STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Selasa, 16 Agustus 2011

HATI YANG MEMBATU (Tafsir Surat Al-Baqarah [2]: 74-77)

Dr. H. Aam Amiruddin, M.Si

[74.] Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
[75.]Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu? Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui.
[76.] Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: “Kami pun telah beriman,” tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?”
[77.] Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?

***

Ayat-ayat yang dibahas dalam edisi ini masih berkaitan dengan ayat-ayat yang dibahas di edisi sebelumnya. Pada ayat sebelumnya telah dibahas salah satu dari tabiat umat Nabi Musa a.s. yaitu menolak perintah Allah dengan banyak bertanya yang diniatkan untuk menghindar dari perintah Allah. Mereka bertanya yang diniatkan bukan untuk menambah pengetahuan tetapi menambah penolakan. Perilaku ini mengakibatkan hati membatu, padahal kesalehan seseorang tidak ditentukan oleh kecerdasan otaknya, tetapi sangat tergantung pada kualitas hatinya. Apabila hatinya telah membatu, sangat sulit ajaran-ajaran Allah akan diterima, apalagi diamalkan.

***

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal, diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”

***

Pada ayat ini, Allah Swt. memberi perumpamaan bahwa apabila hati manusia telah membatu, maka hati tersebut bisa menjadi lebih keras dari batu itu sendiri. Sekeras-kerasnya batu, apabila ditempa air secara terus-menerus pasti akan berbekas. Akan tetapi hati manusia apabila sudah membatu, maka akan sulit menerima nasihat, sesering dan sehebat apa pun nasihat itu.

Sekeras-kerasanya batu, kadang bisa mengeluarkan air yang jernih dari sela-selanya “padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya”. Sedangkan kalau hati manusia telah membatu, yang lahir hanyalah perilaku-perilaku buruk, bukan perilaku jernih.

Ayat ini sangat penting sebagai bahan evaluasi diri. Kita harus sering bertanya pada diri sendiri, apakah hati kita telah membatu? Hati yang membatu ditandai dengan tidak bisa menerima nasihat sebaik apa pun dan dari siapa pun. Pada manusia yang hatinya telah membatu, terkadang akal sehatnya pun mandul. Logikanya tidak bisa menilai sesuatu yang bersifat maslahat ataupun madharat.

***

“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu? Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui.”

***

Kalimat, “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu?” dalam ayat di atas maksudnya adalah untuk memberi peringatan agar kita jangan terlalu berharap mereka (orang yang hatinya telah membatu) bisa berubah. Memang, dalam menghadapi orang yang hatinya sudah keras membatu, kita harus tetap berjuang memberikan masukan, arahan ke jalan hidayah, serta bimbingan ke jalan kebenaran. Kita tidak boleh berhenti berharap bahwa siapa tahu di balik hati yang membatu itu ada mata air kebenaran atau mata air hidayah yang bisa menjadi sumber perubahan. Namun agar tidak terlalu kecewa, janganlah terlalu berharap.

Masih dalam ayat yang sama, selanjutnya dinyatakan,“Kamu jangan terlalu berharap kepada mereka karena mereka itu pernah mempelajari firman-firman Allah bahkan setelah mereka paham kemudian mereka mengubahnya sedang mereka mengetahui”. Ayat ini menegaskan bahwa para ulama Yahudi pernah mempelajari kitab Taurat, namun setelah mempelajarinya justru mereka mengubah isinya padahal mereka paham kandungan yang sesungguhnya. Sungguh ini pelajaran penting bagi kita bahwa kalau hati seseorang telah membatu, maka ajaran kebenaran yang telah dipahami dan dikuasainya pun bisa diubah sesuai nafsunya.

***

“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: ‘Kami pun telah beriman,’ tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: ‘Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?’”

***

Ayat ini menjelaskan betapa sulitnya menghadapi orang yang hatinya membatu. Ia memang mendengar yang kita bicarakan tetapi ucapan kita tidak bisa menyentuh hatinya. “Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: ‘Kami pun telah beriman’” Ayat ini mengindikasikan bahwa kalau sedang dinasihati, mereka seolah-olah menyimak tetapi akan kambuh lagi saat mereka bertemu dengan orang-orang yang hatinya sama-sama telah membatu.

“Kalau mereka bertemu dengan orang beriman lalu mereka berkata apakah kamu menceritakan kepada mereka orang-orang beriman apa yang telah diterangkan Allah kepadamu. Supaya dengan demikian itu mereka dapat mengalahkan hujjahmu dihadapan Tuhanmu tidaklah kamu mengerti”. Ayat ini berbicara tentang sifat orang Yahudi yang mirip orang munafik. Kalau di depan orang beriman mereka tampak seperti orang beriman. Namun begitu kembali ke lingkungannya, mereka mengolok-olok orang beriman. Inilah gambaran orang yang hatinya membatu yang sudah tidak mempan lagi dinasihati.
Pembahasan tentang hati yang membatu ini ditutup dengan,

***

“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?”

***

Ayat ini menjelaskan bahwa kalau kita yakin Allah itu Maha Mengetahui apa pun yang tampak atau yang tersembunyi dari diri kita, maka itu pertanda bahwa hati kita mengalami perbaikan atau penyembuhan. Dengan kata lain, hati kita telah melembut.
Nah, semoga hati kita senantiasa menjadi hati yang lembut, subur, dan berkah dengan nasihat-nasihat yang secara terus-menerus mengingatkan bahwa Allah Swt. selalu hadir dalam setiap relung kehidupan kita. Amin. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar