Al-Baqarah dinamai As-Sinâm karena ia adalah puncak dari segala tuntunan Islam. Apabila manusia mampu menghapal, menghayati, dan menjalankannya secara kaffah akan membawanya pada puncak kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Al-Baqarah adalah surat kedua di dalam Al-Quran setelah QS Al-Fatihah. Al-Baqarah merupakan surat terpanjang sekaligus surat yang memiliki jumlah ayat paling banyak, yaitu 286 ayat yang tercakup dalam tiga juz kurang. Selain menjadi surat terpanjang dan terbanyak jumlah ayatnya, Al-Baqarah pun memiliki ayat yang terpanjang dalam Al-Quran, yaitu ayat 282 yang menceritakan tentang utang piutang. Menurut para ulama tafsir, hampir keseluruhan ayat di dalam Al-Baqarah diturunkan di Madinah, khususnya pada masa awal tahun Hijriyah, kecuali ayat 281 yang turun di Mina pada saat peristiwa Haji Wada’ (ibadah haji terakhir yang diikuti oleh Rasulullah saw). Dengan demikian, surat Al-Baqarah dapat dikatagorikan sebagai suratul Madaniyyah.[i]
ARTI NAMA
Al-Baqarah dapat diartikan sebagai ”sapi betina”. Penamaan ini didasarkan pada kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah Swt. kepada Bani Israil (ayat 67 sampai 74). Dalam konteks kisah ini, Alquran menggambarkan sifat orang-orang Yahudi pada umumnya yang suka membantah, keras kepala, dan gemar mencari-cari alasan.[ii]
Selain dinamai Al-Baqarah, surat yang mulia ini memiliki sejumlah nama yang menggambarkan sebagian atau keseluruhan karakteristik atau sifatnya, antara lain:
Pertama, As-Sinâm atau puncak. Al-Baqarah dinamai As-Sinâm karena ia adalah puncak dari segala tuntunan Islam. Apabila manusia mampu menghapal, menghayati, dan menjalankannya secara kaffah akan membawanya pada puncak kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Surat ini dinamai As-Sinâm karena di dalamnya banyak diungkapkan prinsip-prinsip akidah atau pengesaan Allah. Kita paham bahwa tidak ada yang paling tinggi kedudukannya dalam hidup orang-orang beriman kecuali mengagungkan kalimah Lâ ilâha ilallâhu dan keyakinan akan datangnya Hari Pembalasan. Di dalam surat ini pun, Allah Swt menetapkan sejumlah hukum yang tidak disebutkan pada surat-surat lainnya.[iii]
Kedua, Az-Zahra’ atau terang benderang, karena ia dapat memberi petunjuk yang jelas lagi terang benderang kebenarannya. Siapapun yang mau membuka hati dna pikirannya, niscaya akan dapat melihat dan merasakan jelasnya kebenaran yang terkandung di dalamnya.[iv]
KANDUNGAN ISI
Surat Al-Baqarah diturunkan di Madinah untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul di tempat hijrahnya Nabi saw tersebut. Fakta sejarah membuktikan bahwa Madinah yang ditempati Nabi saw ditempati oleh sebuah masyarakat yang sangat heterogen. Di sana terdapat orang-orang Yahudi, Nashrani, kaum Muslimin yang berasal dari berbagai kabilah, dan sejumlah kecil orang Nashrani, ada pula kaum musyrikin. Di antara kaum Muslimin pun ada yang sudah mantap keimanannya, ada yang belum mantap keimanannya, bahkan terdapat orang-orang munafik. Dengan demikian, persoalan yang dihadapi Rasulullah saw di Madinah jauh lebih kompleks dibandingkan ketika berada di Makkah, karena menyangkut aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, militer, pendidikan, dan sebagainya. Dengan melihat gambaran ini saja, jangan heran apabila QS Al-Baqarah termasuk surat yang sangat kompleks kandungannya karena di dalamnya ”merangkum” semua jawaban atas permasalahan yang dihadapi Nabi Muhammad saw. di Madinah dalam rentang waktu sepuluh tahun.[v]
Apabila kita katagorisasikan, ada sejumlah tema besar yang dapat kita temui di dalam QS Al-Baqarah, antara lain:
Pertama, tema yang menguraikan permasalahan akidah. Di dalam Al-Baqarah, terdapat ayat-ayat yang menceritakan tentang Zat Allah, malaikat, setan, iblis, hari Kiamat, sifat-sifat kaum beriman, dan sejenisnya.
Kedua, tema yang menguraikan pandangan orang Yahudi dan kekeliruan-kekeliruan mereka, serta nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka.
Ketiga, tema yang menguraikan tentang hukum-hukum. Kita akan menemukan di dalam Al-Baqarah uraian tentang shalat, zakat, puasa, haji, peperangan, riba, perkawinan, perceraian, iddah, haidh, utang piutang, perjanjian, hukum qishash, hukum halal dan haram, kewajiban menunaikan amanat, hukum mengubah kitab-kitab Allah, hukum sumpah, hukum mencari nafkah, hukum wasiat orangtua, dan sebagainya.
Keempat, tema yang menguraikan tentang kisah-kisah. Di dalam surat ini kita akan mendapati beberapa kisah tentang Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan tentu saja kisah tentang Bani Israil.[vi]
Keempat tema besar tersebut diungkapkan secara silih berganti sehingga seakan-akan tampak rancu dan tumpang tindih. Kita ambil contoh, ketika Al-Quran sedang berbicara tentang puasa, tiba-tiba ada uraian tentang doa, kemudian tentang puasa lagi, lalu disusul dengan pembahasa lain yang seakan tidak berhubungan antara satu sama lain. Padahal, apabila kita teliti, justru ”pencampurbauran” pembahasan tersebut menandakan keserasian, kesempurnaan dan keagungan Al-Baqarah itu sendiri. Al-Quran seakan-akan berpesan agar kita tidak membeda-bedakan satu perintah dengan perintah lain. Kita jangan membedakan antara perintah menjauhi makanan yang diharamkan dengan perintah menjalankan shalat, zakat, haji, berbakti kepada orangtua, dan perintah Allah Swt. yang lainnya. Kita dituntut untuk memeluk Islam secara kaffah dan menyeluruh. Itulah sebabnya perintah untuk berislam secara kaffah disampaikan pula di dalam QS Al-Baqarah.[vii]
HUBUNGAN DENGAN SURAT SEBELUM DAN SESUDAHNYA
Apabila kita lihat penempatannya di dalam Al-Quran, Al-Baqarah berada setelah QS Al-Fatihah dan sebelum QS Ali Imran. Penempatan ini tentu saja memiliki nilai pembelajaran yang sangat tinggi karena Rasulullah saw. menempatkannya sesuai dengan petunjuk dari Allah Swt. Setidaknya ada dua prinsip penting yang harus kita pahami dalam penempatan QS Al-Baqarah di antara Al-Fatihah dan Ali Imran.
Pertama, ditempatkannya sesuatu itu tidak selalu yang datang paling dahulu. Orang yang duduk di depan di sebuah majelis tidak otomatis datang paling dahulu, boleh jadi dia datang paling terakhir. Lihat pula dalam upacara kenegaraan. Presiden yang datang paling akhir biasanya akan duduk paling depan karena kapasitas dan kemuliaannya.
Kedua, ada sebuah keserasian antara yang duduk di sini dengan yang duduk di sana. Itulah mengapa, kalau dalam peringatan Isra Mi’raj, yang duduk di sebelah Presiden adalah Menteri Agama. Kalau upacara militer, yang duduk di sebelah Presiden adalah Panglima TNI. Hal ini mengindikasikan bahwa seseorang dikatakan serasi apabila dia duduk dengan orang yang sesuai dalam waktu yang sesuai pula. Demikian pula ayat-ayat Al-Quran, Alalh Swt. menetapkan urutan dan tempat setiap ayat dalam posisi yang sangat proporsional, saling terkait antara satu sama lain, sehingga menampilkan sebuah harmoni yang menambah keagungan Al-Quran itu sendiri.
Ketiga, biasanya uraian di akhir surat terdahulu dilanjutkan pada awal surat yang kemudian. Dalam konteks pembahasan kita, QS Al-Fatihah ayat terakhir menjelaskan tiga kelompok manusia, yaitu orang-orang yang beiman, orang-orang yang dimurkai (yang tahu kebenaran tapi tidak ikut kebenaran tersebut) dan ada pula yang sesat (yang tidak tahu kebenaran). Ketiga kelompok tersebut dirinci dalam Al-Baqarah, yaitu tentang al-mukminûn, al-muttaqûn, al-kâfirûn, al-munâfiqûn. Dengan kata lain, Al-Baqarah merupakan penjelas kandungan nilai yang ada dalam QS Al-Fatihah.[viii]
Dalam kaitannya dengan QS Ali Imran, di dalam Al-Baqarah pun terdapat uraian yang dirinci di dalam QS Ali Imran. Kalau kita perhatikan, pada akhir QS Al-Baqarah, khususnya ayat 285 menyebutkan tentang sifat-sifat orang beriman yang mengimani para nabi sebelum Rasulullah saw. ”Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): ’Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya’, dan mereka mengatakan: ’Kami dengar dan kami taat’. (Mereka berdoa): ’Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali’.” QS Ali Imran berbicara tentang adanya sekelompok orang Nasrani Najran yang berada di perbatasan Yaman dan Arab Saudi sekarang yang berdiskusi tentang ajaran agama yang berisi tentang penolakan. Nah, argumentasi tentang penolakan-penolakan mereka dibahas dalam QS Ali Imrân.[ix]
KEUTAMAAN SURAT AL-BAQARAH
Setiap surat dalam Alquran memiliki keutamaannya masing-masing, demikian pula dengan Al-Baqarah. Ada sejumlah hadits shahih dari Rasulullah saw. yang menjelaskan tentang keutamaan QS Al-Baqarah, antara lain:
- Dari Abu Umamah Al-Bahili bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Quran, karena ia akan datang memberi syafaat kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Az-Zahrawain, yakni Al-Baqarah dan surah Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah surah Al-Baqarah, karena membacanya adalah berkah dan tidak membacanya adalah penyesalan. Dan para penyihir tidak akan dapat membacanya.”[x]
- Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.”[xi]
- Dari Abu Mas’ud Al-Anshari bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang membaca dua ayat ini, yakni akhir surat Al-Baqarah di suatu malam, maka keduanya telah mencukupinya.”[xii]
- Dari An-Nawwas bin Sam’an berkata bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Pada hari Kiamat akan didatangkan Al-Qur`an bersama mereka yang mengamalkannya di dunia. Yang terdepan adalah surah Al-Baqarah dan Ali Imran, keduanya akan membela mereka yang mengamalkannya.”[xiii]
Selain keutamaan itu, ada pula sejumlah ayat dalam QS Al-Baqarah yang sangat popular di kalangan kaum Muslimin sehingga banyak dijadikan sebagai zikir, doa, dan materi yang paling banyak dihapal dan dibaca dalam banyak kesempatan. Di sini kita dapat menyebutkan ayat 255 atau Ayat Kursi dan ayat 284-186 atau tiga ayat terakhir QS Al-Baqarah.
[i] M. Quraish Shihab, Kajian Tafsir Al-Misbah: Mengenal Surat Al-Baqarah, Metro TV, 1 Ramadhan 1427 Hijriyah.
[ii] Ibid.
[iii] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran Vol I – Surat Al-Fatihah & Surat Al-Baqarah (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm. 84).
[iv] Ibid.
[vi] Ibid.
[vii] Ibid.
[viii] Ibid.
[ix] Ibid.
[x] HR Muslim, No. 804
[xi] HR Muslim, No. 780
[xii] HR Bukhari, No. 5009 dan HR Muslim, No. 1341
[xiii] HR Muslim, No. 805
Tidak ada komentar:
Posting Komentar