STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Kamis, 21 Juli 2011

Kejujuran Sumber Segala Kebajikan

Sejalan dengan usaha untuk selalu memelihara iman yang ada dalam dada kita serta memperhebat rasa taqwa kita kepada Allah SWT, baik dalam keadaan lapang maupun dalam kesempitan hidup, hendaklah kitapun harus selalu memelihara norma-norma kesopanan, kesusilaan maupun keagamaan, menjunjung tinggi perintah-perintah Agama serta mengamalkannya dengan penuh kesungguhan dan kesabaran. Sabda Rasulullah SAW :
 اتقِ الله حيثما كنتَ وأَتْبِعِ السيئةَ الحسنةَ تَمْحُها وخَالِقِ الناسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ (أحمد  والحاكم والبيهقى والترمذى والطبرانى)
 “Bertaqwallah kepada Allah SWT di manapun kamu berada. Iringilah perbuatan salahmu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baikmu menghapuskan perbuatan jelekmu. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”.
Diantara budi pekerti yang luhur, akhlak mulia yang diajarkan Islam yang harus dimiliki dan diamalkan oleh setiap muslim adalah berlaku jujur, lurus, dapat dipercaya, tidak suka berbohong, baik terhadap diri sendiri, masyarakat terlebih-lebih terhadap Allah SWT.
As-Shidqu (الصدق) mengandung arti kejujuran/kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan. Kejujuran/kebenaran adalah satu kata dengan perbuatan apa yang dilahirkan sama dengan apa yang ada di dalam batinnya, kejujuran meliputi ucapan, perbuatan, dan sikap yang diambilnya.
يَاأَبُّهَا أٰمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ
”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (QS. At-Taubah: 119)
Kesungguhan adalah berusaha dengan sungguh-sungguh melaksanakan berbagai tugas yang berhubungan dengan Allah Swt dan tugas-tugas kemasyarakatan.
اُولٰۤئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَ اُولٰۤئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
“Mereka itulah orang yang bersungguh-sungguh dan mereka itulah orang yang bertaqwa”. (QS. At-Taubah: 177)
Sedangkan keterbukaan merupakan sikap lahir dari kejujuran untuk menghilangkan kecurigaan antara satu dengan yang lain, kecuali dalam beberapa hal yang sifatnya harus dirahasiakan.
Kita harus selalu jujur dalam perkataan, dalam perbuatan maupun dalam tingkah laku dan niat. Karena kejujuran menjadi sumber segala amal kebajikan. Betapa tidak ? Coba kita perhatikan, hampir di dalam setiap ibadah yang diwajibkan kepada kita terselip perintah untuk selalu berlaku jujur.
Ketika kita sedang shalat berjamaah, diketahui atau tidak, terdengar ataupun tidak, tercium baunya atau tidak oleh orang lain, pada saat terasa ada angin yang keluar dari –maaf- dubur kita, kita harus keluar dari shaf, keluar dari berjamaah untuk berwudlu kembali, karena yakin bahwa hal itu membatalkan wudlu yang berarti pula shalat kita telah batal.
Dalam puasa di bulan Ramadlan, tidak akan ada satu orangpun yang tahu bahwa kita berpuasa, demikian pula kalau kita tidak puasa kecuali diri kita sendiri dan Allah SWT.
Dan banyak lagi amal-amal zhahir yang di dalamnya terkandung nilai-nilai kejujuran sebagai penentu benar dan tidaknya amalan kita. Terlebih-lebih dalam amalan batin, yang berurusan dengan amal hati. Ikhlas atau tidak amal yang kita lakukan, khusyu atau tidak shalat yang telah kita kerjakan ?, tidak akan ada seorangpun yang mengetahuinya, baik itu istri, anak, orang tua, tetangga, teman, kecuali diri kita sendiri dan Allah SWT.
Walhasil, untuk menjadi manusia yang benar-benar bertaqwa, maka berlaku dan bersikap jujur menjadi salah satu faktor yang sangat penting, dan menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan sah dan batalnya ibadah kita, diterima atau tidaknya amal kita oleh Allah SWT.Tegasnya, harus kita yakini dan amalkan serta tanamkan di dalam diri kita bahwa kejujuran merupakan sumber dari segala kebajikan.
Dengan kata lain, kejujuran inilah yang akan menjiwai kehidupan kaum muslimin untuk selalu mengamalkan ajaran agama dengan sebaik-baiknya.
Kejujuran inilah yang akan menjadikan seorang pejabat dan pemimpin berlaku adil dan bijaksana. Menjadikan seorang hartawan dapat membelanjakan hartanya dengan sebaik-baiknya ke jalan yang diridlai Allah SWT. Menjadikan seorang ulama selalu berusaha memperbanyak amal untuk agama dan masyarakat.
Kejujuran inilah yang akan menyebabkan setiap orang dapat beramal dengan sebaik-baiknya sesuai dengan bidang dan kecakapannya masing-masing. Dan kejujuran inilah yang menyebabkan manusia berlaku adil, bijaksana dan selalu berbuat baik.
Sebaliknya perilaku tidak jujur, curang, menyeleweng, tidak dapat dipercaya, suka berdusta, apalagi membohongi Allah adalah menjadi sumber dari segala kemunkaran, kesesatan, kejahatan dan kerusakan.
Oleh karena itu untuk membendung arus krisis akhlak yang akan merusak jiwa, perlu sekali masyarakat dibentengi dengan kejujuran. Karena dengan kejujuran dapat ditegakkan kebenaran, keadilan, dan kesentausaan dalam masyarakat.
Bukankah sudah sama-sama kita maklumi dan rasakan bahwa keamanan, ketrentaman dan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terwujud dengan sempurna apabila manusia-manusianya tidak teguh pendirian, tidak dapat dipercaya, tidak jujur, tindak tanduknya penuh dengan kepalsuan dan dusta.
Negara tidak akan memperoleh kemajuan, rakyatnya tidak akan mencapai kesejahteraan apabila para pemimpinnya pendusta, para pejabatnya, pendidiknya, pedagangnya,  dan pelaku usaha serta komponen-komponen lainnya di masyarakat tidak berlaku jujur.
Sebab pejabat yang tidak jujur akan melahirkan pejabat yang korup. Pendidik yang tidak jujur akan melalaikan tugasnya sebagai pendidik, masa bodoh, tidak peduli terhadap kemajuan dan keberhasilan anak didiknya. Pedagang yang tidak jujur akan mempermainkan timbangan dan takaran, menimbun barang untuk keuntungan pribadi, mempermainkan harga dan sebagainya. Para pengusaha yang tidak jujur akan menzholimi karyawannya dengan upah rendah dan ancaman PHK. Dan seterusnya-dan seterusnya. Tegasnya, bahwa ketidak jujuran akan menjadi sumber malapetaka bagi manusia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya :
واِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي الى الفُجُور * وانّ الفجوريهدي الى النار (متفق عليه)
“Dan sesungguhnya kebohongan itu menuntun kepada perbuatan dosa, dan sesungguhnya perbuatan dosa itu menuntun kepada api neraka” (HR. Bukhari-Muslim).
Sebagai seorang muslim yang senantiasa mengharap ridlo dan ampunan Allah SWT, yang selalu memohon rahmat dan hidayah-Nya, harus yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa apabila kejujuran yang diajarkan oleh agama diamalkan bersama-sama akan terciptalah masyarakat yang sehat fikiran dan pergaulannya, sehat niat dan cita-citanya, masyarakat yang adil dan makmur dibawah limpahan rahmat dan ampunan Allah SWT.  Baldatun thoyyibatun wa Rabbun Ghafur.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah agar kita dan para pemimpin bangsa dan negara kita, senantiasa diberi kekuatan, diberi kemampuan dan kemauan untuk selalu bersikap dan berperilaku jujur dalam segala hal, dan dijauhkan dari sifat-sifat pembohong dan kemunafikan. Amin ya Robbal ’alamin.
Wallaahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar