STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Sabtu, 28 Mei 2011

AYAT-AYAT MAKKIYAH WAL MADANIYAH

BAB I 
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah

Usaha untuk menafsirkan al-qur’an secara benar, tidak terlepas dari keharusan untuk mengetahui tentang kapan ayat al-qur’an itu diturunkan, dimana dan kepada siapa ayat itu ditujukan, serta kondisi apa yang melatar belakangi turunnya ayat itu. Pengetahuan tentang hal itu akan dijelaskan secara rinci dalam ilmu Makki Wal Madani.
Oleh karena itu ilmu Makki wal Madani tidak dapat dipisahkan dari rangkaian ilmu-ilmu dalam disiplin ulumul qur’an. Ilmu ini menjelaskan tentang pengertian Makki dan Madani, cara-cara mengetahui Makki dan Madani, tanda-tandanya, macam-macamnya, serta faedah mengetahuinya.
Serta umum memang telah diketahui bahwa al-qur’an bahwa ayat-ayat al-qur’an itu terbagi dalam dua kelompok, yakni Makkiyah dan Madaniyah, namun bagaimana kriteria masing-masing kelompok itu, perlu dijelaskan secara rinci dan mendalam, untuk keperluan itu, untuk itu akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan Makki dan Madani. 

B. Rumusan Masalah 

1. Apa pengertian surat Makki wal Madani?
2. Apa saja yang termasuk ciri has ayat Makkiyah wal Madaniyah?
3. Bagaimana cara mengetahui surat Makkiyah dan Madaniyah?
4. Terbagi berapakah ayat-ayat dan surat-surat al-qur’an?
5. Apa kegunaan mempelajari surat Makkiyah wal Madaniyah?

C. Tujuan Penelitian 

1. Untuk mengetahui arti atau difinisi surat Makki wal Madani!
2. Untuk mengetahui ciri-ciri has surat Makkiyah wal Madani!
3. Untuk mengetahui apakah surat itu Makki ataukah Madani!
4. Untuk mengetahui pembagian surat-surat dan ayat dalam al-qur’an!
5. Untuk mengetahui kegunaan mempelajari surat Makki wal Madani!


BAB II
PEMBAHASAN 


A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah

Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi Makkiyah dan Madaniyah. Keempat perspektif itu adalah : Masa turun (zaman an-nuzul), tempat (makan an-nuzul), objek pembicaraan (mukhathab) dan tema pembicaraan (maudu).

Artinya :
“Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatupun bukan turun di Makkah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendati bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setetlah peristiwa hijrah di sebut Madaniyah walaupun turun di Makkah atau Arafah”
Dari perspektif tempat turun, mereka mendefinisikan kedua termologi di atas sebagai berikut :

Artinya :
“Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah dan Hudabiyah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan Sekitarnya, seperti Uhud, Quba, dan Sul’a”
Dari perpektif objek pembicaraan, mereka mendifinikan kedua termologi di atas sebagai berikut:

Artinya :
“Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah, sedangkah Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah”
Adapun pendefinisian Makkiyah dan Madaniyah dari perspektif tema pembicaraan akan disinggung lebih terinci dalam uraian karakteristik kedua klasifikasi tersebut.

B. Ciri-ciri Khas Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah

a. Tanda-tanda surah Makkiyah
Sesuatu surah/ayat adalah Makkiah, kalau/ayat itu mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
1. Dimulai dengan nida’ “ya ayyuhan nasu” dan sejenisnya
Contoh :

Semebahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa.
2. Didalamnya terdapat lafadh: “kalla”

“……. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah yang diucapkannya saja…….”
3. Didalamnya terdapat ayat-ayat sajdah, ada 15 ayat sajdah, (sunnat bersujud tilwah) antara lain :

“….. dan mereka bertasbih memujinya dan hanya kepadanyalah mereka bersujud”
4. Pada permulaannya teradapat huruf-huruf tahajji (huruf terpotong-potong), seperti huruf :
S. Shaad, S. as-Syura, S. as-Syua’ra, A. al-A’raf dan s. al-Ankabut.
5. Didalamnya terdapat cerita-cerita para Nabi dan Umat-umat terdahulu, selain surah al-Baqarah dan al-Maidah. Contohnya, antara lain seperti surah : Tunus, Yusuf, Huth, Ibrahim, al-Kahfi, Maryam. Thaha dan sebagainya.
6. Didalamnya berisi cerita-cerita terhadap kemusrikan dan penyembuhan-penyembuhan kepada selain Allah SWT.
7. Didalamnya berisi keterangan-keterangan adat kebiasaan orang-orang kafis dan orang musrik yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuan dan lain sebagainya.
8. Didalamnya berisi penjelasan dengan bukti-bukti argumentasi dari alam ciptaan Allah SWT. Yang apat menyadarkan orang-orang kafir untuk untuk beriman kepada Allah SWT dan percaya kepada Rasul dan Kitab-kitab suci, hari kiamat dan sebagainya.
9. Berisi sejarah perinsip-perinsip akhlak yang mulia dan pranata sosial yang tinggi, yang dijelaskan dengan sangat mengagumkan sehingga menyebabkan orang benci kepada kekafiran, kemusrikan, kefasikan, kekerasan, taat setia, kasih sayang, ikhlas, hormat, rendah hati dan sebagainya.
10. Berisi nasehat-nasehat petunjuk dan ibarah-ibarat dari balik yang dapat menyadarkan bahwa kekafiran, kedurhakaan, dan pembangkangan umat itu hanya mengakibatkan kehancuran dan kesengsaraan saja.
11. Kebanyakan surat/ayat-ayatnya pendek-pendek, karena menggunakan bentuk ijaz (singkat padat). Bentuk tersebut ditujukan kepada orang-orang Quraisy Mekkah yang umumnya pakar bahasa Arab.
b. Madaniyah
a. Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, keutamaan jihadm kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintah menangani perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’.
b. Mengkhitabi Ahli Kitab Yahudi dan Nashrani dan mengajaknya masuk Islam, juga menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran.
c. Mengungkapkan langkah-langkah orang-orang munafik.
d. Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan terang dan menggunakan ushlub yang terang pula.
e. Didalamnya berisi hukum-hukum daraidl, seperti dalam surah: al-Baqarah, an-Nisa’, al-Maidah.
f. Berisi izin jihad fi sabilillah dan hukum-hukumnya, seperti talak, ataupun mengenai hadlonah, seperti dalam surah : al-Baqarah, al-Anfal, at-Taubah dan al-Hajj.
g. Berisi hukum-hukum Munakahat. Baik mengenai nikah, talak atau mengenai hadlonah, seperti, seperti dalam surah : al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa’, Al-Maidah, an-Nur, al-Mumtahanh, at-Thalak dan sebagainya.
h. Berisi hukum-hukum kemasyarakat, kenegaraan, seperti masalah permusyawaratan, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan pergaulan dan sebagainya seperti dalam surah : al-Baqarah, Ali Imran, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hjarat dan sebagainya.
i. Berisi da’wah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani serta penjelasan-penjelasan akidah mereka yang menyimpang, seperti dalam surah : al-Baqarah, Ali Imran, al-Fath, al-Hajt, al-Hjarat dan sebagainya.
j. Berisi ayat-ayat nida’ yang ditujukan kepada penduduk Madinah yang Islam dan Khithab (perintah) : “Ya Ayyuhal ladzini amanu” yang dalam al-Qur’an ada 219 ayat. Atau 219/6236 x 100% = 3,51%
k. Kebanyakan surah/ayat-ayatnya panjang-panjang sebab ditujukan kepada penduduk Madinah yang Islam yang orang-orangnya banyak yang kurang terpelajar, sehingga perlu dengan ungkapan yang luas agar jelas.

C. Cara-cara Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah

Dalam menetapakan mana ayat-ayat al-Qur’an yang termasuk kategori Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana Muslim berpegangan teguh pada dua perangkat pendekatan.
1. Pendekatan Transmisi (Periwayatan)
Dengan perangkat pendekatan tranmisi, para sarjana muslim merujuk kepada riwayat-riwayat valid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu. Atau para generasi tabiin yang saling berjumpa dan mendengarkan langsung dari para sahabat tentang aspek-aspek yang berkatan dengan proses kewahyuan al-Qur’an, termasuk di dalamnya adalah informasi di dalamnya adalah informasi kronologis al-Qur’an.
“Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah banyak bisa dilcak pada otoritas sahabat dan tabiin saja.” Informasi itu tidak ada yang datang dari Rasulullah karena memang ilmunya tentang itu bukan merupakan kewajiban umat“
Seperti halnya hadits-hadits Nabi telah terekam dalam kodifikasi-kodifikasi kitab hadits, para sarjana muslim pun telah merekam informasi dari para sahabat dan tabiin tentang Makkiyah dan Madaniyah dalam kitab-kitab tafsir bi al-matsur, tulisan-tulisan tentang asbab an-nuzul, pembahasan-pembahasan ilmu-ilmu al-qur’an dan jenis-jenis tulisan lainnya.
Otoritas para sabahat dan para tabiin dalam mengetahui informasi kronologi al-qur’an dapat dilihat dari stateman-statemennya. Dalam salah satu riwayah al-Bukhari, Ibn Mas’ud berkata :

Artinya :
“Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, tidak ada salah satu pun dari kitab Allah yang turun, kecuali aku tahu untuk siapa dan di mana diturunkan, seandainya aku tahu tempat orang yang lebih paham darku tentang kitab Allah pasti aku akan menjumpainya.”
Dalam riwayat lain disebut bahwa Ibn Abbas berkata, ketika ditanya oleh Ubai bin Ka’ab mengenai ayat yang diturunkan di Madinah, “Terdapat dua puluh surat yang diturunkan di Madinah, sedangkan jumlah surat sisanya di Mekkah” As-Suyuthi menyediakan beberapa lembar dalam kitab al-‘itqan-nya untuk merekam riwayat-riwayat dari sahabat dan tabiin mengenai perangkat periwayatan dalam mengetahui kronologis al-Qur’an.
2. Pendekatan Analogi (Qiyas)
Ketika melakukan kategorisasi Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana muslim penganut pendekatan analogi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian, bila dalam surat Makkiyah terdapat sebuah ayat yang memiliki ciri-ciri khusus Madaniyyah, ayat ini termasuk kategori ayat Madaniyah. Tentu saja, para ulama telah menetapkan tema-tema sentral yang ditetapkan pula sebagai ciri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi itu. Misalnya mereka menetapkan tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai ciri khusus Makkiyyah; Tema faraid dan ketentuan had sebagai ciri khusus Madaniyyah.

D. Klasifikasi Ayat-ayat dan Surat-surat al-Qur’an

Pada umumnya para ulama membagi macam-macam surah al-Qur’an menjadi dua kelompok yaitu : surah-surah Makkiyah dan Madaniyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan, bahwa jumlah surah Makkiyah ada 94 surah, sedangkan surah Madaniyah ada 20 surah. Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa jumlah surah Makkiyah ada 84 surah, dan yang Madaniyah 30.
Dr. Abdullah Syahhatah dalam bukunya al-Qur’an Wat Tafsier mengetakan surah-surah yang disepakati para ulama surah Makkiyah ada 82 surah, dan surah Madaniyah ada 20 surah Madaniyah. Dan ada sebagian surah lain yang tergolong Makkiyah atau Madaniyah. Tetapi di dalam berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Karena itu, dari segi Makkiyah dan Madaniyah ini maka surah-surah al-Qur’an sebagai empat macam yaitu : 13
a. Surah-surah Makkiyah murni
Yaitu surah-surah Makkiyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Makkiyah semua, tidak ada satupun yang Madaniyah, surah-surah yang berstatus murni ini seluruhnya ada 58 surah yang berisi 2074 ayat. Contohnya seperti surah-surah al-Fatehah, Yunus, ar-Rahdu, al-Anbiya’, al-Muykminun, an-Namisat, al-Fatir, surah-surah yang pendek-penduk pada jus 30 kecuali surah an-Nashr.
b. Surah-surah Madaniyah murni
Yaitu surah-surah Madaniyah yang seluruh ayat-ayatnya pun Madaniyah semua. Tidak ada satu ayatpun yang Makkiyah. Surah-surah yang berstatus Madaniyah murni ini seluruhnya da 18 surah yang terdiri dari 737 ayat. Seperti surah-surah al-Imran, an-Nisa’, an-Nur, al-Ahzab, al-Hujarat, al-Muntahanah, az-Zalzalah dan sebagainya.
c. Surah-surah Makkiyah yang berisi ayat Makkiyah
Yaitu surah-surah yang sebetulnya kebanyakannya ayatnya adalah Makkiyah, segingga berstatus Makkiyah, tetapi didalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyah, surah-surah yang demikian ini dalam al-Qur’an ada 32 surah yang terdiri dari 2.699 ayat. Contohnya, antara lain seperti surah : al-An’am, al-A’raf, al-Waqiah, Hud, Yusuf, Ibrahim dan sebagainya.
d. Surah-surah Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah.
Yaitu surah-surah yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyah, surah-surah yang demikian ini, dalam al-Qur’an Madaniyah, surah-surah yang demikian ini, dalam al-Qur’an hanya ada 6 surah yang terdiri dari 726 ayat, yaitu surah-surah : al-Baqarah, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hajj dan surah Muhammad dan surah al-Qital.
Jadi dari beberapa uraian di atas diketahui bahwa dalam al-Qur’an terdapat : 114 surah dan 6236 ayat 7.

E. Kegunaan Mempelajarinya

Kegunaannya antara lain :
1. Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat-ayat yang turun belakangan dari kitab suci al-Qur’an.
2. Mudah diketahui mana ayat-ayat al-Qur’an yang hukum bacaannya telah dinazakh (dihapus dan diganti), dan mana ayat-ayat yang menaskhkannya, khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan dari yang satu dengan yang lain. Dalam hal seperti itulah harus dicari mana ayat yang turun lebih dulu, yaitu mana yang Makkiyah, sehingga kemungkinan ayat itulah yang telah dihapus dan diganti hukum atau bacaannya oleh ayat yang turun kemudian atau yang Madaniyah sebagai nasikh atau penghapus/penggantinya.
3. Mengetahui dan mengerti sejarah pensyari’atan hukum-hukum Islam (Tarikhut Tasysyrie’) yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan.
4. Mentehaui Hikmah disyariatkannya sesuatu hukum (hikmatut tasrie’). Sebab dengan ilmu Makki dan Madani dapat diketahui tarikh Tasyrie’ yang dalam mensyariatkan hukum-hukum Islam itu secara bertahap, sehingga dapat pula diketahui mengapa sesuatu hukum itu disyariatkan hukum-hukum Islam itu secara demikian. Seperti diharamkannya minuman keras, yang penetapan hukumnya itu secara bertahap. Mula-mula hanya diterangkan ada bahayanya yang lebih besar dari pada manfaatnya, dilarang menjelang shalat, kemudian secara tegas diharamkan dan dilarangnya.
5. Dengan mengetahui ilmu Makki wal Madani yang dapat mengetahui himatut Tasyrie’ itu, akan bisa menambah kepercayaan orang terhadap kewahyuan al-Qur’an, karena melihat kebijaksanaannya dalam menetapkan hukum-hukum ajarannya seacra bertahap sehingga mudah dimengertu dihayati dan diamalkan orang.
6. Meningkatkan keyakinan orang terhadap kesucian, kemurnian dan keaslian al-Qur’an, melihat hukum-hukum ajarannya ataupun bentuk tulisannya dan kata-kata serta kalimatnya masih tetap orisinil, tidak berkurang atau bertambah satu huruh atau ketentuan satu huruf pun. Dengan demikian betul-betul merupakan realisasi dari jaminan Allah SWT sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya kami pulalah yang memeliharanya” 20).
7. Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap da’wah Islamiyah, Tahap-tahap da’wah Islamiyah yang diterangkan dalam ayat-ayat Makkiyah adalah berbeda dengan isi dan ajaran dari ayat-ayat Madaniyah, seperti yang telah diterangkan dalam tanda-tanda surah Makkiyah dan Madaniyah di atas.
8. Mengetahui perbedaan uslub-uslub (bentuk bahasa) al-Qur’an yang dalam surah-surah Makkiyah berbeda dengan yang dalam surah-surah madaniyah.sebab dalam surah-rusah Makkiyah yang ditujukan kepada orang-orang kafir Quraiys, yang banyak pakar ahli bahasa Arabnya memakai uslub singkat padat sedang dalam surah-surah Madaniyah yang ditujukan kepada penduduk Madaniyah yang heteroen, yang banyak orang-orang asing belum mengenal Bahasa Arab, menggunakan ungkapan panjang lebar agar mudah diserap mereka.
9. Dengan mengetahui ilmu Makki dan Madani situasi dan kondisi masyarakat kota Makkah dan Madinah dapat diketahui, khususnya pada waktu turunya ayat-ayat al-Qur’an. Sedangkan dalam pembahasan lain juga dikutib tentang faedah-faedah mempelajari surat Makkiyah dan Madaniyah di antara yang berpendapat Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin beliauy mengemukakan bahwa ada 4 faedah dalam mempelajari surah Makkiyah dan Madaniyah yaitu :
a. Nampak jelas sastra al-Qur’an pada puncak keindahannya, yaitu ketika setiap kaum diajak berdialog yang sesuai dengan keadaan objek yang didakwahi ; dari ketegasan, kelugasan, kelunakan dan kemudahan.
b. Nampak jelas puncak tertinggi hari hikmah pensyariatan diturunkannya secara berangsung-angsur sesuai dengan prioritas terpenting kondisi obyek yang di dakwahi serta kesiapan mereka dalam menerima dan taat.
c. Pendidikan dan pengajaran bagi para mubaligh serta pengarahan mereka untuk mengikuti kandungan dan konteks al-Qur’an dalam berdakwah, yaitu dengan mendahulukan yang terpenting di antara yang penting serta menggunakan ketegasan dan kelunakan pada tempatnya masing-masing.
d. Membedakan antara nasikh dan mansukh ketika terdapat dua buah ayat Makkiyah dan Madaniyah, maka lengkaplah syarat-syarat nasakh karena ayat Madaniyah adalah sebagai nasikh (penghapus) ayat Makkiyah disebabkan ayat Madaniyah turun setelah ayat Makkiyah.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 

Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata Makki dan Madani tidak hanya dibedakan oleh tempat turunya, tetapi juga dibedakan oleh isi, uslub dan lafadz yang digunakan. Selain itu, tidak seluruh surat masuk dalam kelompok Makkiyah atau Madaniyah, tetapi ada beberapa perincian lebih lanjut sesuai dengan kondisi ayat-ayat dan kejadian yang mengiri turunya ayat tersebut.
Oleh karena itu mengetahuyi Makki dan Madani merupakan suatu hal yang penting, baik dalam penafsirah dalam al-Qur’an pelaksanaan dakwah Islam maupun perjalanan sejarah pesyaratan hukum-hukum Islam.

B. Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan Makkiyah dan Madaniyah pasti tidak terlepas dari esahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan Makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing mata kuliah ilmu ulumul qur’an, oleh karena itu penulis makalah ini mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar