STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Selasa, 16 Agustus 2011

PELECAHAN PELAJARAN AGAMA (Tafsir Surat Al-Baqarah [2]: 77-82)

Dr. H. Aam Amiruddin, M.Si

[77] Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?
[78] dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.
[79] Maka kecelakaan besar bagi orang-orang yang menulis Al kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besar bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besar bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.
[80] dan mereka berkata, “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”
[81] (Bukan demikian), yang benar, “Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”
[82] dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.

***

“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?”

***

Ayat ini menegaskan bahwa Allah Maha mengetahui apa pun yang kita sembunyikan, apalagi yang kita tampakkan. Ayat senada bisa kita temukan juga dalam surat Al-Mujadalah ayat ketujuh, “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada pembicaraan antara lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada pula pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Allah Swt. bahkan mengetahui kejadian sehari-hari yang sering luput dari pengamatan kita. Firman-Nya, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhmahfuz).” (Q.S. Al-Anam [6]: 59).

Pada ayat itu ditegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui daun yang terlepas dari rantingnya bahkan biji super kecil yang basah ataupun yang kering. Jelaslah bahwa fenomena apa pun tidak ada yang lepas dari pengetahuan Allah Swt., baik yang kecil ataupun yang besar.

Kalau kita cermati, terdapat korelasi kuat antara ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya. Tampaknya, ayat ini masih berkaitan dengan perilaku atau tabiat orang-orang Yahudi yang gemar melecehkan ajaran Nabi Musa a.s. Perlu diingat bahwa ketika Allah menceritakan perilaku dan tabiat buruk umat Yahudi, hal tersebut bertujuan supaya menjadi pelajaran bagi umat Islam agar tidak melakukan hal yang sama. Pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa salah satu perilaku buruk pengikut Nabi Musa adalah menghindarkan diri dari kewajiban dengan banyak bertanya (yang tidak perlu).

Saat ini, masih ada orang Islam yang memiliki tabiat seperti orang Yahudi yang bertanya bukan untuk mendapat penjelasan tetapi untuk menghindarkan diri dari aturan Allah Swt. Sebagai contoh, ketika dijelaskan bahwa menyambung rambut itu hukumnya haram, ada yang bertanya bagaimana kalau rambutnya sintesis (bukan rambut asli)?

Ini salah satu contoh pertanyaan untuk menghindarkan diri dari aturan Allah. Dalam hadits tersebut sudah disebutkan cukup jelas bahwa “haram menyambung rambut” tanpa membedakan apakah rambut yang dimaksud asli ataupun sintesis. Meski makna hadits tersebut cukup jelas, ada sejumlah orang yang tetap mengajukan pertanyaan yang sifatnya bukan untuk mendapat penjelasan tetapi mencari pembenaran supaya menyambung rambut (sintetis) diperbolehkan.

Ketika kita bertanya kepada seorang ulama tentang suatu persoalan hukum agama, sebenarnya ulama yang bersangkutan tidak tahu apakah pertanyaan tersebut diniatkan untuk meminta penjelasan atau untuk menghindarkan diri dari aturan Allah. Namun jangan lupa, Allah Mahatahu yang tebersit dalam hati dan pikiran kita. Itulah sebabnya dalam surat Al-Baqarah ayat ke-77 ini Allah menegaskan, “Tidakkah mereka sadar sesungguhnya Allah Mahatahu apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka tampakkan”.

Ayat ini pun menjadi motivasi bagi kita agar konsisten melakukan suatu kebaikan walaupun tidak ada orang yang mengetahuinya. Percayalah, Allah Mahatahu yang kita lakukan dan yakinlah bahwa Allah akan memberi balasan kebaikannya. Misalnya, seorang ibu yang tiada henti membimbing anak-anaknya agar sukses namun dianggap cerewet oleh anak-anaknya harus tetap melakukan tugasnya dengan tekun dan sabar.

Ibu yang bersangkutan harus yakin bahwa Allah Mahatahu yang dilakukannya dan Allah akan memberikan balasan kebaikan kepadanya walaupun anak atau suaminya tidak pernah memberi penghargaan. Allah Mahatahu apakah kita berilmu atau bergaya ilmuwan. Allah juga Mahatahu apakah kita rajin belajar atau bergaya terpelajar.
Pada ayat berikutnya, Allah berfirman mengenai sejumlah pengikut Nabi Musa yang tidak bisa membaca dan tulis dan tidak pernah belajar Taurat tetapi mengaku seolah-olah mereka menguasi kitab suci Taurat. Karena mereka sebenarnya belum pernah mempelajari Taurat, yang disampaikannya itu hanyalah karangan dan dongengan bohong.

***

“Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Alkitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.”

***

Ayat ini harus menjadi pelajaran bagi umat Islam bahwa tidak dibenarkan berbicara atas nama ajaran Islam padahal kita tidak pernah membaca dan menelaah Al-Quran. Jangan sembarangan berbicara atas nama Islam padahal kita tidak pernah mempelajari Islam. Kalau umat Islam berperilaku seperti ini, berarti mereka berperilaku seperti Yahudi. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa umat Islam harus rajin mempelajari ajaran-ajaran yang termaktub dalam Al-Quran supaya tidak mengalami kesesatan seperti yang dialami umat Nabi Musa a.s.

***

“Maka kecelakaan besar bagi orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: ‘Ini dari Allah,’ dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besar bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besar bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.”

***

Ayat ini menggambarkan betapa beraninya orang Yahudi melecehkan ayat-ayat Allah. Mereka berani mengubah firman-firman Allah lalu memproklamirkan bahwa itu adalah firman Allah padahal itu tulisan atau buatan mereka sendiri.

Yang lebih parah lagi, seperti tercantum dalam ayat ke-78 tersebut bahwa mereka itu tidak mengetahui isi Taurat. Itu sebabnya kalimat “kecelakaan besar” diulang hingga tiga kali.

Ini adalah pelajaran berharga bagi umat Islam bahwa jangan sampai menyampaikan ajaran-ajaran Islam tanpa berbekal ilmu. Kita memang diperintahkan untuk berdakwah dan mengajak orang untuk berada dalam naungan Islam. Tetapi, kita wajib belajar Islam supaya tidak terjerumus seperti yang dilakukan oleh umat Nabi Musa.

Mereka tidak pernah belajar Taurat dan membuat (kitab) karangan sendiri lalu berkata “Ini dari Allah”. Na’udzubillah, jangan sampai kita melakukan hal yang sama. Kita tidak pernah mempelajari Islam, lalu kita berkata pada orang lain bahwa inilah ajaran Islam padahal sebenarnya itu hanya karangan kita sendiri.

***

“Dan mereka berkata: ‘Kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka, kecuali beberapa hari saja.’ Katakanlah: ‘Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?’”

***

Tanpa didasari ilmu, sejumlah orang Yahudi melecehkan ajaran agama dengan mengatakan “Kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka, kecuali beberapa hari saja”. Ini gambaran betapa beraninya mereka menyebarkan ajaran kesesatan, melecehkan ajaran-ajaran agama, bahkan azab neraka pun mereka lecehkan. Mereka beranggapan bahwa azab (yang akan mereka terima) pasti tidak akan lama, hanya beberapa hari saja.
Yang dikatakannya itu hanyalah karangan mereka. Semua hanyalah pengakuan yang tanpa didasari nilai kebenaran Allah. Karena itu, pada ayat tersebut ada penegasan, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya”.

Artinya, apakah anggapan bahwa mereka tidak akan diazab kecuali hanya beberapa hari adalah janji Allah “ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” Jelaslah bahwa seluruh pengakuan mereka hanyalah mengada-ada. Allah Swt. tidak pernah menjanjikan bahwa mereka akan diazab hanya beberapa hari. Yang benar adalah mereka akan dizab dengan kekal yang disebabkan oleh dosa-dosa yang mereka lakukan sebagaimana ditegaskan pada ayat berikutnya.

***

“Bukan demikian, yang benar: Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

***

Ayat ini menegaskan bahwa Allah akan mengazab secara kekal orang-orang yang hidupnya diliputi dosa. Dan. Allah akan memberikan balasan kebajikan pada orang-orang yang bertobat dari kesalahannya serta berjuang menghiasi diri dengan amalan-amalan saleh demi kemaslahatan hidup dunia dan akhirat. Hal ini ditegaskan dalam ayat berikutnya.

***

“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”

***

Semoga kita menjadi orang-orang yang mampu mengisi hidup dengan keimanan dan berbagai amal saleh sehingga bisa mewarisi surga-Nya. Amin ya Rabbal alamin. Wallahu ‘alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar