Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi.
Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut:
- Landasan Filosofis
- Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
- Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
- Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
- Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
- Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
- Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
- Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
- Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
- Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
- Landasan Psikologis
- Motif dan Motivasi
- Pembawaan dan Lingkungan
- Perkembangan Individu
-
- Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu
- Teori dari Freud tentang dorongan seksual
- Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial
- Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif
- teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral
- teori dari Zunker tentang perkembangan karier
- Teori dari Buhler tentang perkembangan social
- Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.
- Belajar
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya:
-
- Teori Belajar Behaviorisme
- Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi
- Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
- Kepribadian
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup:
-
- Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
- Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
- Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
- Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
- Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
- Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
- Landasan Sosial-Budaya
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu:
- perbedaan bahasa
- komunikasi non-verbal
- stereotype
- kecenderungan menilai
- ecemasan.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
- Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.
Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, Prayitno (2003) memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan landasan paedagogis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
- Landasan Paedagogis
- pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan
- pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling
- pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.
- Landasan Religius
- manusia sebagai makhluk Tuhan
- sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
- upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah.
- Landasan Yuridis-Formal
- Urgensi Bimbingan Dan Konseling
- 1. Pentingnya Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
Suasana belajar merupakan ciri yang amat membedakannya dengan taman kanak-kanak yang lebih pada bermain dibanding kegiatan intelektualnya. Dalam kelas, anak Sekolah Dasar dituntut prestasinya menguasai kurikulum sekolah untuk mencapai angka nilai baik yang menunjang untuk naik kelas. Ringkasnya ada kegiatan mempelajari ilmu dari kurikulum, ada ujian penguasaan, pencapaian prestasi dan promosi atau non promosi.
Pada lain pihak, anak sekolah dasar umumnya berada dalam rentang usia 6 samapai 12 atau 13 tahun dengan sifat-sifat umum dan variasi keunikannya. Disamping kesamaan umum dalam sifat-sifat usia ini, terdapat perbedaan yang menonjol dalam tempo dan irama perkembangan masingmasing anak. Terdapat perbedaan kecepatan antara anak-anak pria dibandingkan dengan anak-anak wanita. Demikian pula, dilihat dari segi pengalaman pendidikan, terdapat dua kelompok anak: anak-anak yang pernah melalui taman kanak-kanak dan anak yang langsung memasuki sekolah dasar.
Dalam melaksanakan bimbingan sekolah dasar dip ertimbangkan segisegi tuntutan eksternal dari lembaga dan segi keadaan anak dalam usia ini, sehingga bimbingan sekolah dasar berperan dalam menunjang pencapaian tuntutan-tuntutan kelembagaan tadi.
- 2. Pandangan Dasar Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
-
- Bimbingan terbatas pada pengajaran yang baik (Instructional guidance)
- Bimbingan hanya diberikan kepada siswa yang menunjukkan gejalagejala penyimpangan dari laju perkembangan yang normal
- Pelayanan bimbingan tersedia untuk semua murid, supaya proses perkembangan berjalan lebih lancar.
- 3. Syarat-syarat Pokok Bimbingan Sekolah Dasar
-
- Pada anak-anak usia ini fleksibel dan masalah-masalah yang mereka hadapi belum sempat berurat-berakar atau tertanam dalam
- Para orang tua umumnya bekerjasama lebih aktif dengan sekolah
- Panjang waktu yang tersedia untuk lebih mensukseskan perkembangan murid, khususnya murid lebih leluasa dibantu memahami dirinya sendiri dan untuk memperoleh pendekatan-pedekatan yang tepat-guna kearah pemecahan masalah- masalahnya.
- Adanya kesediaan guru kelas untuk berperan ganda sebagai pengajar dan pembimbing.
- Adanya kegiatan kontinyu guru kelas dalam pengumpulan data murid, hal yang dapat lebih menunjangnya memperdalam pemahaman menge nai individu masing- masing muridnya.
- Adanya kesediaan dan kreativitas guru kelas dalam menyajikan lingkungan yang kaya bagi usaha-usaha belajar dan berpengalaman murid- murid. Adanya kesediaan guru kelas mencurahkan perhatian terhadap muridmurid tertentu secara individual disamping perhatian terhadap kelompok murid.
- Adanya keseimbangan sikap guru diantara kutub obyektif yaitu usaha pengembangan intelektual anak menurut tuntutan kurikulum, penanaman tanggung jawab dan disiplin, dengan kutub subyektif yaitu perhatian terhadap anak sebagai individu dengan kelengkapan psikologisnya-perasaan, sikap, minat, kecenderungan, perhatian, dan sebagainya. Adanya pengaturan jarak psikoligis antara guru kelas dengan siswa, tidak terlalu jauh atau renggang dan tidak terlalu dekat atau akrab
- Adanya kesediaan guru kelas untuk mengadakan kunjungan rumah (home visit) dalam rangka layanan-layanan bimbingan dan mempererat hubungan guru dengan orang tua murid bagi kepentingan bimbingan.
- Adanya fleksibilitas guru kelas dalam pergaulan sekitar, terutama yang erat kaitannya dengan pengenalan kondisi jabatan pekerjaan anak. Jadi, dapat disarikan bahwa bimbingan pada sekolah dasar pada hakekatnya adalah proses membantu perkembangan intelektual anak sehingga ia dapat mencapai kemajuan belajar optimal, khususnya dalam kelas, dan mengadakanpenyesuaian-penyesuaian maksimal dalam kehidupan sekolah sebagai dasar untuk kelanjutan studi ataupun terjun dalam kehidupan masyarakat.
- 4. Efektifitas Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
-
- Program bimbingan itu hendaknya dikembangkan secara berangsurangsur atau tahap demi tahap dengan melibatkan semua staf sekolah dalam perencanaannya.
- Program bimbingan itu harus memiliki tujuan yang ideal dan realistis dalam perencanaannya
- Program bimbingan itu hendaknya mencerminkan komunikasi yang kontinyu antara semua staf sekolah yang bersangkutan
- Program bimbingan itu hendaknya menyediakan atau memiliki fasilitas yang diperlukan
- Program bibingan hendaknya disusun sesuai dengan program pendidikan dan pengajaran di seklah yang bersangkutan
- Program bimbingan hendaknya memberikan pelayanan kepada semua peserta didik
- Program bimbingan hendaknya menunjukkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat
- Program bimbingan hendaknya memberikan kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri
- Program bimbingan hendaknya menjamin keseimbangan pelayanan bimbingan dalam hal:
- Pelayanan kelompok dan individual
- Pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas bimbingan
- Studi individual dan konseling individual
- Penggunaan alat pengukur atau teknik alat pengumpul data yangobyektif dan subyektif
- Pemberian jenis-jenis bimbingan
- Pemberian konseling secara umum dan konseling khusus
- Pemberian bimbingan tentang berbagai program sekolah
- Penggunaan sumber-sumber didalam sekolah dan diluar sekolahbersangkutan
- Kebutuhan individual dan kebutuhan masyarakat
Ada 6 aspek yang berkaitan dengan program bimbingan di Sekolah Dasar, yakni:
-
- Tujuan Institusional, sebagaimana tertera dalam sumber resmi pembukuan kurikulum SD tahun 1975, sebagai berikut: “Tujuan umum pendidikan SD adalah agar lulusan memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik. Menikmati kesehatan jasmani dan Rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, bekerja dimasyarakat, serta mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup”.
- Kebutuhan anak-anak sekolah yang terutama berkisar pada kebutuhan mendapat kasih sayang, perhatian, menerima pengakuan terhadap dorongan untuk memajukan perkembangan kognitifnya serta pengakuan dari teman-teman.
- Pola dasar bimbingan yang dipegang ialah pola generalis. Ini berarti, bahwa semua tenaga kependidikan yang lazim terdapat dijenjang pendidikan dasar dilibatkan, walaupun mungkin tersedia satu atau dua tenaga profesional dibidang bimbingan.
- Kompsonen bimbingan yang diprioritaskan ialah pengumpulan data meliputi beberapa hal pokok, seperti kemampuan belajar siswa dan latar belakang keluarga. Kemudian informasi dan konsultasi untuk pemberian informasi meliputi perkenalan dengan pemberian sejumlah bidang pekerjaan yang relevan untuk siswa-siswi. Pengetahuan tentang cara bergaul yang baik dan beberapa patokan dasar untuk menjaga kesehatan mental. Sedang untuk masalah konsultasi diberikan oleh guru kelas kepada orang tua siswa dan oleh tenaga profesional kepada guru yang membutuhkan. Sedang untuk masalah konseling dipegang oleh seorang ahli bimbingan profesional.
- Bentuk bimbingan yang kerap digunakan ialah bimbingan kelompok, sifat bimbingan yang mencolok ialah sifat perseveratif dan preventif. Sehingga siswa dapat memiliki taraf kesehatan mental yang wajar. Ragam bimbingan yang mendapat urutan pertama ialah ragam pribadisosial, yang kedua adalah ragam akademik dan ragam jabatan adalah ragam yang ketiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar