A.
Konsep
Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan
pendelegasian otoritas pengambilan keputusan untuk mengelola sumber daya yang
ada di tingkat sekolah seperti keuangan, kurikulum, serta profesionalisme guru.
Konsep manajemen berbasis sekolah ini dimunculkan
sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan
dari topdown yang ada selama ini yaitu:
1. Kepala
sekolah tidak memiliki kewenangan yang cukup dalam mengelola sumber daya
sekolah yang dipimpinnya.
2. Kemampuan
manajemen kepala sekolah pada umumnya rendah, terutama pada sekolah negeri.
3. Pola
anggaran yang diberlakukan tidak memungkinkan guru mengajar secara
professional.
4. Minimnya
peran serta masyarakat untuk ikut bertanggung jawab dan mengelola sekolah.
Dengan demikian, pendekatan system ini menekankan
perlunya seluruh komponen sekolah dan masyarakat yang tergabung dalam dewan
sekolah berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sekolah, sehingga segala
keputusan yang berkaitan pengelolaan sekolah dibuat oleh mereka yang memiliki
akses paling besar terhadap informasi setempat dan mereka bertanggunga jawab
atas pelaksanaan keputusan. Ini berarti, manajemen berbasis sekolah dalam
implementasinya harus melalui pendekatan budaya sekolah.
B.
Elemen-elemen Sekolah/Madrasah
1. Budaya
Sekolah
Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan symbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah,
guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Alasan para
penilik dan kepala sekolah menggunakan pendekatan budaya sekolah ialah:
·
Pendekatan budaya lebih
menitik beratkan faktor manusia daripada faktor
lainnya. Peran manusia amat sentral dalam suatu proses perubahan berencana,
bukan struktur atau peraturan legal.
·
Pendekatan budaya
menekankan pentingnya peran nilai dan keyakinan dalam diri manusia. Aspek ini
merupakan elemen yang sangat berpengaruh dalam membentuk sikap dan perilaku.
Karena itu, pendekatan budaya memprioritaskan transformasi nilai dan keyakinan
terlebih dahulu dalam perubahan yang bersifat legal-formal.
·
Pendekatan budaya
memberikan penghormatan dan penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada.
Sikap ini akan menciptakan rasa saling percaya dan kebersamaan diantara anggota
organisasi. Rasa kebersamaan akan memunculkan kerja sama dan kerja sama akan
mewujudkan sikap profesionalisme.
2. Dewan
Sekolah
Disamping budaya sekolah, elemen yang sangat penting
dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah adalah dewan sekolah atau komite
sekolah. Dewan sekolah, seperti yang telah dik,emukakan diatas, merupakan
pemegang otoritas pengelolaan pendidikan. Dewan sekolah ini beranggotakan
komponen sekolah dan masyarakat yang komitmen terhadap dunia pendidikan dan
paling besar akses informasinya terhadap masyarakat setempat.
Manajemen berbasis sekolahdengan pendekatan budaya
sekolah dan optimalisasi dewan sekolah diharapkan menumbuhkan bibit-bibit
unggul dan SDM yang dapat menata pendidikan sekaligus menata bangsa, yang
selama ini dalam kondisi babak belur.
3. Kurikulum
Berbasis kompetensi Lokal
Dalam persaingan global, agak perlu menengok
kembali, potensi lokal (daerah) dalam mendayagunakan pendidikan agar tampil
prima dan mampu bertarung dalam persaingan global, apalagi di era otonomi
daerah yang membuka lebar kran demokrasi, partisipasi dan multikulturalisme.
Penyeragaman dan pemusatan sudah menjadi istilah
yang kuno. Keunikan dan potensi local mesti lebih banyak digali dan diserap
oleh dunia pendidikan, agar para lulusannya lebih mampu mendayagunakan potensi
daerah supaya masyarakat menjadi lebih sejahtera.
Tidak seperti kecenderungan yang terlihat sekarang,
karena tidak ada kekhasan dan keunikan masing-masing lembaga, semuanya nyaris
serba sama dan seragam, lantas terjadi persaingan yang tidak sehat. Dalam
konteks pendidikan brpotensi likal ini, meskipun berbagai lembaga pendidikan
sama-sama memiliki status sebagai akademi, institute, atau universitas, namun
pada lokasi dengan latar budaya dan kondisi alam yang berbeda, setiap lembaga
pendidikan tersebut mesti memiliki “ciri
khas dan keunikan” masing-masing, sekaligus menyiratkan keluwesan dan
diversifikasi. Keunikan/kekhasan tersebut lebih lanjut bisa berupa kekhasan
yang didasarkan pada penguasaan keilmuan ataupun didasarkan keunikan
local/daerah.
C.
Manajemen komponen-komponen Sekolah/Madrasah
Manajemen
personalia berfungsi untuk menyiapkan tenaga yang menangani proses pendidikan,
terutama guru/ustadz/dosen, manajemen kesiswaan berfungsi untuk menyiapkan
peserta didik sebagai peserta aktif dalam proses pendidikan, manajemen
kurikulum berfungsi berfungsi untuk menyiapkan bahan yang akan diajarkan
guru/ustadz/dosen dan dipelajari siswa/santri/mahasiswa, manajemen keuangan
berfungsi untuk menyiapkan biaya, sedangkan manajemen sarana-prasarana
berfungsi untuk menyiapkan tempat berlangsungnya proses pendidikan.
a. Manajemen
Personalia Sekolah/Madrasah
Proses pendidikan tidak akan berhasil dengan baik
tanpa peran guru. Secara institusional, kemajuan suatu lembaga pendidikan lebih
ditentukan oleh pimpinan lembaga tersebut daripada oleh pihak lain. Akan
tetapi, dalam proses pembelajaran, guru berperan paling menentukan melebihi
metode atau materi.
Peranan guru sangat penting bisa menjadi potensi
besar dalam memajukan atau meningkatkan mutu pendidikan, atau sebaliknya, bisa
juga menghancurkannya.
Manajemen personalia memiliki tujuan tertentu yang
berorientasi pada optimalisasi sistem kerja dalam lembaga pendidikan. E. Mulyasa mengatakan bahwa manajemen personalia atau
tenaga kependidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara
efektif dan efisien guna mencapai hasil yang optimal, namun dengan tetap dalam
kondisi yang menyenangkan.
Tujuan tersebut mengupayakan adanya keseimbangan antara
proses bekerja dengan situasi kerja. Pendayagunaan tenaga pendidikan secara
efektif dan efisiensi tersebut merupakan pemanfaatan tenaga sehingga bisa
bekerja secara maksimal dan produktif sekaligus menekankan pemborosan.
Selanjutnya, manajemen tenaga kependidikan (Guru dan
personel) mencakup tujuh komponen yaitu :
1.
Perencanaan pegawai
2.
Penggadaian pegawai
3.
Pembinaan dan
pengembangan pegawai
4.
Promosi dan mutasi
5.
Pemberhentian
pegawai
6.
Kompensasi
Penilaian pegawai
Tujuh komponen ini dilaksanakan secara tertib, urut, dan
berkesinambungan sehingga harus melalui tahap-tahap yang telah ditentukan.
b.
Manajemen Kesiswaan
Sekolah/Madrasah
Manajemen kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik mulai dari awal masuk (bahkan, sebelum masuk)
hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat
berjalan dengan lancar, tertib, teratur, serta mampu mencapai tujuan pendidikan
sekolah.
Oleh karena itu, manajemen kesiswaan pendidikan bisa dilihat dari segi tahapan dalam masa
studi di sekolah/madrasah dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1.
Tahap penerimaan
siswa baru (tahap penyaringan)
2.
Proses pembelajaran
(pemprosesan)
3.
Persiapan studi
lanjut atau bekerja (pendistribusian).
c.
Manajemen Kurikulum
Sekolah/Madrasah
Dalam kasus pendidikan di Indonesia, problem paling besar
yang dihadapi bangsa ini bukan problem kurikulum, meskipun bukan berarti kurikulum
tidak menimbulkan problem. Masalah kesadaran merupakan problem yang paling
besar, yaitu lemahnya kesadaran untuk berprestasi, kesadaran untuk sukses,
kesadaran untuk meningkatkan SDM, kesadarn untuk menghilangkan kebodohan,
maupun kesadaran untuk berbuat yang terbaik.
Kurikulum dalam dunia pendidikan memiliki ciri-ciri
tertentu. Al-Syaibani mencatat ciri-ciri
tersebut sebagai berikut :
1.
Menonjolkan tujuan
agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan, metode, alat, dan tekniknya.
2.
Memiliki perhatian
yang luas dan kandungan yang menyeluruh.
3.
Memiliki
keseimbangan antara kandungan kurikulum dari seni, kemestian, pengalaman dan
kegiatan pengajaran yang beragam.
4.
Berkecenderungan
pada aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan
kwjuaraan dan bahasa asing untuk perorangan maupun bagi mereka yang memiliki
kesediaan, bakat, dan keinginan.
5.
Keterkaitan
kurikulum dengan minat, kemampuan, kebutuhan, dan perbedaan perorangan di
antara mereka.
Pengembangan
kurikulum pada tingkat, mulai dari tingkat kelas sampai tingkat nasional.
Urutan tingkat tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :
1.
Pengembangan
kurikulum pada tingkat guru kelas.
2.
Pengembangan
kurikulum pada tingkat kelompok guru dalam suatu sekolah.
3.
Pengembangan
kurikulum pada tingkat pusat guru.
4.
Pengembangan
kurikulum pada tingkat sekolah.
5.
Pengembangan
kurikulum pada tingkat nasional.
Selanjutnya, Hamalik menyatakan bahwa pengembangan
kurikulum harus dikaitkan dengan perkembangan komponen yang mendasari
perencanaan dan pengembangan kurikulum. Komponen-komponen itu adalah :
1.
Perkembangan tujuan
pendidikan.
2.
Perkembangan teori
belajar.
3.
Perkembangan siswa.
4.
Perkembangan
kultur.
5.
Perkembangan bentuk
kurikulum yang digunakan.
Keterkaitan antara komponen ini penting untuk
menyesuaikan dengan berbagai kebutuhan dalam proses pembelajaran sehingga
terdapat relevansi antara orientasi kurikulum dengan kebutuhan dalam
masyarakat. Pada akhirnya, kurikulum itu dapat ikut mengantarkan keberhasilan
pendidikan.
Adapun pada tahap pelaksanaan kurikulum menurut panduan
manajemen sekolah meliputi tahap perencanaan, pengorganisasian, dan koordinasi,
pelaksanaan, serta pengendalian.
Ada tiga indikator pembelajaran unggulan, yaitu:
1.
Dapat melayani
semua siswa.
2.
Semua anak
mendapatkan pengalaman belajar semaksimal mungkin.
3.
Proses pembelajaran
sangat bervariasi bergantung pada tingkat kemampuan anak yang bersangkutan.
d.
Manajemen Keungan
sekolah atau Madrasah
Keuangan dan pembiyaan merupakan pontensi yang sangat
menentukan dalam penyelengaraan pendidikan.Kedua hal tersebut merupakan
komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan, proses
belajar mengajar disekolah bersama komponen-komponen lainnya
Ada dua hal yang menyebabkan timbulnya perhatian yang
besar kepada keuangan yaitu,:
1.
Keuangan termasuk
kunci penentu kelangsungan dan kemajuan lembaga pendidikan.kenyataan ini
mengandung konsekuensin bahwa program-program pembaruan atau pengembangan
pendidikan bisa gagal dan berantakan manakalah tidak di dukung oleh keuangan
yang memadai
2.
Lazimnya uang dalam
jumlah besar sulit sekali didapatkan khususnya bagi lembaga pendidikan swasta
yang baru berdiri. Dana sangat terkait dengan kepercayaan. Jika ingin
mendapatkan dana dari BP3 atau masyarakat, sekolah harus memiliki program yang
bagus sehingga masyarakat yakin program-program tersebut dapat berjalan dengan
baik dan bermanfaat.
Tanggung jawab pendanaan pendidikan, terutama menyangkut
madrasah diniyah, taman pendidikan al-quran, dan pesantren hingga sekarang ini
masih belum mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah pusat atau daerah.
Baru sebatas masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap lembaga-lembaga
tesebut dengan memberi bantuan. Jadi, amanat UU tentang sistem pendidikan
nasional pasal 46 ayat 1 tesebut masih belum dilaksanakan secara memadai oleh
pemerintahan pusat maupun pemerintah daerah sebagai sumber keuangan dalam
konteks pendidikan.
Sumber
keuangan atau pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam 3 sumber, yaitu :
1.
Pemerintahan, baik
pemerintahan pusat, daerah maupun keduanya bersifat umum dan khusus serta
diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan.
2.
Orang tua atau
peserta didik.
3.
Mayarakat, baik
mengikat maupun tidak mengikat.
Sementara itu, dilihat dari segi penggunaan sumber dana
dapat dibagi menjadi dua.
·
Anggaran untuk
kegiatan rutin , yaitu gaji dan biaya operasional sehari-hari sekolah.
·
Anggaran untuk
pengembangan sekolah.
D.
Manajemen Sarana
dan Prasarana Sekolah/Madrasah
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dalam proses belajar mengajar seperti gedung,
ruang kelas, meja, kursi, serta media pengajaran.Adapun prasarana pendidikan
adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pengajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah.
Sarana dan prasarana pendidikan dalam lembaga pendidikan
sebaiknya dikelola dengan sebaik mungkin sesuai ketentuan-ketentuan seperti ini
:
·
Lengkap, siap
dipakai setiap saat, dan awet.
·
Rapi, indah,
bersih, anggun, dan asri dan menyejukkan pandangan dan perasaan siapapun yang memasuki
kompleks lembaga pendidikan.
·
Kreatif, inovatif,
responsif, dan variatif sehingga dapat merangsang timbulnya imajinasi peserta
didik.
·
Memiliki jangkauan
waktu pengguna yang panjang melalui perencanaan yang matang untuk menghindari
kecenderungan bongkar pasang bangunan.
·
Memiliki tempat
khusus untuk beribadah maupun pelaksanaan kegiatan sosial, religius seperti
musholla atau masjid.
Oleh karena itu, sarana dan prasarana sekolah/madrasah
seharusnya diupayakan semaksimal mungkin agar lembaga pendidikan memiliki daya
tarik yang khas. Jika terjadi demikian maka posisi lembaga tersebut terhadap
masyarakat sekitar sangat lah tinggi. Hal ini sangat mungkin terjadi jika
sarana prasarana ini mendapat perhatian besar dari pihak-pihak terkait mulai
dari tahap perencanaan hingga perawatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Manajemen personalia
berfungsi untuk menyiapkan tenaga yang menangani proses pendidikan, terutama guru/ustadz/dosen,
·
manajemen kesiswaan berfungsi untuk menyiapkan
peserta didik sebagai peserta aktif dalam proses pendidikan,
·
manajemen kurikulum berfungsi
untuk menyiapkan bahan yang akan diajarkan guru/ustadz/dosen dan dipelajari
siswa/santri/mahasiswa,
·
manajemen keuangan berfungsi untuk menyiapkan
biaya,
·
manajemen sarana-prasarana berfungsi untuk
menyiapkan tempat berlangsungnya proses pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar