BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah masyarakat (Bani Abbasiyah) yang punya kesadaran yang tinggi akan ilmu, hal ini ditunjukan masyarakat yang sangat antusias dalam mencari ilmu, penghargaan yang tinggi bagi para ulama, para pencari ilmu, tempat-tempat menuntut ilmu, banyaknya perpustakaan-perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum dan juga hadirnya perpustakaan Bayt al-Hikmah yang disponsori oleh khalifah pada waktu yang membantu dalam menciptakan iklim akademik yang kondusif. Tak heran jika kita menemukan tokoh-tokoh besar yang lahir pada masa ini. Tradisi intelektual inilah yang seharusnya kita contoh, sebagai usaha sadar keilmuan kita dalam mengejar ketertinggalan dan ini segera lepas dari keterpurukan
Sejak terbunuhnya Marwan bin Muhammad,
khalifah terakhir dari Dinasti Umayyah oleh seorang pemuda berdarah Persia yang
gagah berani dan cerdas bernama Abu Muslim Al- Khurasani di Fusthath, Mesir
pada bulan Dzulhijjah 132 H bertepatan dengan tahun 750 M, maka berakhirlah
kekuasaan Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa kurang lebih 90 tahun. Dan itu
berarti secara resmi sejak itu kekuasaan berpindah ke tangan Bani Abbas yang
kemudian lebih dikenal dengan Daulah Abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembentukan Khalifah Bani Abbas
Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al- Saffan Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah
Ibn Abbas. Kekuasaannya berlangsung pada rentang waktu yang panjang, dari tahun
132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan politik,
sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu para
sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
1. Periode
pengaruh Persia pertama (132 H/750 M – 232 H/ 874 M)
2. Periode
pengaruh Turki pertama (232 H/847 M – 334 H/945 M)
3. Pengaruh
persia ke kedua (332 H/945 M – 447H/1055 M)
4. Masa
pengaruh turki kedua (447 H/1055 M- 590 H/1194 M)
5. Periode
kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pngaruh dinasti
lain, tetepi kekuasaanya hany efektif di sekitar kota Bagdad.
Pada periode
pertama, pemerintahan Bani abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis,
para khalifat betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini jga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dan Islam. Namun, setelah periode ini berakhir,
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan
ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa
pemerintahan abu Al-Abbas, pendiri dinasti ini, sangat singkat, yaitu dari
tahun 750 M sampai 754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah
adalah Abu Ja’far Al- Manshur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi
lawan-lawannya dari Bani Umayah, Khawarij, dan juga Syi’ah yang merasa
dikucilkan dari kekuasaan. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, kekuasaannya
adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh Khalifah sebelumnya
di Syiria dan Mesir, karena tidak sedia membaiatnya, dibunuh oleh Abu Muslim
Al-Khurasani atas perintah Abu Ja’far.
Popularitas
daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809
M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak di manfaatkan
Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi
terwujud pada zaman khalifah ini. Pada masa inilah negara Islam menempatkan
dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma’mun, pengganti
Al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa
Al-Ma’mun inilah Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Al- Mu’tashim,
khalifah beriktnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki
untuk masuk dalam pemerintahan, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem
ketentaraan. Praktik orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Dengan
demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat. Dalam
periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas,
baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu
seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi
Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syi’ah dan konflik
antarbangsa serta aliran pemikiran keagamaan.
Puncak
perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani
Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa
Bani Abbas sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan
Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, diawal Islam, lembaga pendidikan
sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua
tingkat.
1. Maktab/Kuttab.
2. Tingkat
pendalaman.
Perkembangan
lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan. Hal ini sangat di tentukan oleh perkembangan bahasa arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman bani Umayah maupun
sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu paling tidak juga
di tentukan oleh dua hal, yaitu :
1. Terjadinya
asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
2. Gerakan
terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase.
Pengaruh
dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan
terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi
juga ilmu pengetahuan agama.
Aliran-aliran
teologi sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murjiah, dan
Mu’tazilah. Akan tetapi, perkembangan pemikirannya masih terbatas. Nemun,
pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru dirumuskan pada
masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan
pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam.
Pengaruh
gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama
di bidang Astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.
Demikianlah
kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan islam
pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya dikala itu. Pada masa
ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan
kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan, dan kegemilangan.
Fase keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas
periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami
masa kemunduran.[1]
B.
Peta Wilayah Bani Abbas
Daulat Bani
Abbasiyah didirikan oleh Abul Abbas Assafah (Si penumpah darah) bersama dengan
Ibrahim al Imam dan Abu Ja’far al Mansur. Daulat Bani Abbasiyah menduduki
singgasana kekhalifaan selama 5 abad yaitu abad VII sampai dengan abad XIII
tepatnya mulai pada tahun 132 H (749 M) bersamaan dengan diangkatnya Abul Abbas
Assafah sampai dengan tahun 656 H (1258 M) ketika pasukan Hulago Khan menyerbu
Bagdad.
Masa
pemerintahan antara zaman Abul Abbas Assafah sampai dengan Al Watsik billah
pada tahun 232 H (879 M) adalah masa kejayaan dan kemasan Islam yang gilang
gemilang – setelah itu daulat bani Abbasiyah mulai mengalami kemunduran
walaupun setelah al Watsik Billah, kerajaan bani Abbasiyah masih diperintah
oleh 26 khalifah lagi.
Peta daerah yang telah dikuasai oleh umat Islam (bani Abbasiyah) sangat luas, namun terbagi menjadi dua bagian yaitu:
Peta daerah yang telah dikuasai oleh umat Islam (bani Abbasiyah) sangat luas, namun terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Daerah yang dikuasai langsung oleh Bani Abbasiyah
a. Wilayah
Timur (Asia Tengah, Hindia dan perbatasan China (masa al Mahdi 158 169H).
b. Wilayah Bizantium yaitu selat Bosporus pada zaman al Mahdi (165 H)
c. Wilayah-wilayah yang dulunya dikuasai oleh Bani Umayah yaitu Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, Iran, Yordania, Palestina, Lebanon, Mesir, Afghanistan, Pakistan, Libia, Tunisia, Aljazair, Maroko.
d. Wilayah Eropa misalnya Turki, Armnenia dan laut Kaspia (Uni Sovyet/Rusia).
e. Daerah yang tidak dikuasai langsung oleh Bani Abbasiyah yaitu daerah yang menjadi basis Bani Umaiyah seperti Andalusia (Kordova, Granada dan Toledo).
b. Wilayah Bizantium yaitu selat Bosporus pada zaman al Mahdi (165 H)
c. Wilayah-wilayah yang dulunya dikuasai oleh Bani Umayah yaitu Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, Iran, Yordania, Palestina, Lebanon, Mesir, Afghanistan, Pakistan, Libia, Tunisia, Aljazair, Maroko.
d. Wilayah Eropa misalnya Turki, Armnenia dan laut Kaspia (Uni Sovyet/Rusia).
e. Daerah yang tidak dikuasai langsung oleh Bani Abbasiyah yaitu daerah yang menjadi basis Bani Umaiyah seperti Andalusia (Kordova, Granada dan Toledo).
2. Daerah taklukan baru terbagi
dalam tiga kelompok yaitu daerah kerajaan Bizantium (Romawi Timur), daerah
Andalusia dan daerah di Afrika. Terhadap tiga daerah tersebut ditempuh
kebijakan antara lain :
a. Kerajaan
Bizantium – Raja Bizantium pada tahun 138 menyerang wilayah Islam, namun
Khalifah Al Mansur dapat menangkisnya. Setelah al Mansur berhasil menstabilkan
keamanan dalam negeri, maka mulailah ia menyerang kerajaan Bizantium – akhirnya
mereka minta damai dan membayar pajak tahunan.
b. Negeri Andalusia – karena
letaknya yang jauh dari pusat pemerintahan di Bagdad, maka al Mansur hanya
mengikat persaudaraan dengan raja-raja Eropa agar supaya memerangi kerajaan
Bani Umayah di Andalusia.
c. Negeri Afrika – negera-negara di
Afrika dipimpin oleh para Amir yang kerap kali terjadi peperangan diantara
mereka, maka pada tahun 155 H. barulah negeri itu dikuasai oleh Bani Abbasiyah.[2]
C. Latar Belakang munculnya Dinasti-Dinasti Kecil dan Pengaruhnya terhadap khilafah
Dalam periode
pertama, sebanarnya banyak tntangan dan gangguan yang dihadapi dinasti Abbasyiah.
Beberapa gerakan politik yang merongrong pemerintahan dan mengganggu stabilitas
muncul dimana-mana, baik gerakan dari kalangan intern bani Abbasyiah sendiri
maupun dari luar.
Dari
latarbelakang dinisti-dinasti itu tampak jelas adanya persaingan antar bangsa,
terutama antara arab, persia, turki. Dan dinasti-dinasti ini juga memiliki
paham keagamaan yang berbeda, dan Syiah ada yang Sunni. Dengan munculnya
dinasti-dinasti tersebut menyebabkan kemunduran bani Abbas pada periode ini,
adapun faktor lain yang menyebabkan kemunduran bani Abbas adalah :
1.
Luasnya wilayah kekuasaan daulat
Abbasyiah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.bersamaan
dengan itu tingkat saling percaya dikalangan para penguasa dan pelaksana
pemerintahan sangat rendah.
2.
Dengan profesionalisasi angkatan
bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3.
Keuangan negara sangat sulit karena
biaya yang dikeluarkan untuk tentara sangat besar. Pada saat kekuatan militer
menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Faktor lain yang menyebabkan perang
politik bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan.
D. Perang
salib
Sebagaimana
telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh
Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071 M). tentara Alp
Arselan yang berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil
mengalahkan tentara romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara
romawi, Ghuz, AL-Akraj, A-Hajr, Prancisdan Armenia. Peristiwa besar
ini menanamkan kebencian
orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan perang salib. Kebencian itu bertambah setelah
dinasti seljuk dapat merebut bait Al-Maqdis
pada tahun 471 H darikekuasaandinastiFathimiyah yang berkedudukan di
Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang
ingin berziarah kesana. Peraturan ini dirasakan sangat menyulitkan mereka untuk
memperoleh kembali keleluasaan berziarahketanahsuci Kristen itu, padatahun 1095
M, PausUrbanus II berserukepadaumat Kristen di Eropa supaya melakukan perang
suci. Perang insi kemudian di kenal dengan nama perang Salib yang terjadi dalam
tiga periode.
1. Periode
Pertama
Pada
musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang
Eropa, sebagian besar bangsa Prancis dan Norman, berangkat menuju
Konstantinopel, kemudian kePalestina. Tentara salib yang dipimpin oleh Godfrey,
Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 juni
1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha
(Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai
raja. Padatahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan
kerajaan Latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga
berhasil menduduki Bait Al-Maqdis (15
juli 1099 M) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya Godfrey. Setelah
menaklukkan Bait Al-Maq disitu, tentara salib melanjutkan ekspansinya, mereka
menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M), dan kotaTyre (1124 M).di
Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, rajanya adalah Reymond.
2. PeriodeKedua
Kejatuhan
Edessa menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan perang salib kedua. Paus
Eugenius III menyerukan perang suci yang
disambut positif oleh raja Prancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II.
Merekati dak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Concrad II sendiri
melarikan diri pulang kenegerinya. Nuruddin wafat tahun 1174 M. pimpinan perang
kemudian dipegang oleh Shalah Al-Din Al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti
Ayyubiyah di Mesirtahun 1175 M. hasil
peperangan Shalah Al-Din yang terbesar adalah merebut kembaliYerussalem pada
tahun 1187 M.
Jatuhnya
Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib.
Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh
Frederick Barbarossa, raja German, Richard The Lion Hart, raja Inggris, dan
Philip Augustus, raja Prancis. Pasukaninibergerakpadatahun 1189 M.
3. PeriodeKetiga
Tentara
salib pada periode ini dipimpin oleh raja
German, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih
dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang
Kristen Qibthi. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali
oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan Al-Malik Al-Shalih,
penguasa Mesir selanjutnya. Keika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik (yang
memimpin dinati Ayyubiyah) pimpinan perang dipimpin oleh Baybars dan
Qalawun.Demikianlah, perang salib yang berkobar di timur. Perang ini tidak
berhenti di barat, di Spanyol, sampai umat
Islam terusir dari sana.Walaup unumat Islam berhasil mempertahankan
daerah-daerahnya dari tentara salib, namun kerugian yang mereka derita banyak
sekali, karena peperangan ini terjadi di wilayahnya.[3]
E. Sebab-sebab
kemunduran pemerintahan Bani Abbas
Berakhirnya
kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal
dari periode kelima.Pada periode ini, khalifah Abbasyiah tidak lagi berada
dibawah kekuasaan dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam
berdiri. Para khalifah Abbasyiah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi
hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini
menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tatar
menyerang Baghdad yang kemudian direbut dan diluluhhancurkan tanpa perlawanan
yang berarti kehancuran Baghdad akibat serangan mongol ini adalah babak baru
dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.
Sebagaimana
terlihat dalam periodesasi khalifah Abbasyiah, masa kemunduran itu dimulai
sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu
tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode
pertama, hanya karena khalifah pada periode pertama ini sangat kuat,
benih-benih itu tidak sempat berkembang. Disamping kelemahan khalifah, banyak
factor lain yang menyebabkan khalifah Abbasyiah menjadi mundur. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:
a)
Persaingan Antar bangsa
Khalifah
Abbasyiah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa
Bani Umayyah berkuasa. Setelah Bani Abbasyiah berdiri, dinasti Abbasyiah tetap
mempertahankan persekutuan itu.
b)
Kemerosotan Ekonomi
Khalifah
Abbasyiah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan
kemunduran dibidang politik. Pada periode pertama, pemerintah Bani Abbas
merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar
sehingga Bait Al-Mal penuh dengan harta.Setelah khalifah memasuki periode
kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih
besar. Menurunnya pendapatan Negara disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah
kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat,
diperingannya pajak, dan banyaknya dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tak
lagi membayar upeti. Sedangkan, pengeluaran disebabkan oleh kehidupan para
khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran beragam, dan para pejabat
melakukan korupsi.
c)
Konflik Keagamaan
Fanatisme
keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang
Persia tidak sepenuhnya tercapai, Al- Manshur berusaha keras memberantasnya.
Al-Mahdi bahkan merasa perlu mendirikan jawatan khusus utuk mengawasi kegiatan
orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bidah. Akan
tetapi semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum
beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana
seperti, polemic tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang
menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan Al-Afsyin dan Quramithah adalah
contoh konflik bersenjata itu.
Pendukungnya
banyak berlindung di balik ajaran Syi’ah, sehingga banyak aliran Syi’ah yang di
pandang ghulat (ekstrem) dan di anggap menyimpang dari ajaran Syi’ah itu
sendiri. Konflik yang di latarbelakangi agama tidak teratas pada konflik antara
muslim dan zindiq atau ahlussunnah dengan syi’ah saja, tetapi juga antar aliran
dalam Islam.
d)
Ancaman dari luar
Faktor-faktor
eksternal yang menyebabkan khilafahAbbasyiah lemah dan akhirnya hancur.
Pertama,
perang salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara mongol kewilayah kekuasaan Islam.
Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut
berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengluarkan fatwanya. Perang
salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di
wilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara komunitas-komunitas Kristen timur,
hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan perang salib dan
melibatkan diri dalam tentara salib itu.
BAB III
PENUTUP
·
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah Al- Saffan Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas. Kekuasaannya
berlangsung pada rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656
H (1258 M).
·
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai
puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun
(813-833 M). Kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan
sosial. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.
·
Sebagaimana terlihat dalam periodesasi
khalifah Abbasyiah, masa kemunduran itu dimulai sejak periode kedua. Namun
demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba.
Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada
periode pertama ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang.
[1] Badri
Yatim.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada.1993
[2] http://thehunter-sinbad.blogspot.com/2011/06/peradaban-islam-pada-masa-bani.html
[3] Badri
Yatim.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada.1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar