STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Rabu, 06 Juli 2011

Menggapai Derajat Muttaqin


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali Imran: 102)
Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan selalu mentaati dan menunaikan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya dengan penuh kesadaran, kesabaran dan keikhlasan hati karena Allah semata, merupakan tuntutan Ilahi dan keharusan bagi setiap manusia, karena dengannya setiap hamba Allah memperoleh peluang terbukanya berbagai pintu karunia Allah untuknya
Mengenai pengertian taqwa, oleh para ulama telah dirumuskan dalam beberapa definisi. Diantaranya ada yang mengatakan bahwa taqwa adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ada pula yang mengatakan bahwa taqwa adalah berlindung dan taat kepada Allah dari hukuman-hukuman-Nya. Sebagian ulama yang lain merumuskan bahwa taqwa adalah menjaga diri dari segala hal yang mengandung hukuman Allah.
Dalam pengertian yang lain, taqwa ialah menghindarkan diri dari segala sesuatu yang menjauhkan diri dari Allah. Selain itu, ada pula yang menyatakan bahwa taqwa juga berarti tata karma syariat. Taqwa pada ketaatan berarti ikhlas, dan pada maksiat berarti tidak melakukannya. Dan masih banyak definisi taqwa yang lain.
Allah SWT mensifati orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana yang tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat kedua sampai keempat, yaitu : Mereka yang beriman kepada yang gaib, percaya pada yang gaib berarti mengiktikadkan adanya sesuatu “yang maujud” yang tidak dapat diungkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan tentang hal itu, seperti adanya Allah, para Malaikat, Hari akhirat dan lain sebagainya ; yang mendirikan salat ( menunaikannya secara teratur dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun adab-adabnya ; yang menafkahkan sebagian rezeki yang Allah anugerahkan kepada mereka ;mereka yang beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya; dan mereka yang meyakini adanya hari akhir.
Kalau diperhatikan beberapa rumusan definisi tentang taqwa dan sifat-sifat orang-orang yang bertaqwa sebagaimana yang telah disebut di atas, tidak ada yang menyebutkan tentang ras, golongan, maupun status. Tidak disebutkan yang termasuk dalam kategori orang yang bertaqwa adalah mereka yang berkulit putih, sawo matang atau kulit hitam, atau mereka yang bertaqwa adalah golongan A, golongan B ataupun golongan yang lainnya, dan tidak pula dikatakan mereka yang termasuk golongan yang bertaqwa adalah yang kesehariannya memakai jubah, surban atau yang berpakaian biasa-biasa saja. Sebab, semua itu tidak termasuk dalam kriteria taqwa, sebagaimana yang menjadi ukuran kemuliaan seseorang di sisi Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.. “( QS. Al-Hujuarat : 13 )
Setiap orang yang beriman berkemungkinan untuk dapat mencapai derajat sebagai orang yang bertaqwa(muttaqin), yang berkedudukan sebagai orang yang paling mulia di sisi Allah SWT. Semua orang mempunyai kesempatan untuk menjadi orang yang paling mulia di sisi Allah, baik orang arab maupun non arab, orang jawa, orang cina, yang kaya dan yang miskin, yang tua ataupun yang muda, semuanya mendapat kesempatan yang samauntuk mencapai derajat muttaqin. Sebuah predikat yang paling tinggi dan mulia karena mendapat legitimasi langsung dari Allah SWT baik di dunia kini, maupun di akhirat kelak. Dan dia itu termasuk orang yang mendapat petunjuk dari Allah dan orang yang beruntung.
Derajat yang begitu mulia dan tinggi, tentu tidak akan dapat dicapai begitu saja secara cuma-cuma, tanpa disertai ilmu amal dan istiqamah. Perhatikanlah Qaulul Hukama berikut ini :
“Taqwa adalah terpadunya antara ilmu, amal dan istiqamah. Orang yang tidak tahu (bodoh) tentang perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya tidak akan menjadi orang yang bertaqwa. Orang yang berilmu (tentang perintah-perintah dan arangan-larangan Allah) yang tidak mengamalkan ilmunya itu juga tidak akan dapat menyandang predikat sebagai orang yang bertaqwa. Demikian juga orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya yang tidak istiqamah juga tidak bisa disebut sebagai orang yang bertaqwa, melainkan ia menjadi orang yang merugi dan tidak meningkat kedudukannya.”~ (Hukama)
Dengan demikian jelaslah bahwa untuk dapat menggapai derajat muttaqin maka, seorang muslim harus menguasai ilmu. Sebab, seseorang tidak akan mungkin dapat mencapai sesuatu tingkat kemuliaan tanpa didasari ilmu. Bagaimana seseorang dapat melaksanakan sesuatu kalau dia tidak tahu apa yang harus dikerjakan?. Demikian juga dengan taqwa, bagaimana seseorang akan berpredikat sebagai muttaqin, jika tidak tahu jalan menuju taqwa. Bagaimana mungkin seseorang akan melaksanakan perintah Allah jika ia tidak tahu apa yang diperintahkan oleh Allah dan teknis pelaksanaan yang berkaitan dengannya. Begitu juga sebaliknya, bagaimana seseorang akan menjauhi larangan Allah, jika ia tidak tahu apa saja yang dilarang oleh Allah. Maka pengetahuan tentang perintah dan larangan inilah yang mula-mula harus dikuasai, dan wajib hukumnya bagi setiap muslim mempelajari tentang perintah dan larangan Allah. Bahkan yang berilmu dan tidak mengamalkan ilmunya, ia tidak akan dapat mencapai derajat yang mulia di sisi Allah, melainkan ia bertambah menjauh dari Allah SWT.
Dalam suatu riwayat Rasululllah SAW menjelaskan bahwa orang yang bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah hidayahnya, maka orang tersebut tidak akan mendapatkan tambahan apapun dari Allah kecuali semakin jauh dari-NYA.
Adapun beberapa keutamaan bagi orang yang bertaqwa disebutkan di banyak tempat di dalam Alqur-an. Diantaranya adalah yang diuraikan sendiri oleh Allah SWT. dalam surat Ath-Thalaq sebagaimana uraian berikut ini:
Balasan bagi orang yang bertaqwa kepada Allah, maka kesalahan-kesalahannya akan terampuni dan Allah akan memberinya pahala yang besar.
Allah SWT berfirman :
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْراً

Artinya : "Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.”(QS. Ath-Thalaq : 5)
Di samping itu, orang yang bertaqwa itu juga akan mendapat kemudahan dan jalan keluar yang baik dan dianugerahi Allah rezeki dari arah tak terduga-duga. Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini :
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Artinya :“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.“(QS. AthThalaq : 2-3)
Dan di akhir ayat selanjutnya disebutkan :
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً
Artinya : “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”(QS. Ath-Thalaq : 4)
Dan di akhirat kelak, orang yang bertaqwa itu mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah, di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini :
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِّن مَّاء غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ

Artinya : “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka. “(QS. Muhammad : 15)
Dari uraian ini, mudah-mudahan pembaca dapat mengambil hikmahnya, dan mengamalkan kebaikannya, sehingga benar-benar termasuk golongan orang yang bertaqwa kepada Allah SWT yang mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar