STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Rabu, 26 Oktober 2011

Komunikasi Pembelajaran yang Efektif

Bahasa yang digunakan dan proses berpikir yang sedang dilakukan seorang guru sangat berkaitan erat dengan kejelasannya dalam berkomunikasi dengan siswa-siswanya. Komunikasi yang jelas dalam sebuah pembelajaran adalah salah satu syarat pembelajaran dapat berlangsung efektif. Jadi bila kita ingin menjadi guru yang efektif, marilah kita bersama-sama memperbaiki kemampuan kita berkomunikasi kepada siswa-siswa kita pada setiap pembelajaran yang kita laksanakan. Setuju?
Ada beberapa komponen dalam komunikasi pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) penggunaan terminologi yang tepat; (2) presentasi yang sinambung dan runtut; (3) sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan; (4) tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran; dan (5) kesesuaian antara tingkah laku komunikasi verbal dengan tingkah laku komunikasi nonverbal.
Yuk kita pertajam satu-satu. ;)


Penggunaan terminologi yang tepat akan mencegah siswa-siswa dari kebingungan, keragu-raguan, dan kerancuan pada pemahaman siswa. Guru yang efektif berkomunikasi akan menggunakan terminologi yang tepat. Ingat, banyak istilah-istilah khusus yang berbeda makna pada konten pelajaran yang berbeda bukan? Yah, taruh contoh mudah misalnya begini. Guru fisika tidak boleh sembarangan menyebut berat dan massa karena dua istilah ini mempunyai makna yang berbeda. Sebagaimana yang banyak saya lihat, guru-guru kadang-kadang keceplosan menyebut istilah massa dengan istilah berat karena pengaruh dari penggunaan bahasa sehari-hari yang jarang sekali menggunakan istilah massa. Selain itu, masih terkait dengan penggunaan terminologi yang tepat ini, guru juga sebaiknya mengurangi atau menghindari penggunaan kata-kata: barangkali, bisa saja, mungkin, kadang-kadang, atau kata-kata sejenis yang juga akan menimbulkan keraguan siswa, ketidakpastian, bahkan sebagai efek negatif lainnya siswa dapat menganggap guru tidak siap, kurang paham dengan apa yang sedang dibicarakannya, atau gugup. Ketidakpercayaan pada kemampuan atau kesiapan guru sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Presentasi harus sinambung dan runtut? Ya iyalah… masa iya dong, he..he… !!!
Ini masuk akal sekali bukan? Melakukan presentasi yang bagus memang gampang-gampang susah. Gampang, kalau kita memang sudah memikirkan apa yang akan kita bicarakan di kelas. Susah, kalau kita masuk kelas tanpa perencanaan tentang apa yang mau disampaikan. Peresentasi yang sinambung dan runtut itu merupakan salah satu aspek penting dalam kejelasan komunikasi guru yang efektif. Cirinya adalah, presentasi atau diskursus tidak terdistraksi oleh hal-hal yang tidak penting, apalagi yang sama sekali tak ada kaitannya dengan pembelajaran. Presentasi fokus pada hal-hal yang memang ingin dibicarakan. Singkatnya, gak ngalor-ngidul gitu.
Sinyal trasisi atau perpindahan topik bahasan adalah poin penting lain dalam komunikasi pembelajaran yang efektif. Sinyal transisi memungkinkan siswa mengetahui kapan suatu segmen bahasan atau topik berakhir dan dilanjutkan dengan bahasan atau topik baru. Tak semua siswa dengan mudah dapat menyadari segmen-segmen bahasan pembelajaran. Jadi, alangkah baiknya jika kita beranjak dari satu bahasan ke bahasan lainnya mereka kita beri sinyal. Misalnya dengan cara seperti ilustrasi di baah ini:
“Baiklah anak-anak, tadi kita sama-sama sudah melihat contoh-contoh mendiskusikan tentang ciri-ciri daun tumbuhan dikotil yang mempunyai urat daun menjala atau retikulata, sekarang kita akan melihat dan mendiskusikan berbagai contoh-contoh dan ciri dari urat daun tumbuhan monokotil. Kita akan lihat perbedaannya. Siap?”
Nah, pada ilustrasi di atas jelas guru memberi sinyal transisi. Guru menghentikan pembahasan tentang daun tumbuhan dikotil yang mempunyai urat daun menjala (retikulata), kemudian guru mengatakan bahwa ia akan melanjutkan pembelajaran kepada daun tumbuhan monokotil.
Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran adalah komponen komunikasi guru efektif lainnya. Perhatikan ilustrasi ini:
“ Saat kalian menyelesaikan persamaan-persamaan seperti ini, ingat, apa saja yang kamu lakukan pada salah satu ruas persamaan, maka kalian juga harus melakukan hal yang sama pada ruas persamaan lainnya.”
“Perhatikan, saat kalian membaca paragraf-paragraf tulisan kawanmu, beri tanda dengan pensil bila kamu menemukan kesalahan penulisan.”
“ Kalau kalian menemukan tumbuhan dengan ciri-ciri akar, daun, batang, atau bunga yang meragukan apakah tumbuhan itu termasuk tumbuhan monokotil atau dikotil, maka yang harus kalian ingat sebagai penentu utama penggolongan adalah jumlah keping bijinya. Sekali lagi saya katakan, penentu utama penggolongan adalah jumlah keping bijinya. Bila dua berarti dikotil, bila satu berarti monokotil. Pegang itu kuat-kuat.”
Selain melalui kata-kata seperti ilustrasi-ilustrasi di atas, guru juga dapat menambah kekuatan penekanan dengan mengkombinasikannya dengan isyarat-isyarat nonverbal misalnya dengan jari yang diacung-acungkan (bisa membayangkan maksud saya kan?), menulis ulang di papan tulis lalu menggarisbawahinya, atau menyebutnya secara berulang-ulang dan jelas.
Ada pepatah yang mengatakan: “It is not what you say; it is how you say it!”
Nah, kayaknya pepatah itu cocok untuk mengilustrasikan poin kelima ini. Pepatah itu sebenarnya mengacu pada komunikasi nonverbal.
Kesesuaian antara tingkah laku komunikasi verbal dengan tingkah laku komunikasi nonverbal juga merupakan komponen penting komunikasi guru efektif. Guru yang melakukan komunikasi efektif dengan siswa-siswanya mempunyai kesesuaian antara komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbalnya.
Ilustrasi:
Jam pelajaran Bahasa Indonesia. Bu Mariana sedang membimbing Jodi, seorang anak yang agak lamban menangkap pelajaran hari itu dengan lebih intensif di deretan bangku depan, sementara di deret bangku yang arahnya di punggung Bu Mariana dua anak, Doni dan Catra sedang bersenda gurau. Bu Mariana mengenali keduanya dari suara mereka yang terdengar. Tanpa menoleh ke belakang, Bu Mariana menegur Doni dan Catra sembari menandai dengan pensilnya oret-oretan Jodi.
“Doni, Catra, sudah jangan bergurau melulu. Kerjaannya sudah selesai belum?”
Doni dan Catra berhenti dan sekilas memandang Bu Mariana. Mereka yang melihat Bu Mariana masih asyik dengan Jodi kembali bergurau walaupun dengan berbisik-bisik.
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa komunikasi verbal Bu Mariana tidak bersesuaian dengan komunikasi nonverbalnya. Bu Mariana ingin Doni dan Catra berhenti bergurau, tetapi ia tidak terlalu menunjukkan itu kepada mereka berdua-ia bahkan tak melirik ke arah mereka-ia hanya berbicara lewat punggungnya, jadinya Doni dan Catra terus saja melakukan tingkah laku menyimpang dari belajar itu.
Pada intinya, yang ingin saya ungkapkan pada poin kelima ini adalah, apapun yang kita ucapkan harus diikuti dengan kesesuaian sinyal-sinyal komunikasi nonverbal seperti mimik, gerak tangan, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, dll. Bahkan penggunaan ruang seperti bergerak mendekati atau menjauhi siswa. Nah, dengan demikian siswa dapat menangkap motiv, keinginan, dan harapan kita kepada mereka. Adalah sangat tidak mungkin berkomunikasi secara efektif dalam pembelajaran jika tidak terdapat kesesuaian antara komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal guru. Wokeh?
Saran untuk dicoba:
Cobalah besok Anda rekam suara Anda dengan handphone saat sedang mengajar. Ingat, rekamlah sepanjang pelajaran. Lalu putarlah ulang saat suasana tenang. Anda akan menemukan hal-hal ayang tak pernah Anda duga sebelumnya. Dan, jadikanlah ia bahan untuk memperbaiki bagaimana Anda berkomunikasi dengan siswa Anda di lain kesempatan. Percayalah, bahkan seorang guru senior..or..or akan terkejut dengan hasil rekamannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar