STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Selasa, 11 Oktober 2011

Bagaimana Manusia Menurut Pandangan Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Para ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studinya masing-masing, tetapi sampai sekarang para ahli belum mencapai kata sepakat tentang manusia. Ini terbukti dari banyaknya penamaan manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Dalam hal ini agama Islam tidak menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang (animal) selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia Tuhan lainnya. Namu, kalau manusia tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya yakni pemikiran (rasio), kalbu, jiwa, raga, serta panca indera secara baik dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan
seperti yang dinyatakan Allah didalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179 yang berbunyi :


Artinya :
“Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Begitu menariknya pembahasan tentang mansuia itulah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang Manusia Menurut Pandangan Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Untuk lebih terarah pembuatan Karya Tulis ini, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
Bagaimanakah Manusia itu ?
Bagaimanakah Manusia Itu Menurut Agama Islam ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
Sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Diploma Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di STAI Kuala Kapuas
Untuk menambah wawasan pengetahuan dan memberi gambaran bagi guru dalam rangka mengoptimalkan kualitas guru khususnya untuk guru Madrasah Ibtidaiyah.
Ingin mengetahui pembahasan mengenai manusia menurut agama Islam.
D. Metode Penulisan
Didalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode, antara lain seperti :
1. Library Reseach atau Kepustakaan. Maksudnya bahwa dalam pembuatan atau penyusunan karya ilmiah ini berdasarkan kajian atau telaahan dari berbagai buku kepustakaan, terutama yang ada hubungan dengan judul yang penulis kemukakan, yang penulis kutip secara langusung ataupun tidak langsung.
2. Metode Komperatif, yaitu dengan cara membandingkan beberapa pendapat orang lain dan pengalaman penulis sendiri untuk dapat dijadikan satu kesimpulan-kesimpulan yang dipandang penting oleh penulis.
E. Sistematika Penulisan
Bab I, berisikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematikan Penulisan.
Bab II, berisikan Tinjauan Teori Manusia dan Agama yang menguraikan Pengertian Manusia, Pengertian Agama dan tentang Manusia dan Alam Semesta.
Bab III, berisikan Manusia Dalam Pandangan Islam yang menguraikan Asal Kejadian Manusia dan Manusia Menurut Agama Islam
Bab IV, yaitu Penutup yang berisikan Kesimpulan dan Saran-Saran.
BAB II
MANUSIA DAN AGAMA
A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Para ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studinya masing-masing, tetapi sampai sekarang para ahli belum mencapai kata sepakat tentang manusia. Ini terbukti dari banyaknya penamaan manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
B. Pengertian Agama Islam
Sebelum kita berbicara tentang ruang lingkup agama Islam, terlebih dahulu perlu kita fahami arti dari perkataan Islam itu sendiri. “Islam kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah) berasal dari kata selama artinya patuh atau menerima, berakar dari huruf Sin Lam Mim (S-L-M). Kata dasarnya adalah Salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari kata itu berbentuk kata masdar Salamat (yang dalam bahasa Indonesia menjadi Selamat). Dari akar kata itu juga terbentuk kata-kata Salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, penyerahan (diri). Dari uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa arti yang dikandung perkataan Islam adalah : Kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan dan kepatuhan. Dari perkataan selamat, salm tersebut timbul ungkapan Assalmualaikum yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia. Artinya (mengandung do’a dan harapan) semoga anda selamat, damai, sejahtera.”
Demikian analisis makna perkataan Islam. Inti sarinya adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendak Ilahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia, manfaatnya, bukanlah untuk Allah sendiri tetapi untuk kemaslahatan atau kebaikan manusia dan lingkungan hudupnya. Kehendak Allah telah disampaikan oleh malaikat Jibril (terakhir) kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya berupa wahyu yang kini dapat dibaca dan dikaji selengkapanya dalam Al-Qur’an. Rasul pun telah memberi penjelasan, petunjuk dengan contoh bagaimana memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan sunnah beliau.
Islam sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat di ibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ketempat yang dituju, tempat tertinggi dan mulia. Jalan raya itu lempeng dan lebar, kiri kananya berpagar Al-Qur’an dan Al Hadits. Pada jalan itu terdapat juga rambu-rambu, tanda-tanda (marka) serta jalur-jalur sebanyak aspek kehidupan. Siapa saja yang memasuki gerbang jalan raya itu karena baik karena keturunan maupun karena mengucpakan dua kalimat syahadat, wajib memperhatikan rambu, tanda-tanda dan berjalan dengan melalui jalur-jalur yang telah ada. Berfikir, bersikap dan berbuat sesuai dengan ajaran Islam, tidak menabrak pagar (Al-Qur’an dan Al-Hadits) itu apalagi keluar dari keduanya. Selama pemikiran, sikap dan pebuatan seorang muslim masih berada didalam batas kedua pagar itu, dalam pengertian tidak keluar dan tidak bertentangan dengan wahyu yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang terekam dalam kitab-kitab hadits (Sahih), selama itu pula pemikiran, sikap dan perbuiatan mereka dapat disebut sebagai Islami. Semua pemikiran (misalnya) adalah hasil karya, hasil penalaran manusia yang berbeda pengalaman, kemampuan dan ilmu pengetahuannya. Oleh karena itu, berbeda pula hasil penalaranya mengenai wahyu dan sunnah, baik mengenai akidah yang dijelaskan oleh ra’yu (akal pikiran) melalui tauhid, ilmu kalam dan ushuluddin atau sering juga disebut teologi, mengenai syari’Allah yang dipahami melalui ilmu fiqh, tentang akhlak yang dihayati melelui ilmu tasawuf dan ilmu akhlak (Ensiklopedi Islam Indonesia, serta aspek ajaran Islam yang lain.
Sebagai agama wahyu terakhir, agama Islam merupakan satu sitem akidah dan syari’Allah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai hubungan.
Menurut Wilfred Cantwell Smith, agama Islam adalah yang unik (unicum), lain dari yanglain. Dibawah judl The Special Case Of Islam, dalam buku sosiologi agamanya The Meaning and End Of Religion (W.C. Smith, 1964 : 74) Guru besar perbandingan agama The Institute Of Islamic Studies Universitas MeGill Montreal Canada itu membandingkan agama Islam dengan agama-agama yanglain, terutama dengan agama wahyu sebelumnya yakni agama Yahudi dan Nasrani. Menurut Wilfred Cantwell Smith, dibandingkan dengan agama lain, agama Islam adalah sui generis (sesuai dengan wataknya, mempunyai corak dan sifat sendiri dalam jenisnya), karena dalam banyak hal agama Islam berbeda dengan agama lain. Sebagai contoh (sederhana) beliau menunjuk pada :
Nama Agama
Berbeda dengan agama lain yang namanya dihubungkan dengan manusia yang mendirikan atau yang menyampaikan agama itu atau dengan tempat lahir agama bersangkutan seperti Budha (Budhism), agama Kristen (Chistianity), atau agama Yahudi (Judaism), nama agama yang disampaikan Nabi Muhammad SAW ini tidak dihubungkan dengan nama orang yang menyampaikan wahyu itu atau juga tempat agama itu mula-mula tumbuh dan berkembang, seperti agama tersebut diatas. Menurut Wilfred Cantwell Smith nama Islam yang diberikan kepada agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW itu adalah nama yang diberikan oleh Allah sendiri melalui Wahyu-Nya yang kini dapat dibaca dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 19, yang berbunyi :
¨bÎ) šúïÏe$!$# y‰YÏã «!$# ÞO»n=ó™M}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$# šúïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# žwÎ) .`ÏB ω÷èt/ $tB ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# $J‹øót/ óOßgoY÷t/ 3 `tBur öàÿõ3tƒ ÏM»tƒ$t«Î/ «!$#  cÎ*sù ©!$# ßìƒÎŽ|  É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ
Artinya :
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”.
Penamaan itu juga dapat kita jumpai dalam surat Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi :
3 tPöqu‹ø9$# }§Í³tƒ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB öNä3ÏZƒÏŠ Ÿxsù öNèdöqt±øƒrB Èböqt±÷z$#ur 4 tPöqu‹ø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3ø‹n=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊu‘ur ãNä3s9 zN»n=ó™M}$# $YYƒÏŠ
Artinya :
pada hari ini orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Nama pemeluk agama Islam
Penamaan orang yang memeluk agama Islam ini pun, menurut Wilfred Cantwell Smith terdapat dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar ayat 12 yang berbunyi :
ßNöÏBé&ur ÷bL{ tbqä.r& tA¨rr& tûüÏHÍ>ó¡ßJø9$# ÇÊËÈ
Artinya :
“Dan Aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri”.
C. Manusia dan Alam Semesta
Sesungguhnya dilihat dari sudut pandangan manusia, yang ada adalah Allah dan Alam semesta. Allah Pencipta, sedang alam yang Diciptakan. Alam adalag segala sesuatu yang ditangkap oleh panca indera, perasaan dan pikiran, kendatipun samar-samar. Mulai dari partikel atau zarrah yakni bagian benda yang sangat kecil dan berdimensi sampai kepada jasad (tubuh) yang besar-besar, dari yang inorganik sampai pada yang sangat kompleks (rumit, saling berhubungan) seperti manusia. Ruang dan Waktu adalah alam. Juga manusia termasuk atau bagian alam semesta.
Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam semesta telah diciptakan-Nya dengan tatanan kerja yang teratur, rapi dan serasi. Keteraturan, kerapian dan keserasian dalam hubungan alamiah antara bagian-bagian didalamnya dengan pola saling melengkapi dan mendukung.
Alam semesta diciptakan Allah dengan hukum-hukum yang berlaku baginya yang kemudian diserahkan-Nya kepada manusia untuk di kelola dan dimanfaatkan. Pengelola dan pemanfaatan alam semesta berserta semua isinya dipercayakan Allah kepada manusia yang merupakan bagian alam semesta itu sendiri. Manusia yang diberi “wewenang” mengelola dan memanfaatkan alam semesta diberi kedudukan “Istimewa” sebagai khalifah. Khalifah arti harfiahnya adalah pengganti atau wakil. Menurut ajaran Islam, manusia selain abdi diberi kedudukan sebagai khalifah mengelola dan memanfaatkan alam semesta terutama mengurus bumi. Agar dapat menjalankan kedudukannya itu manusia diberi bekal berupa potensi mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini. Ketika Adam sebagai manusia pertama yang diangkat menjadi khalifah dibumi, Allah mengajarkan kepadanya Ilmu Pengetahuan tentang “Nama-Nama (Benda)”. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 31 berbunyi :
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä ’n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ’ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJó™r’Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÌÊÈ
Artinya :
“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
Pengetahuan yang diajarkan Allah kepada Adam ini merupakan keunggulan kooperatif manusia dari makhluk-makhluk lainnya.
Dengan akal dan ilmu yang dikuasainya manusia akan mampu menjalankan kedudukannya sebagai khalifah mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini untuk kepentingan hidup dan kehidupan manusia serta makhluk lain dilingkungannya. Dan, untuk pelaksanan kedudukannya itu manusia akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Manusia akan ditanya apakah dalam menjalankan amanat yang dipercayakan kepadanya itu, ia mengikuti dan mematuhi pola dan garis-garis besar kebijaksanaannya yang diberikan kepadanya melalui para Nabi dan Rasul yang termuat dalam agama Islam.
BAB III
MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM
A. Asal Kejadian Manusia
Pada beberapa tempat didalam Al-Qur’an Tuhan menyebut dari apa manusia diciptakan, dari bahan apa manusia berasal. Didalam surat Al-An’am ayat 2 yang berbunyi :
uqèd “Ï%©!$# Nä3s)n=yz `ÏiB &ûüÏÛ ¢OèO #Ó|Ós% Wxy_r& ( ×@y_r&ur ‘‡K|¡•B ¼çny‰YÏã ( ¢OèO óOçFRr& tbrçŽtIôJs?
Artinya :
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang dia sendirilah mengetahuinya), Kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”
Pada ayat diatas Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah. Ditempat lain Allah menyebutkan bahwa ia menciptakan manusia dari lumpu (tanah) hitam yang diberi bentuk seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hijr : 26 yang berbunyi :
ô‰s)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*uHxq 5bqãZó¡¨B ÇËÏÈ
Artinya :
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”
Dalam Surah Ar-rahman ayat 14 Allah menyatakan bahwa Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.
šYn=y{ z`»|¡SM}$# `ÏB 9@»|Áù=|¹ Í‘$¤‚xÿø9$%x. ÇÊÍÈ
Artinya :
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”
Dari ungkapan Al-Qur’an itu jelas bahwa manusia berasal dari zat yang sama (tanah), dari jenis yang satu. Selain berasal dari tanah, Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayat-Nya bahwa manusia berasal dari air seperti yang dijelaskan pada Surat Al-Firqan ayat 54 :
uqèdur “Ï%©!$# t,n=y{ z`ÏB Ïä!$yJø9$# #ZŽ|³o0 ¼ã&s#yèyfsù $Y7|¡nS #\ôgϹur 3 tb%x.ur y7•/u‘ #\ƒÏ‰s% ÇÎÍÈ
Artinya :
“Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.”
Dalam ayat lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu adalah air hina (mani) yang terpancar dari (antara) tulang Sulbi (pinggang) dan tulang dada seperti dijelaskan dalam surah At-Tariq ayat 6-7 :
t,Î=äz `ÏB &ä!$¨B 9,Ïù#yŠ ÇÏÈ ßlãøƒs† .`ÏB Èû÷üt/ É=ù=Á9$# É=ͬ!#uŽ©I9$#ur ÇÐÈ
Artinya :
“Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”
Dari uraian diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa manusia berasal dari tanah dan air.
B. Manusia Menurut Agama Islam
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Para ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studinya masing-masing, tetapi sampai sekarang para ahli belum mencapai kata sepakat tentang manusia. Ini terbukti dari banyaknya penamaan manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Dalam hal ini agama Islam tidak menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang (animal) selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia Tuhan lainnya. Namu, kalau manusia tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya yakni pemikiran (rasio), kalbu, jiwa, raga, serta panca indera secara baik dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan seperti yang dinyatakan Allah didalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179 yang berbunyi :
ô‰s)s9ur $tRù&u‘sŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o„ !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9′ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd ‘@|Êr& 4 y7Í´¯»s9′ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÐÒÈ
Artinya :
“Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
Berbagai rumusan tentang manusia telah pula diberikan orang. Salah satu diantaranya berdasarkan studi Al-Qur’an dan Hadits, berbunyi (setelah disunting) sebagai berikut : Al-Insan (manusia) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman (kepada Allah), dengan mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas perbuatannya dan berakhlak. Bertitik tolak rumusan singkat itu, menurut ajaran Islam manusia dibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara lain ciri utamanya adalah :
Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an surat At-Tin ayat 4 :
ô‰s)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þ’Îû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ
Artinya :
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .”
Manusia memiliki potensi (daya kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah. Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 172
øŒÎ)ur x‹s{r& y7•/u‘ .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍ‘qßgàß öNåktJ­ƒÍh‘èŒ öNèdy‰pkô­r&ur #’n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4’n?t/ ¡ !$tRô‰Îgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x‹»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ
Artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)”,
Dengan pengakuan pada ayat diatas itu, sesungguhnya sejak awal, dari tempat asanya manusia telah mengakui Tuhan, telah bertuhan, berketuhanan. Pengakuan dari penyaksian bahwa Allah adalah Tuhan Ruh yang ditiupkan kedalam rahim wanita yang sedang mengandung manusia itu berarti manusia mengakui pula kekuasaan Allah.
Manusia diciptakan Allah untuk Mengabdi kepada-Nya. Tugas manusia untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya dalam Al-Qur’an Surat Az-Zariyat : 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ
Artinya :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui dua jalur, jalur khusus dan jalur umum. Pengabdian melalui jalur khusus dilaksanakan dengan melakukan ibadah khususnya yaitu segala upacara pengabdian langsung kepada Allah yang cara dan waktunya telah ditentukan oleh Allah sendiri sedang rinciannya dijelaskan dengan Rasul-Nya, seperti ibadah shalat, zakat saum dan haji. Pengabdian melalui jalur umum dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang disebut amal saleh yaitu segala perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat, dengan niat ikhlas untuk mencari kerhidaan Allah.
Disamping akal masnuai dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim, tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia dapat tidak percaya, tidak tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya (kafir). Karena itu, didalam surat Al-Kahfi ayat 29 yang berbunyi :
È@è%ur ‘,ysø9$# `ÏB óOä3În/§‘ ( `yJsù uä!$x© `ÏB÷sã‹ù=sù ÆtBur uä!$x© öàÿõ3u‹ù=sù
Artinya :
“Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”.
Dan juga dalam surat Al-Insan ayat 3 :
$¯RÎ) çm»uZ÷ƒy‰yd Ÿ@‹Î6¡¡9$# $¨BÎ) #[Ï.$x© $¨BÎ)ur #·‘qàÿx. ÇÌÈ
Artinya :
“Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
Memang, dengan kemauan atau kehendaknya yang bebas manusia dapat memilih jalan yang ditempuh. Namun, tentangpilihannya itu manuia wajib mempertanggung jawabkannya kelak diakhirat, pada hari perhitungan mengenai baik buruknya perbuatan manusia didunia ini
Secara individual manusia bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Ini dinyatakan Allah dalam firman-Nya yang kini dapat kita baca dalam surat At-Thur ayat 21 :
tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä öNåk÷Jyèt7¨?$#ur NåkçJ­ƒÍh‘èŒ ?`»yJƒÎ*Î/ $uZø)ptø:r& öNÍkÍ5 öNåktJ­ƒÍh‘èŒ !$tBur Nßg»oY÷Gs9r& ô`ÏiB OÎgÎ=uHxå `ÏiB &äóÓx« 4 ‘@ä. ¤›ÍöD$# $oÿÏ3 |=|¡x. ×ûüÏdu‘ ÇËÊÈ
Artinya : “Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan makhluk lain. Arinya, manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk.
Demikian uraian dari penulis mengenai manusia dalam pandangan Islam dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis berharap karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. amin
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan pada Bab terdahulu dapat disimpulkan bahwa :
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik.
Penamaan manusia, biasa disebut dengan nama homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Islam adalah : Kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan dan kepatuhan. Dari perkataan selamat, salm tersebut timbul ungkapan Assalmualaikum yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia. Artinya (mengandung do’a dan harapan) semoga anda selamat, damai, sejahtera.
Pengertian manusia menurut agama Islam adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman (kepada Allah), dengan mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas perbuatannya dan berakhlak.
Saran-Saran
Berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
Sebagai umat Islam yang mempunyai akal dan kehendak, hendaklah kita dpat memilih kehendak yang sesuai dengan ajaran Islam.
Manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Maka hendaklah kita menjaga dan merawat segala sesuatu yang ada dialam semesta ini
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz H. MR.Drs. 2001. Qur’an Hadits Untuk Madrasah Aliyah Kelas III. CV. Wicaksana. Semarang
Departemen Agama RI. 1991. Qur’an Hadits Untuk MTs Kelas III. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka. Jakarta.
Departemen Agama RI. 2002. Qur’an Hadits Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas II. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka. Jakarta.
H. Muhidin, SH. Drs (Dosen STAI Kuala Kapuas). 2005. Diktat Pengantar Studi Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam. Kuala Kapuas
Tufiq. Moh. Qur’n in Word Ver 1.0.0. mtaufiq@rocketmail com. Ym id : mtaufiq.rm
…………….., Al-Qur’an Digital Versi 2.1 (Website : http : / / www.al-quran-digital.com, E-mail : Info@al-quran-digital.com,2005)

1 komentar: