STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Minggu, 27 November 2011

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI MTs

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam era pembangunan dan negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini, guru mempunyai  peranan penting dalam mengabdi untuk meningkatkan kecerdasan bangsa termasuk bimbingan pada generasi mendatang, maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh seorang pendidik. Oleh karena itu seorang guru mempunyai kewajiban secara langsung untuk mengawasi dan membantu proises belajar pada peserta didik dan anak didik.
Seorang guru sehubugan dengan tugasnya dalam memantau atau mengembangkan pembelanjaran inulah, maka guru dapat disebut sebagai ujung tombak pembaharuan yang berhasil, menjadi pendukung nilai-nilai dalam masyarakat, menciptaan kondisi  belajar yang baik serta menjamin keberhasilan penidian maja guru harus meningkatkan kompetensinya, yakni kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi  profesional. Kompetensi personal adalah tugas tergadap diri sendiri sedangkan kompetensi sosial adalah berhubungan dengan kehidupan bersaama manusia untuk dapat bergaul dengan sesama manusia dituntut adanya kemamuan berinteraksi dan, memenuhi berbagai persyaratan antara lain saling tolong menolong, saling menghargai, saling tenggang rasa, dan mau membela brsama. Kompetensi profesional guru adalah seseoarang yang bertugas untuk atau menyamaikan ilmu pengetahuan, kecakapan kepada peserta didik yang ertujan untk mengembangkan seluruh aspek pribadi.
Ketiga kompetensi tersebut datas sudah jelas sekai, sangat mempengaruhiproses belajar mengajar, namun yang paling mendasar dan harus dimiliki oleh guru adalah kometensio profesional, kompetensi profesional ini diperlukan suatu kemampuan dalam mewujutkan dan membina kerja sama dengan semua pihak yang ikut bertanggung jwab terhadap proses pendidikan anak, kerja sama tersebut diselenggarakan oleh orang tua urid, pimpinan sekolah, masyarakat sekitar dan bahkan dengan murid yang dihadainya sehari-hari.[1]
Jabatan guru bukan hanya menuntut kemampuan spesialisa keguruan dalam arti menguasai pengetahuan akademik dan kemahiran profesional yang relevan dengan bidang tugasnya sebagai guru, akan tetapi juga pada tingkat kedewasaan dan tanggung jawab serta kemandirian yang tinggi. Kemampuan-kemampuan itu membuat guru memiliki nilai lebih dan kewibawaan yang tinggi terhadap peserta didik.
Guru merupakan salah sat komponen manusiawi dalam proses belajar megajar yang sangat berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu guru sebagai salah satu unsur dibidang pembangunan. Oleh karena itu guru sebagai salah satu unsur dibidang pendidikan harus berperan akif dan menempatkan kedudukan sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang seakin berkembang, hal ini dapat diartikan bahwa pada setiap guru  terltak tangguung jawab untuk memawa para siswa kepada suatu kedewasaan atau taraf pematangan tertentu  dalam rangka ini gurutidak semata-semata sebagai salah pengajar yang hanya menstransfer ilmu pengetahuan,tetapi juga sebagai pendiik dan pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.[2]
Diakui atau tidak, guru akan selalu menjadi unsur penting yang menentukan berhasil atau tidaknya sutu pendidikan. Oleh karena itu maka guru selalu berperan dalam pembentukan sumberdaya manusia yang pontensial dibidang pembangunan bangsa dan negara. Guru adalah orang kedua setelah orang tua yang selalu mendidik dan memgawasi anak, untuk menuju cita-cita dan tujan hidupnya. Oleh karena seorang guru harus memiliki dedikasi yang sangat tinggi dan profesi yang dipilihnya itu bukan pekerjaan samingan sebab diakui atau tidak gurulah yang menentukan keberhasilan anak.
Tidak semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai pendidik atau guru, karena guru harus memiliki benerapa persaratan yang harus dipenuhi oleh setiap calon pendidik atau guru sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar, tenaga pendidik yang bersangkutan harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujutkan tujuan pendidikan nasional.[3]
Peranan guru dalm proses belajar proses belajar mengajar dirasaan sangatlah besar pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku anak didik. Untuk dapat mengubah tingkah lau anak didik sesui dengan yang diharapkan maka diperlukan seseorang guru yang profesional, jyaitu seorang gru yang mamu menggunakan komponen-komponen pendidikan sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan baik.
Dari pekerjaan diatas dapat diketahui profesionalisme guru sangat penting dalam melaksanakan proses dalam belajar mengajatr dan dalam mencapai tujuan pendidikan. Profesionalisme ini dirasakan sangat penting seirng dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian jelasnya bahwa mutu pendidikan dan profesionalisme gru memiliki kaitan yang sangat erat dan salaing mempenaruhi proses pencapaian tujuan pendidikan. Jika guru profrsionalisme yang tiggi dalam pendidikan maka, secara otoimatis mutu pendidikan akan tingi pula. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada masa depan anak didik sendiri maupun bangsa dan negara.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam pembahasan sekripsi ini penulis mengambil judul mengenai “Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Dalam Proses Belajar Mengajar di MTsN Malang I”. Pemilihan judul tersebut diharapkan mampu memberikan sedikit gambaran mengenai upaya dalam meningkatkan profewsionalisme guru, selanjutnya dapat memerikan motifasi bagi para ilmuan untuk meneliti pendidikan lainnya.

B.     Rumusan Masalah
Berpegang dari latar belakang diatas serta dasar pemikiran yang terdapat didalamnya maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di MTsN Malang I?
2.      Bagaimana upaya peningkata profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di MTsN Malang I?
3.      Faktor apa yang mempengaruhi upaya peningkatan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di MTsN Malang I?
C.    Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah tersebut gdiatas maka dalam penelitian ini bertujuan:
1.      Mendiskripsikan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di MTsN Malang 1.
2.      Mendiskripsikan upaya peningkatan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di MTsN Malang 1.
3.      Mendiskripsikan faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di MTsN Mlang 1.
D.    Kegunaan Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penuis ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1.      Untuk menambah pengalaman dan wawasan baru sebagai wadah dan wahana untk mengmbangkan penfgetahuan dan cakrawala berfikir, khususnya dalam dalam bidang pendidikan, sehingga dapat diharapkan apabila sudah terjun dilapangan dapat mampu membantu guru yang erat kaitannya dengan pelaksanaan itu sendiri.
2.      Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menetapkan suatu keputusan dan kebijakan dalam rangka peningkatan profesionalisme guru yang sekaligus untuk mencapai hasil-hasil yang optimal dalam melaksanakan program pendidikan dan pengajaran.
3.      Bagi guru dari sekolah yang bersangkutan dapat dijadikan umpan balik (feedback)  untuk menilai profesionalisme yang dimiliki dalam kegiatan belajar mengajar dan melaksanakan tugs pendidikan. Disaming itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan profesionalisme yang telahdimiliki oleh guru-guru atau sekolah yang bersangkutan.
E.     Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk menghindari kesimpangan siuran dan perluasan masalah dalam pembahasan sekripsi ini sekaligus untuk mempermudah pemahaman, maka perlu dibatasi ruang lingkup pembahasanya berkaitan dengan judul sekripsi, antara lain:
1.      Tentang profesionalisme guru dalam belajar mengajar
2.      Tentang kegiatan upaya peningkatan prfesionaisme guru dalam proses belajar mengajar.
3.      Tentang faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar.

F.     Metode Pembahasan dan Penelitian

1.      Metode Pembahasan
                  Pembahsan dalam sekripsi ini menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
a.      Metode Induksi
Metode induksi adalah suatu pembahasan dengan jalan menguraikan dari hal-hal yang bersifat khusus kumudian menarik kesimpulan secara umum atau dengan kata lain pembahasab dari hal-hal bersifat khusus menuju suatu kesimpulan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Sutrisno Hadi yaitu” berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kem9dian dari fakta-fakta atau peritiwa-peritiwa yang kongkritr itu ditari generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum”[4], metode induksi ini penulis pakai untuk memperoreh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
b.      Metode Deduksi
Metode deduksi adalah cara berfikir yang berangkat darisuatu peristiwa-peristiwa yang umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutrisno Hadi bahwa dari deduksi kita berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik tolak pada pengetahuan umumnya itu hendak menilai sesuatu kejadian yang khusus.[5]
2. Metode Penelitian
a. Penentuan Populasi dan Sampel
Dalam suatu penelitian, menentukan populasi dan sampel adalah suatu keharusan dengan suatu pwersyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Dengan kata lai, apabila populasi dan sampel sudah ditentukan, maka barulah suatu penelitian dapat dilaksanakan, sehingga varuiabel yang akan diteliti dan akan diukur jelas an tertentu an memudadahkan penelitian itu sendiri.
Suharsimi arikunto mengatakan bahwa” apabila seseorang inin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penlitian, maka penelitian merupakan penelitian populasi”[6]. Dari pendapat tersebut dapat difahami bahwa ppulasi adalah totalitas yang menjadi sasaran penelitian yang memiliki karakteristik tertentu dan dapat diketahui secara jelas.
Sedangkan sampel sebagai mana yang diemikakan oleh Ine Wirman Yousa dan Zainal Arifin adalah bagian atau cuplikan dari populasi tersebut.
Adapun yang menjadi ppulasi dari penelitian ini adalah para guru dan kepala sekolah MTsN Malang 1.Yang berjumlah    orang dengan rincian laki-laki   wanita   . mengingat jumlah populasi yang kurang dari 100 orang, maka dalam penelitian ini sampel diambil dari keseluruan populasi yang disebut dengan iostilah “sampel total”. Hal ini dimakasutkan untuk mengetahui semua data dalam populasi. Pengambilan sampel penelitian dari keseluruan populasi ini didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain:
1.      Apabila jumlah keseluruan populasi kurang 100 orang, maka sampel diambil   secar keselruan, sebagai ana kdikatakan oleh suharsimi ariknto ‘untuksekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitiannya merupakan penelitian pioplasi”.[7]
2.      Denan diambil seluruh jumlah guru dan kepal sekolah, maka diaharapkan hasil penelitian lebih cvalit dan lebih obyektif.
3.      Keseluruan dari guru dan kepala sekolah tidak mencapai jumlah 100, maka sebagai ketentuan sampe harus diteliti secara keseluruan.

b. Tehnik Pengumulan Data
Untuk mengumplan data yang diperlkan, peru adanya tehnik pengumpulan data agar bukti-bukti dan fakta-fakta yangdiperoleh sewbagai ata yang obyektif, valit dan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya. Alam pengumulan data sekripsi ini, penulis menggunakan tehnik atau metode sebagai berikut:
1.      Metode Observasi
Metode observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial an gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan data pencatatan.[8]
Dalam halini penulsan menggunakan metode observasi langsung, yaitu akan mengadakan dan pencatatan dalam situasi ynag sebenarnya.metode ini digunakan peneliti untuk mengamati seara langsung tentang keadaan obyek penelitian, keadaan dan sarana prasarana, keadaan fasilitas pendukung, proses belajar mengajar.
2.      Metode Wawancara.
Metode wawancara atau interview adalah suatu percakapan atau tanyak jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah.[9]
         Metode ini gunakan untuk memperoleh informasi dari sumber data yaitu kepala sekolah tentang sejarah berdiirinya, usaha-usaha peningkatan profesionalisme guru dala proses belajar mengajar dan hal-hal lain yang ada hubungannya denga pokok pemahasan.
3.      Metode Angket
Metode angket adalah pengiumpulan ata melalui daftar peranyaan secara tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau kerangan dari sumber data yang berupa orang.[10]
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari guru an kepala sekolah MTsN Mlang 1, yang berkaitan dengan profesionalisme yang dimiliki koleh guru, pelaksanaan tugas guru, faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan profesionaisme guru.
4.      Metode Dokumen
Metode dokumen adalah mencari data mengenai ha-hal atau variabel yang berupa catatan, transkib, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya.[11]
Maksut dari metode dokumen ini adalah metode pengumpulan data dengan cara menguntip pada tulisan atau catatan-catatan tertentu yang dapatmemberikan bukti atau keterangan tentang satuneristiwa. Metode in dugunakan untuk memperoleh data tentang keadaan jumlah guru, baik ditinjaudari segi pengalaman-penalaman pendididkan yang ditempuh maupun dari segi penggunan metode, sarana pendiddikan, dan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar.
c. Tehnik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang penulis peroleh dari hasil observasi, interviw, angket dan dokumenasi, penulis menggunakan analisais deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah pengujian dan analisis data.
Dalam menganalisis data ini digunakan tehnik yang sesuai dengan data yaitu data deskriptif. Adapun yang damaksud dengan deskriptif menurut winarno herakunto, adalah menentukan dan memfikirkan data yang ada,. Misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang nampak, atau tentang suatu roses yang sedang berlagsung, penasuh yang sedang bekerja, klainan yang sedang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan yang meruncing dan sebagainya.[12]
Dengan demikian data yangbtelah terkumpul, kemudian disimpulkan dan ditafsirkan, sehingga terdapat berbagai masalah yang tidak dapat diuraikan dengan tepat dan jelas. Jadi tehnik analisis deskriptif kualitatif, penulis gunakan untuk menentukan, menafsirkan dan menguraikan data yang penulis peroleh dari, observasi, interview dan dokumentasi. Sedangkan data yang berupa angka dari hasil angket, penulis gunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan rumus:

F = P / N
Keterangan:
P = prosentase yang dicari
F = frekuensi yang sedang dicari
N = jumlah responden secara keseluruan[13] 

d. Sistematika Pemahasan
Sistematika yang dimaksut disini adalah merupakan keseluruhan dari isi penelitian secara tingkat yang terdiri dari empat Bab. Dari bab-bab tersebut terdapat sup-sup bab yang merupakan rangkain dari urutan pembahasan dalam penelitian.
Maka sistematika pembahasannya dalam penulisan sekripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisis tentang penjelasan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup masalah, metode pembahasan, dan penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II merupakan pembahasan tentang kajian teori, berisi: pengertian profesionalisme guru, tugas dan tanggung jawab guru, dan kompentensi profesionalisme guru. Kemudian belajar mengajar meliputi: pengertian proses belajar mengajar, beberapa faktor yang mempengarui proses belajar mengajar, fungsi terjun dalam proses belajar mengajar dan tingkatan proses belajar mengajar, upaya peningkatan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar yang terdiri dari upaya penigkatan profesionalisme guru. Dan faktor-faktor yang mempenaruhi upaya peningkatan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar.
Bab III berisi hasil penitian yang membahas latara belakang obyek penelitian mencakupi sejarah sinkatberdirinya MTsN Malang 1, struktur organisasi MTsN Malang 1, keadaan guru dan pegawai MTsN Malang 1.dan keadaan sarana dan prasarana MTsN Malang 1. serta penyajian data dan analisis data.
Bab 1V merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan pegawai dan dilengkapi dengan saran-saran.   
 

[1] Hadari nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta:CV. Haji masagung, 1989), hal.126-127
[2] Ibid. hal.123
[3] Undana-Undang  Sistem Pendidikan Nasional ,(Bandung:Citra Umbara,2003), hal.29
[4] Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I.(Yogyakarta: Penerbit andi offset.1993)hal. 42
[5] Ibid, hal. 45
                [6] Suharsini, prosewdur penelitian suatu pendekatan praktek. (jakarta. Rineke cipta.1993)hal. 102
[7]  Ine Wirman Yousa dan Zainal Arifin. Penelitian dan Stattistik Pendidikan (Jakarta.Bumi     Aksara.1995) hal. 26
[8] Kartini Kartono. Pengatar Metodologi Riset Sosial (Alumni Bandung.1986) hal. 142      
[9] Ibid. hal. 171
[10] Ibid. hal. 200
[11] Suharsiomin Arikunto op.cit. hal. 236
[12] Winarno Herakunto, Pengantar Pendidikan Ilmiah Dasar dan Metode. (Bandung:Tarito,1990)hal. 39
[13] Anas sudiono,pengantar statistik pendidikan.(Jakarta. Rajawali,1997)hal. 40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar