetahuan mereka terhadap topik yang dimediakan.
  4. Sajikan media tersebut kepad mereka.
  5. Catat semua respon yang muncul dari siswa selama penyajian media, jangan lupa catat pula waktunya.
  6. Berikan tes ntuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa setelah penyajian media selesai.
  7. Berikan kuesioner untuk mengetahui pendapat atau sikap mereka terhadap media dan penyajiannya itu.
  8. Ringkas dan analisis data – data yang diperoleh dengan kegiatan – kegiatan tadi. Yaitu kemampuan awal, skor tes awal dan tes akhir, waktu yang diperlukan, perbaikan bagian – bagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian dansebagainya.
  9. Atas dasar itu, media diperbaiki dan semakin disempurnakan.
Dengan demikian, dengan ketiga tahapan evaluasi tersebut, dapatlah dipastikan kebenaran evektivitas dan efisiensi media yang kita kembangkan.
Secara sederhana, langkah evaluasi media “Evaluasi Lapangan” dapat digambarkan sebagai berikut:

1 komentar:

  1. Trimakasih tulisannya sangat bermanfaat, tolong berikan contoh pada evaluasi media pembelajaran 1 lawan 1, evaluasi kelompok kecil dan evaluasi lapangan. Jadi contoh penevaluasiannya itu seperti apa ya pak??

    BalasHapus