STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Rabu, 29 Februari 2012

Pengelolaan Kelas Yang Efektif

Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas merupakan aset bangsa dan negara dalam melaksanakan pembangunan nasional di berbagai sektor dan dalam menghadapi tantangan kehidupan masyarakat dalam era globalisasi. Sumber daya manusia  ini  tiada  lain  ditentukan  oleh  hasil  produktivitas  lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, yang terdiri atasi jalur sekolah dan luar sekolah, dan secara spesifik merupakan hasil proses belajar-mengajar di kelas.
Baca peran guru pada pengelolaan kelas Pendidikan  jalur  sekolah  terdiri  atas  tiga  jenjang  yaitu  pendidikan  dasar, pendidikan  menengah,  dan  pendidikan  tinggi  serta  bersifat  formal,  karena dilaksanakan  secara  berkesinambungan  dan  adanya  saling  keterkaitan  dalam kurikulum yang diajarkan. Jenjang pendidikan yang lebih tinggi baru bisa diikuti apabila jenjang sebelumnya telah selesai diikuti dan berhasil (St. Vembriarto, dkk.,1994  :  48).

Inti dari efektifitas pengelolaan kelas sama artinya dengan kegiatan suatu sekolah atau kelas yakni proses belajar mengajar (PBM). Kualitas  belajar  siswa  serta  para  lulusan  banyak  ditentukan  oleh  keberhasilan pelaksanaan PBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru dalam kelas. Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan PBM. Seringkali muncul berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa ataupun guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM tersebut.
Keluhan-keluhan  itu sebenarnya tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya dapat diminimalisasikan,  apabila  semua  pihak  dapat  berperan,  terutama  guru  sebagai pengelola  kelas  dalam  fungsi  yang  tepat.  Sementara  ini  pemahaman  mengenai pengelolaan kelas nampaknya masih keliru. Seringkali pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana seperti tempat duduk,  lemari  buku,  dan  alat-alat  mengajar.  Padahal  pengaturan  sarana  belajar mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas,  artinya  bagaimana  guru  merencanakan,  mengatur,  melakukan  berbagai kegiatan di kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik. Pengelolaan kelas menurut penulis adalah upaya yang dilakukan guru untuk mengkondisikan kelas dengan mengoptimalisasikan berbagai sumber (potensi yang ada pada diri guru, sarana dan lingkungan belajar di kelas) yang ditujukan agar  proses  belajar  mengajar   dapat  berjalan  sesuai  dengan  perencanaan  dan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam pengelolaan kelas ada dua subjek yang memegang peranan yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengelola, sebagai pemimpin mempunyai peranan yang lebih  dominan  dari  siswa.  Motivasi  kerja  guru  dan  gaya  kepemimpinan  guru merupakan komponen yang akan ikut menentukan sejauhmana keberhasilan guru dalam mengelola kelas.
Banyak  aspek  yang  terkait  dengan  pengelolaan  kelas,  akan  tetapi  dalam  dalam tulisan kali ini yang menjadi perhatian ialah motivasi kerja dan gaya kepemimpinan guru. Kedua variabel ini merupakan faktor yang terkait langsung dengan pribadi guru, yang akan menentukan perilaku guru dalam mengelola kelas.
Efektivitas Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Classroom Manage- ment,  itu  berarti  istilah  pengelolaan  identik  dengan  manajemen.  Pengertian pengelolaan  atau  manajemen  pada  umumnya  yaitu  kegiatan-kegiatan  meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.
Wilford A. Weber (James M. Cooper, 1995 : 230) mengemukakan bahwa “Class- room  management  is  a  complex  set  of  behaviors  the  teacher  uses  to  establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their in- structional objectives efficiently – that will enable them to learn.”
Definisi di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.
Lebih  lanjut  Wilford  mengemukakan  mengenai  pandangan-pandangan  yang bersifat filosofis dan operasional dalam pengelolaan kelas :
1.  pendekatan otoriter: siswa perlu diawasi dan diatur;
2.  pendekatan intimidasi : mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi;
3. pendekatan permisif : memberikan kebebasan kepada siswa, apa yang ingin dilakukan siswa, guru hanya memantau apa yang dilakukan siswa;
4. pendekatan resep masakan : mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak;
5. pendekatan pengajaran : guru menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan;
6. pendekatan modifikasi perilaku : mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa;
7.  pendekatan iklim sosio-emosional : menjalin hubungan yang positif antara guru-siswa ;
8.  pendekatan sistem proses kelompok/dinamika kelompok :  meningkatkan dan  memelihara  kelompok  kelas  yang  efektif  dan  produktif.  Dari  kedelapan pendekatan  tersebut  yang  akan  mengoptimalisasikan  pengelolaan  kelas  adalah pendekatan modifikasi perilaku, iklim sosio-emosional, dan sistem proses kelompok/ dinamika kelompok.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal  antara guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan/persiapan mengajar.
Keberhasilan pengelolaan kelas bergantung pada motivasi guru, artinya guru yang memiliki motivasi yang tinggi akan dapat mengelola kelas dengan baik dan tepat. Mengelola kelas itu sendiri bukanlah tujuan utama dari setiap guru, akan tetapi  apabila  guru  dapat  mengelola  kelas  dengan  baik,  maka  kegiatan  belajar mengajar-nya  akan  berjalan  baik  dan  siswa-siswa-nya  akan  berprestasi  tinggi. Mengelola kelas merupakan sarana/alat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan belajar mengajar. Tujuan guru pada dasarnya adalah bagaimana guru dapat mentransfer materi pelajaran dengan baik, sehingga siswa dapat mengerti dan menerima materi pelajaran yang diajarkan.
Disadari atau tidak, motivasi kerja guru akan mempengaruhi perilaku guru dalam melakukan tugas pekerjaannya. Guru yang pertama-tama memikirkan mengenai penghasilan/gaji akan memandang pekerjaannya sebagai sarana untuk mendapatkan uang, dan sekolah merupakan organisasi yang menjamin kesejahteraan guru. Guru akan  cenderung  agar  sekolah  menerima  siswa  baru  dengan  memperhatikan kemampuan ekonomi siswa/orang tua siswa. Guru akan berupaya untuk memberikan pelajaran tambahan sebanyak mungkin pada siswa agar mendapatkan tambahan honor sebagaimana diharapkan. Guru juga akan mengajar di banyak sekolah agar mendapat penghasilan tambahan. Akibat perilaku guru seperti itu, guru tidak akan sempat  mempersiapkan  pelajarannya  dengan  baik  atau  memeriksa  tugas  siswa satu per satu; guru hanya akan mengajar dengan metode mengajar yang mudah dilakukan baginya tanpa memperhatikan apakah siswa-siswanya dapat mengerti materi pelajaran yang diajarkannya.
Sebaliknya  guru  yang  menaruh  perhatian  pada  perkembangan  siswa,  akan berupaya menyumbangkan segala kemampuannya untuk kepentingan siswa. Guru berupaya membantu siswa yang mempunyai kemapuan belajar yang rendah. Guru akan menggunakan berbagai metoda mengajar agar siswa dapat mengerti materi pelajaran yang diajarkannya. Guru tersebut akan mempunyai kreativitas yang tinggi; mau mengorbankan waktunya agar siswa bisa berprestasi. Guru akan merasa puas apabila siswa berhasil dengan baik.
Kedua perilaku guru yang digambarkan di atas tidak terlepas dari motivasi yang dimiliki guru. Guru yang satu mempunyai motivasi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan guru yang lain mempunyai motivasi yang tinggi, bukan untuk kepentingan diri guru itu sendiri, melainkan untuk kepentingan siswa, untuk kepentingan proses belajar mengajar yang dilakukannya agar siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkannya, dapat mengembangkan potensi dirinya, dapat mempunyai wawasan yang luas dan berprestasi tinggi.
Guru yang memiliki motivasi yang tinggi dan tidak hanya untuk kepentingan dirinya,  akan  dapat  melakukan  pengelolaan  kelas  dengan  tepat.  Guru  tersebut akan  menaruh  perhatian  bagi  siswa  dan  kelasnya.  Guru  akan  melakukan  yang terbaik  bagi  siswa.  Dalam  mentransfer  materi  pelajaran  pada  siswa,  guru  akan mempelajari dan mengatur kelas sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan  proses  belajar  mengajar  dengan  baik.  Guru  akan  mencermati kemampuan  para  siswa  satu  per  satu,  sehingga  guru  mengetahui  kemampuan siswa  pada  tingkatan  rendah,  sedang  atau  tinggi.  Dengan  demikian  guru  akan menentukan siswa-siswa yang mana, yang perlu mendapat bimbingan yang banyak; guru dapat menentukan metoda mengajar atau media pembelajaran yang harus digunakan.  Guru  akan  menentukan  berapa  banyak  tugas  yang  perlu  diberikan. Hubungan yang bagaimana yang perlu dilakukan guru dengan siswa, agar kesulitan belajar siswa dapat teratasi; motivasi belajar siswa terus meningkat.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru ada hubungan dengan efektivitas pengelolaan kelas. Makin tinggi motivasi kerja guru, makin tinggi efektivitas pengelolaan kelas yang dapat dicapai. Demikian pula motivasi kerja guru ada hubungannya dengan gaya kepemimpinan guru dalam arti guru yang memiliki motivasi  kerja  tinggi,  akan  berupaya  untuk  melakukan  berbagai  strategi  untuk keberhasilan  PBM-nya  termasuk  untuk  menggunakan  gaya  kepemimpinan  yang
tepat.
Gaya kepemimpinan yang perlu dimiliki guru adalah gaya kepemimpinan situasional, artinya seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan suatu gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan kelas dalam melaksanakan PBM.
Gaya kepemimpinan ini akan menentukan efektivitas dan efisiensi kepemimpinan seseorang. Pengelolaan kelas yang berhasil dengan baik akan ditentukan pula oleh kepemimpinan  dan  gaya  kepemimpinan  guru  yang  mengelola  kelas  tersebut. Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.
Selain faktor motivasi kerja guru, faktor lain yang ada pada pribadi guru dan ikut  menentukan  efektivitas  pengelolaan  kelas  yaitu  gaya  kepemimpinan  guru. Gaya kepemimpinan adalah bagian dari kepemimpinan seorang guru yang disadari atau tidak, dimiliki oleh guru tersebut. Gaya memimpin kelas   memberikan bobot tersendiri bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dalam mentransfer materi pelajaran pada siswa.
Kemampuan siswa akan menentukan apa yang harus dilakukan guru agar materi pelajaran yang diajarkan dapat diterima, dipahami siswa, serta tujuan pengajaran dapat dicapai. Kemampuan siswa diistilahkan oleh Hersey & Blanchard sebagai tingkat kematangan  siswa,  yaitu  :  rendah,  moderat,  dan  tinggi.  Masing-masing  tingkat kematangan  ini  memerlukan  gaya  kepemimpinan  yang  berbeda.  Berkenaan  hal itu, peneliti berpendapat perlunya gaya kepemimpinan situasional, yang menurut Hersey & Blanchard, didasarkan pada : 1) the amount of guidance and direction (task behavior)  a  leader gives; 2) the amount of sosio-emotional  support (rela- tionship behavior) a leader provides; and 3) the readiness level that the follower exhibit in performing a specific task, function or objectives. (1993 : 194).
Kesiapan/kondisi  kemampuan  siswa  yang  tidak  sama  satu  dengan  yang  lain merupakan faktor yang nyata ada dalam kelas dan tidak bisa dihilangkan. Oleh karena  itu  pengelolaan  kelas  yang  harus  dilakukan  guru,  salah  satunya  untuk mengatasi hal tersebut, dan siswa tetap dapat menerima materi pelajaran serta berprestasi.
Sumber : http://cafebaca.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar