STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Rabu, 23 November 2011

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

Pembelajaran yang optimal akan terjadi jika ada interaksi positif antara siswa dan guru. Guru sebagai fasilitator harus dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, dengan harapan pembelajaran di kelas menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian, akan memudahkan dalam mencapai kompetensi belajar siswa.

Definisi dan Deskripsi PAKEM
Istilah PAKEM sebenarnya bukan istilah yang asing, karena pakem digunakan dalam beberapa istilah yang luas, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “pakem” salah satunya memiliki arti “pakan” yaitu sejenis makanan hewan, selain itu pakem juga digunakan pada istilah pewayangan yang memiliki arti cerita asli pewayangan. Tetapi dalam hal ini, pakem muncul dalam istilah pendidikan. PAKEM menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Program Manajemen Berbasis Sekolah disebutkan bahwa PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka membentuk generasi yang kreatif, sedangkan kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi beragam tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang dapat memusatkan perhatiannya secara penuh saat belajar sehingga curah waktu perhatiannya (time on task) tinggi (Depdiknas, 2004: II-8).

Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekankan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai media belajar agar pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan 'pojok baca'.
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya (Depdiknas, 2004:III-8).

Penerapan PAKEM sebagai upaya mengaktifkan siswa, menampilkan kreatifitas siswa, mewujudkan pembelajaran yang efektif dan tetap menyenangkan harus melibatkan beberapa komponen yakni guru, siswa, dan media pembelajaran. Media pembelajaran tidak harus di kelas dengan peralatan yang terbatas, tetapi bisa berupa lingkungan sebagai media pembelajaran dalam bentuk penekanan belajar melalui berbuat.

Seperti yang dilakukan SD Gambiran Banyuwangi, siswa belajar dengan menggunakan media belajar sawah. Siswa yang secara aktif terlibat dalam pembelajaran, mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, mengungkapkan gagasannya, memproses informasi belajar dengan lebih efektif dan lebih menyenangkan.

Sejarah PAKEM
PAKEM telah berkembang pesat di Indonesia sampai saat ini, hal ini dikarenakan PAKEM merupakan sebuah pembelajaran yang mampu mengubah pembelajaran menjadi lebih efektif. Adapun sejarah singkat PAKEM yang ada di Indonesia sebagai berikut:
1. Sejak beberapa tahun, beberapa proyek USAID (United States Agency for International Development) telah berlangsung di Indonesia, terutama di bidang pemerintahan daerah seperti: PERFORM, BIGG, dan CLEAN. Kerjasama selanjutnya di bidang pendidikan yang berada di bawah naungan MBE (Managing Basic Education) pada pelaksanaan MBS (Manejemen Berbasis Sekolah) dan PSM (Peran Serta Masyarakat). Pendidikan Dasar menjadi fokus utama program ini, karena merupakan sektor paling besar yang harus dikelola oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Salah satu contoh, masyarakat sekitar SD Ngepung di Sukapura menanam pisang untuk membantu sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

2. Lima daerah MBE telah membuat nota kesepakatan (MOU) dengan RTI/USAID mengenai pelaksanaan program MBE. Lokakarya manajemen pendidikan telah diadakan pada tanggal 1 s/d 4 September 2003 di Yogyakarta. Survei manajemen pendidikan meliputi beberapa hal, antara lain: pendanaan, perencanaan, pengelolaan guru dan fasilitas. Lebih kurang 90% alokasi dana pendidikan digunakan untuk membayar gaji pegawai, terutama gaji guru.

3. Kepala sekolah, komite sekolah dan guru baru dilatih dalam penerapan MBS dan PAKEM. Yang menjadi kendala dalam pelaksanaan PAKEM adalah kurangnya tenaga pengajar. Efektifitas kelas maksimal 20 siswa, sedangkan dalam realitanya kelas berisi + 30-35 siswa, untuk melaksanakan program PAKEM perlu diadakan kelas paralel. Lokakarya selalu terus diadakan, selain itu pihak-pihak sekolah yang melaksanakan program ini diusahakan dapat mengunjungi sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan MBS, PSM, dan PAKEM dengan baik.

4. Program lain dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah meningkatkan kesehatan anak, sehingga program SHIP (School Health Improvement Program) atau UKS terus digalakkan hingga saat ini.
5. Kemudian MBE menyebar lagi di lima daerah baru, yaitu: Kota Batu dan Kota Madiun di Jawa Timur, serta Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah. PAKEM selain diterapkan pada pembelajaran juga diterapkan kepada guru, yaitu mengelolah dana secara PAKEM pula.

6. MBE sudah mulai menyebar lebih dari 900 sekolah di luar sekolah binaan, di sisi lain pondok pesantren sudah ada yang menerapkan MBS dan PAKEM.

7. Rapat review dan perencanaan diadakan pada tgl. 4 s/d 7 Januari 2004 di Batu untuk ke 9 daerah MBE. Dan pada tanggal 6 s/d 8 Desember 2004 dilaksanakan di Hotel Sanur Paradise, Bali. Pada rapat tersebut MBE Project mengikuti Konferensi Nasional PDPP-PERFORM dan akan melaksanakan workshop analisis pemetaan sekolah di lima daerah baru (Banyumas, Kebumen, Kota Madin, Blitar dan Kota Batu) pada awal 2005. Salah satu tujuan dari MBE adalah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan.

8. Mulai bulan April 2005 MBE akan masuk ke 5 daerah baru di Jawa Tengah dan 6 daerah di Jawa Timur. Jawa Tengah: Kabupaten Purbalingga, Purworejo, Semarang, Sukoharjo dan Kota Magelang. Jawa Timur: Kabupaten Magetan, Malang, Nganjuk, Situbondo, Trenggalek, dan Kota Pasuruan. Di setiap daerah MBE telah dilatih tim 12 orang fasilitator. Mereka dipilih dari guru, kepala sekolah, pengawas dan pegawai pemerintah daerah.

9. Kegiatan di 11 daerah MBE tahap ke 3 telah dimulai dengan diadakannya lokakarya orientasi. Satu prioritas USAID Indonesia adalah pengembangan Pendidikan Dasar. USAID telah mengalokasikan lebih dari $ 100 juta untuk menunjang program baru yang namanya ‘Developing Basic Education’. Tahap ke 3 ini adalah terkait lokarkarya pendanaan pendidikan.

10. Hingga saat ini lokakarya dan pemantauan pelaksanaan MBS, PAKEM terus dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu contoh, Condoleezza Rice Menteri Luar Negeri Amerika Serikat berkunjung ke Indonesia pada tanggal 14 Maret 2006 untuk melihat salah satu sekolah binaan MBE di Jakarta yaitu MI Al-Ma'muriyah di daerah Cikini.

11. Pelatihan MBS dan PSM juga masih berlangsung pada tanggal 7 Maret 2006 di Kecamatan Magetan tepatnya di Aula Cabang Dinas Pendidikan dan 8 Maret 2006 di Kecamatan Maospati di gedung KKG (USAID).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar