STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Selasa, 20 September 2011

Filsafat Hati Nurani (Bag.3)

Tujuan pokok pembinaan hati nurani adalah hati nurani yang secara subyektif baik dan secara obyektif benar. Dengan hati nurani yang baik dan benar, seseorang akan selalu terdorong untuk bertindak melakukan kehendak Tuhan dan menuruti norma-norma moral obyektif. Pembinaan hati nurani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kebenaran dan nilai-nilai, ataupun kemampuan untuk memecahkan dilema moral, tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya pembinaan karakter moral seseorang
secara lebih penuh. Pembinaan hati nurani merupakan upaya yang hakiki agar manusia lebih mampu hidup dan bertindak sesuai dengan bisikan hati nurani yang bisa dipertanggungjawabkan secara moral. Melalui pembinaan hati nurani, manusia diharapkan bisa terhindar dari kesesatan dalam pengambilan keputusan dan tindakan manusiawi.
Arti Virtualisasi
a. Virtualisasi artinya mengupayakan agar sesuatu benar-benar dekat dengan apa yang seharusnya, seideal-idealnya sebagaimana yang telah dirumuskan melalui berbagai pendekatan falsafati, keilmuan dan kebudayaan.
Alasan-alasan perlunya virtualisasi Hati Nurani.
a. Fakta-fakta menunjukkan bahwa masyarakat dunia sudah jenuh dengan konsep dan praktek matrealisme dan sekulerisme yang membuat mereka asing dengan kedalaman diri mereka sendiri.
b. Sejak masa reformasi bergulir, kita sering melihat berbagai kerusuhan yang melibatkan warga masyarakat umum lebih banyak berbau anarkis atau tindak kekerasan serta pengrusakan.
1. Mengenal Hati Nurani.
Siapapun memiliki hati nurani, dan menyadari akan keberadaannya. Akan tetapi, pengetahuan terhadap hati nurani perlu terus dikembangkan, dengan harapan, hati nurani itu dapat dikembangkan potensi-potensi menuju kualitas hidup yang lebih bermakna.

Hati Nurani adalah bagian terdalam dari hati kita. Hati yang dimaksud disini bukanlah organ dalam tubuh kita. Hati yang di sebut disini adalah pusat dari perasaan halus kita yang berada di dalam rongga dada kita. Hati Nurani kita, yang selalu mengetahui kebenaran dan mengarahkan kita pada Allah. Hati nurani inilah inti dari roh kita dan merupakan percikan dari keilahian. Yang menjadi masalah adalah hati kebanyakan orang itu tertutup, dengan hatinya tertutup maka secara otomatis hati nurani tidak bekerja dengan semestinya. Sebagai contoh : ketika kita marah tak terkendali siapapun pasti akan kita marahi, lepas control, tetapi setelah ambil nafas dan membaca istigfar maka dapat sedikit mereda marah kita.
Secepat dan dahsyatnya hati nurani kita mengarahkan pada ALLAH SWT. Untuk dapat memperoleh manfaat yang lebih besar tentu saja tidak cukup hanya mengenal hati nurani saja, anda harus rajin ibadah dan menjauhi dari perbuatan yang keji, dan meninggalkan perbuatan maksiat.
Memang hati nurani harus dikenal, dididik, diarahkan, didewasakan, diarahkan dengan wahyu, akal dan budaya. Dan dibukakan pintu-pintu potensinya.
Berikut ada sebuah anekdot yang menarik, sekaligus bernuansa satre, tentang pentingnya mengetahui hati nurani.
Seorang anak lahir dan besar di tengah keluarga yang sehari-harinya tinggal di hutan. Sang anak bertanya pada ibunya tentang arti hati nurani, apakah hati nurani itu sejenis tumbuhan. Bundanya menjawab, “Itulah akibat kalau kamu terlalu sering berada di hutan, kebun dan sawah.tidak pernah bergaul, Karena itu kami menyuruh kamu merantau agar kamu bisa menjelaskan kepada kami tentang apa itu hati nurani” lanjutnya lagi. Kita sama-sama belum bisa memastikan apakah ia tumbuh-tumbuhan, apakah ia binatang buas atau ia temannya hujan yang dapat menyuburkan tanaman kita.”
Kelanjutan cerita ini menjelaskan tentang proses pencarian yang dilakukan tokoh utama tentang makna hati nurani. Ia pun menemui orang-orang dan menanyakannya. Orang pertama yang ia temui, ternyata seorang pelacur. Berikutnya adalah pejabat yang minta disogok. Dan terakhir dengan seorang yang dianggap paling bijak diantara kedua orang sebelumnya.
Dalam cerita ini bagi pelacur yang disebut hati nurani adalah harga yang harus dibayar dengan pantas oleh teman tidurnya, jika teman tidurnya tidak member dengan harga yang pas, dikatakan dia tidak berhati nurani; sedangkan bagi pejabat hati nurani adalah sejumlah uang sogokan yang besar untuk mengantarkan seseorang menjadi PNS; dan terakhir seeorang yang disebut paling berpengetahuan mengatakan bahwa hati nurani adalah sejenis hewan.
Cerita ini ingin menjelaskan bahwa selama ini kita sering berbicara tentang hati nurani, tetapi hanya sebatas membicarakannya, tidak pernah menjadi rujukan untuk mengontrol dan memberi orientasi dalam setiap tindakan kita.
Dalam buku DIALOG DENGAN ATHEIS, ada seorang atheis bertanya “Banyak orang beragama memperbincangkan masalah hati nurani. Mereka mengkultuskannya sebagai sesuatu yang mutlak. Menurut saya, hati nurani itu merupakan sesuatu yg hukum dan daya kontrolnya selalu mengalami perubahan sesuai dg situasi dan kondisi sosial lingkungannya. Jika sesuatu itu menguntungkan tentu saja itu saya anggap baik. Jika tidak, apalagi merugikan, saya anggap jelek sekalipun terkait dg kehormatan yg dijunjung tinggi dan dibela mati-matian oleh umat beragama.”
2. Membersihkan hati dari berbagai kotorannya.
Hati nurani kita adakalanya kotor. Penyebabnya adalah perbuatan dosa dan maksiat yang banyak pada Allah dan kesenangan untuk mengikuti hawa nafsu serta kekuatan jahat lainnya. Dalam situasi seperti maka diperlukan upaya untuk membersihkan hati nurani dengan cara Membersihkan serta memurnikan hati nurani kita dari tumpukan dosa dan maksiat harus kita lakukan. Kita pelu kembali menata diri yaitu memohon ampunan dari Allah. Ibadah serta amalan yang lalu kita perbaiki lagi dengan satu hal yang penting yaitu kita lakukan degan sungguh – sungguh. Apabila akses kita dijalan Allah telah lancar kembali maka energi fitrah dalam diri kita akan membersihkan hati nurani, sehingga fungsi hati nurani kita dapat berjalan sedemikian rupa. Hidup kita yang dikendalikan oleh hati nurani secara otomatis dapat mengendalikan hawa nafsu dan ragam emosi.
3. Mendewasakan Hati Nurani.
Menurut G. V. Lobo, hati nurani yang dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Rasional, yaitu mampu menilai orang dan situasi dengan tenang dan tanpa prasangka, mampu memegang nilai-nilai moral dan tahu bagaimana menerapkannya dalam situasi tertentu.
b) Otonom, yaitu mampu membuat keputusan secara bebas meskipun dalam dialog dengan orang lain, mampu menerapkan nilai otoritas sebagai sarana yang membantu perkembangan suatu persekutuan.
c) Altruistik, yaitu tergerak oleh kebutuhan dan kepentingan sesama, dapat mengurbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain.
d) Bertanggung jawab,yaitu kesediaan memikul dan melaksanakan tanggung jawab, tidak menyesatkan diri sendiri maupun orang lain dengan perasaan belaka, dapat menerima konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari keputusan hati nurani.
4. Mengikatkannya dengan lingkungan yang baik.
Hati nurani seseorang tidak berbeda dengan otak yang harus diberi pengetahuan agar dapat memiliki pengetahuan yang luas. Hati nurani memerlukan suatu pendidikan agar dapat menjadi sebuah ”alat” yang berkualitas bagi seseorag. Hati nurani perlu diasah agar dapat memberikan penilaian terhadap suatu tindakan dan keputusan yang baik atau buruk. Seseorang dapat mengasah hati nuraninnya dengan cara melakukan tindakan atau membuat keputusan dengan mengikuti hati nuraninya. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan nilai-nilai moral yang hidup dalam masyarakat dan dengan bimbingan rohani.
mengolah hati nurani itu bukan suatu hal yang mudah. Dapat dilakukan apabila dari dalam diri kita sendiri memiliki iman yang kuat, tidak mudah terpengaruh, selalu berpikir ositif, bisa membedakan hal yang benar dan salah, selalu tenang dalam menghadapi masalah seberat apapun.
4. Kembali ke Hati Nurani.
Ada lagi kata-kata “orang lain mungkin dapat anda tipu, tapi hati nurani anda, pasti akan sulit untuk anda bohongi”. Kata-kata ini bermakna cukup mendalam sebagai hukuman bagi seseorang yang melakukan suatu hal yang bertentangan dengan nurani. Bahkan hukuman ini mungkin lebih keras dari hukuman fisik, karena hal ini merupakan hukuman bathin, atau yang biasa disebut “tekanan bathin”.
5 .Memberikan Pendidikan pada Hati Nurani.
Memberikan didikan/ pengajaran yang benar sejak kecil dalam keluarga.
Pendidikan ini bersifat informal dimana anak dididik untuk bertindak sesuai dengan moral yang berlaku di masyarakat. Pendidikan moral yang dilakukan sejak dini dalam keluarga dibutuhkan untuk memberikan dasar ataupun gambaran bagi anak untuk bertindak baik, sehingga sejak kecil hati nurani dapat membedakan perbuatan baik ataupun perbuatan buruk.
Contoh :
Pemberian didikan untuk tidak berbohong, diberikan sejak kecil agar anak mengerti bahwa berbohong merupakan perbuatan yang tidak baik. Tanpa adanya didikan ini, anak tidak mengetahui bahwa berbohong merupakan perbuatan yang buruk sehingga ia melakukan tindakan berbohong tanpa ada rasa bersalah. Tidak adanya rasa bersalah atas suatu perbuatan yang buruk akan mengakibatkan tumpulnya hati nurani.
*
Menerapkan pengajaran agama dalam kaitan dengan Sang Pencipta maupun dengan lingkungan masyarakat.
Agama memberikan ajaran moral serta prinsip – prinsip etis dalam kehidupan manusia. Adanya ajaran ini memberikan kecakapan teoritis serta perintah langsung atas suatu tindakan yang hendak diambil.
Contoh:
Ajaran agama memberikan kecakapan teoritis bahwa perbuatan mencuri dilarang oleh agama, dengan demikian perintah langsung yang diberikan adalah “jangan mencuri !”. Kecakapan teoritis ini memberi tahu hati nurani bahwa mencuri itu melanggar aturan agama, sehingga hati nurani bertindak sebagai alat yang mendorong manusia untuk tidak mencuri meskipun tidak ada orang lain yang mengetahuinya, karena disini hati nurani juga bertindak sebagai “saksi” atas perbuatan manusia.
*
Memberikan filtrasi terhadap budaya yang tidak sesuai dengan etiket yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
Sifat etiket yang relatif dan bergantung pada budaya menuntut manusia untuk melakukan filtrasi terhadap budaya asing yang hendak masuk dalam suatu lingkup masyarakat agar budaya asing yang masuk tidak bertentangan dengan budaya lokal yang telah ada.
Contoh:
Filtrasi terhadap budaya sex bebas dibutuhkan untuk mencegah rusaknya moral manusia serta budaya timur yang menganggap sex bebas sebagai hal yang tabu. Tanpa adanya filtrasi budaya hati nurani akan menganggap sex bebas sebagai hal biasa dan dapat berakibat pada disfungsi hati nurani dimana hati nurani tidak lagi memberikan teguran saat seseorang bertindak demikian.
*
Menerapkan tradisi yang baik bagi perkembangan moral manusia
Moral manusia juga dipengaruhi oleh ajaran tradisi yang berlaku dalam keluarga maupun masyarakat. Karenanya dibutuhkan penerapan serta pemeliharaan tradisi yang baik bagi perkembangan moral manusia.
Contoh:
Tradisi memberikan salam bagi orang yang dihormati perlu dipelihara dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Tradisi yang diterapkan sejak dini akan menuntut seseorang untuk melakukan tindakan ini, dan akan memberikan penyesalan apabila seseorang tidak melakukannya. Dorongan serta rasa penyesalan inilah yang diberikan oleh hati nurani sebagai impact dari pemeliharaan tradisi yang dianggap baik oleh hati nurani.
*
Melakukan pembelajaran etis melalui para pakar ataupun buku – buku pengajaran etika.
Pengajaran yang diberikan oleh pakar bukanlah pengajaran moral melainkan pengajaran etika, karena pembentukan moral telah selesai pada tahun – tahun pertama hidup kita. Meski demikian pengajaran etika yang diberikan telah disesuaikan dengan moral masyarakat, karenanya tetap dibutuhkan pembinaan terhadapnya.
Contoh:
Pendidikan etika yang diberikan dalam perkuliahan dibutuhkan untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Pengetahuan ini kemudian dimiliki oleh hati nurani dan dapat digunakan sebagai dasar penilaian dan pengambilan keputusan agar sesuai dengan etika dan moral masyarakat.
Masih ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam proses pembinaan hati nurani. Pengeloalaan yang benar dan tepat dilakukan agar moral manusia tetap terjaga. Pada akhirnya pembinaan hati nurani perlu dilakukan sepanjang hidup manusia untuk menuntun langkah manusia menjadi lebih
6. Memberi kesempatan bagi siapapun termasuk yang dikenal sebagai penjahat.
Pada suatu malam, seorang pencuri menyelinap ke sebuah rumah yang di huni oleh seorang nyonya tua, yang saat itu sedang duduk di samping meja. Sungguh beruntung sekali, pikir si pencuri. Tiba-tiba terdengar tangisan nyonya tua itu dengan tersedu-sedu, lalu mengambil sebuah gunting dan mengarahkannya ke leher.
“Ah…..! tidak boleh!” teriak si pencuri. Tanpa sadar ia berlaku sebagai pencuri, dia menerobos ke dalam rumah dan merampas gunting dari tangan nyonya itu.
“Biarkan aku mati…,” ronta nyonya tua itu.
“Masalah apa yang terjadi? Bicarakan padaku, Untuk apa memilih jalan pintas?”
Ternyata Nyonya tua itu baru saja ditinggalkan suaminya. Anak dan menantu tidak berbakti, ditambah lagi menderita sakit hingga merasakan hidup ini tidak berarti lagi. Setelah dinasehati panjang lebar, niat untuk bunuh diri tadi perlahan-lahan hilang. Setelah ramai sejenak, para tetangga mengalihkan perhatian pada si pencuri tadi.
“Terima kasih,Tuan ! Tanpa pertolongan anda, tragedi malam ini tentu akan terjadi”, cetus mereka.
“Kalian terlalu sungkan. Saya menolong nyonya ini adalah suatu reaksi spontan, sungguh tak pantas di puji”,jawab si maling.
“Tuan, apakah marga anda?”
” Saya bermarga Tan.”
Setelah berbasa-basi sebentar,tiba2 salah seorang di antara mereka berkata : “Oh ya! Ada satu hal yang perlu kita ketahui”. kemudian matanya melirik kepada si maling.
“Tuan Tan, bagaimana engkau bisa sampai di sini dan menyelamatkan nyonya tua ini? Dari mana anda masuk?”
Si maling menjadi pusat perhatian puluhan pasang mata. “Celaka! tak mungkin merahasiakannya lagi. Lebih baik berterus terang saja”, pikirnya.
“Saya masuk ke sini dengan memanjat tembok. Semula berniat mencuri,tak tahunya bertemu dengan seorang nyonya tua yang sedang putus asa. Niat mencuri hilang seketika begitu saya masuk ke dalam menyelamatkan si nyonya tua ini”.
Kendati para tetangga terbengong mendengarkannya, namun mengingat ia telah menyelamatkan nyawa orang, maka mereka menasehatinya lalu membiarkannya pergi.
Penjelasan :
Terbukti bahwa seberapa jahatnya manusia,ia tetap memiliki hati nurani untuk menolong orang lain. Kita harus memberikan kesempatan.
sebenarnya hati nurani terbentuk dari berbagai pengalaman (catatan) yang tertanam dalam diri kita Karena sejak kecil kita diajari, berbohong salah/dosa. Karenanya hati nurani akan mengingatkan agar jangan berbohong. Kalau diajarkan bahwa membunuh/mencelakai orang lain adalah perbuatan tidak baik, maka hati nurani akan mengingatkan agar kita tidak membunuh/mencelakai orang lain. Pertanyaan buat semua, sudahkah kita mendidik anak-anak dengan baik. Bahwa mencelakai orang lain itu adalah salah. Orang lain itu sesama kita dan manusia juga umat Tuhan. Tuhan menghendaki kita mengasihi orang lain dan mengasihi itu tidak diwujudkan dengan mencelakai orang lain.
8 Berlatih mendengarkan hati Nurani
Adakalanya hati nurani kita tertutupi.
Suara hati tidak akan keluar jika hati nurani dalam keadaan kotor(tertutup oleh dosa). Dalam keadaan yang demikian yang keluar bukanlah suara hati melainkan emosi. Akan tetapi melalui latihan dan pembuktian kita dapat membedakan suara-suara yang berasal dari dalam diri kita. Latihan untuk mendengarkan suara hati dapat dilakukan dengan cara menenangkan pikiran terlebih dahulu(tidak tergesa-gesa) dan merasakan apa yang ada dalam benak kita yang paling dalam.
Sumber referensi :
http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etika-moral.html
http://nyimasrestu.wordpress.com/dimana-hati-nurani/
http://kuliahbersama.com/hati-nurani.html
http://salvatoradhika.wordpress.com/2009/03/06/peranan-hati-nurani
http://engkaudanaku.wordpress.com/2009/03/16/hati-nurani/
http://eddyharliono.wordpress.com/2009/03/05/peran-hati-nurani/
http://eddyharliono.wordpress.com/2009/03/20/39/
http://biomarin.wordpress.com/2009/06/21/hati-nurani-2/
http://biomarin.wordpress.com/2009/06/21/hati-nurani-1/
http://1kepinghati.wordpress.com/2009/05/26/hati-nurani/
http://princessvan.wordpress.com/2009/03/04/hubungan-etika-dengan-hati-nurani/
http://anton44n.wordpress.com/2009/03/04/peran-hati-nurani-dalam-bekerja/
http://anton44n.wordpress.com/2009/03/19/hati-nurani-sebagi-bagian-hidup-manusia/
http://dhape.wordpress.com/2009/03/19/hati-nurani/
http://antoniusyoga.wordpress.com/2009/03/06/hati-nurani/
This entry was posted on March 18, 20http://princessvan.wordpress.com/2009/03/18/mengolah-hati-nurani/
http://eswandjono.wordpress.com/2008/01/09/hati-nurani/#comment-110
http://marcoadrian27.wordpress.com/2009/03/19/hati-nurani/
baik.http://cutegalzz.wordpress.com/2009/03/20/pembinaan-hati-nurani/
http://dickoaryanantha.wordpress.com/2009/03/04/hati-nurani/
http://fortuneowner.wordpress.com/2009/03/03/hati-nurani/#comment-5
http://ayobangkitindonesiaku.wordpress.com/2007/11/27/akal-yang-liberal-vs-hati-nurani/
http://rhasni.wordpress.com/2009/05/02/hati-nurani/
http://suratpembacaku.wordpress.com/2007/09/27/hati-nurani/
http://ancen.wordpress.com/2009/04/01/pembinaan-hati-nurani/
http://ancen.wordpress.com/2009/03/04/hati-nurani/
http://1kepinghati.wordpress.com/2009/05/26/hati-nurani/
http://fortuneowner.wordpress.com/2009/03/19/pikiran-hati-nurani-dan-faktor-input-hubungannya-dengan-tindakan-manusia/
http://biomarin.wordpress.com/2009/06/21/hati-nurani-1/
http://pormadi.wordpress.com/2006/04/16/hati-nurani-vs-perkara-perut/
http://chr1ssn4.wordpress.com/2009/06/29/cara-mengenal-hati-nurani/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar