Keberhasilan kegiatan
belajar-mengajar atau kegiatan pembelajaran bertumpu pada banyak hal. Di
antaranya adalah peran dan profesionalisme pendidik, kelengkapan
kurikulum, kesempurnaan materi pelajaran, ketersediaan sarana dan
prasarana, serta antusiasme peserta didik. Ketiadaan satu faktor saja
dari beberapa faktor di atas dapat menyebabkan proses pembelajaran
menjadi timpang dan tidak sempurna. Dengan demikian, terpenuhinya
beberapa faktor di atas menjadi sebuh keniscayaan dalam kegiatan
belajar-mengajar.
Salah satu instrumen penting yang ada
dalam kegiatan belajar-mengajar adalah materi pelajaran atau bahan ajar.
Boleh dikatakan, bahan ajar ini menempati urutan pertama dalam daftar
instrumen pembelajaran. Tanpa guru, boleh jadi siswa dapat belajar
dengan cara membaca bahan ajar. Akan tetapi, jika tidak tersedia bahan
ajar yang cukup, walaupun guru sudah siap, sulit dipastikan kegiatan
belajar-mengajar akan terlaksana dengan sukses. Dengan demikian, materi
pelajaran atau bahan ajar perlu mendapat perhatian yang cukup serius.
Demikian juga dengan materi pembelajaran Al-Qur’an di madrasah.
Terkait dengan
bahan ajar, penulis tergelitik dengan ungkapan sebagian orang yang
menyatakan, “Sekolah di zaman sekarang itu banyak keluar uang.
Sedikit-sedikit harus membeli buku pelajaran. Hal ini berbeda dengan
sekolah di zaman dulu. Buku pelajaran bisa diwariskan kepada beberapa
generasi, tetap ajek dan tidak mengalami perubahan.” Untuk alasan
efisiensi, mungkin curhat ini ada benarnya. Akan tetapi, jika melihat
perkembangan zaman dan derasnya arus informasi saat ini, pernyataan ini
tidaklah tepat. Bagaimana tidak, zaman terus berubah dan dibutuhkan
cukup banyak informasi untuk bisa menghadapinya. Benarlah salah satu
pernyataan yang menyebutkan, “Ajarilah anak-anakmu dengan informasi yang
cukup. Sebab, anak-anakmu akan hidup di masa yang berbeda dengan
masamu.” Ungkapan ini menyiratkan satu pesan penting, bahwa generasi
penerus kita harus dibekali dengan pengetahuan yang cukup dan faktual
untuk menghadapi masa depan mereka yang mungkin jauh berbeda dengan
situasi dan kondisi saat ini.
Jika melihat penjelasan di atas, agaknya
tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pengembangan materi pelajaran
atau bahan ajar menjadi agenda penting yang harus dilaksanakan oleh para
pengelola pendidikan. Bahkan, kalau dimungkinkan, agenda ini bisa
dilaksanakan sesering mungkin, mengingat perubahan informasi saat ini
berjalan begitu cepat. Walaupun dari segi biaya, agenda pengembangan
bahan ajar ini tidak efisien, akan tetapi manfaat yang bisa diambil jauh
lebih besar. Tidaklah mengapa mengeluarkan biaya yang cukup besar demi
menuai hasil yang lumayan besar pula, daripada menghemat biaya tanpa
menghasilkan perubahan sedikit pun.
Pertanyaannya adalah bagaimana konsep
pengembangan bahan ajar, khususnya materi pembelajaran Al-Qur’an di
madrasah? Pertama, pengembangan materi pelajaran Al-Qur’an di madrasah
harus didasarkan pada teori taksonomi tujuan pendidikan yang
dikembangkan oleh Bloom. Menurut Bloom, tujuan pendidikan diarahan untuk
mengembangkan potensi peserta didik dalam tiga ranah, yaitu: (1) ranah
kognitif yang menekankan pada tujuan intelektual, seperti pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan berpikir; (2) ranah afektif yang menekankan
pada perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, dan penghargaan; serta
(3) ranah psikomotorik yang menekankan pada keterampilan gerak fisik,
seperti menari, menulis, dan mengoperasikan mesin.
Melihat konsep di atas, penulis
berpandangan bahwa pengembangan bahan ajar Al-Qur’an di madrasah tidak
boleh hanya terpaku pada materi yang bersifat kognitif, yang biasanya
berisi materi-materi berupa ayat Al-Qur’an yang harus dihafalkan oleh
siswa. Aspek inilah yang selama ini menjadi fokus utama pelajaran
Al-Qur’an di madrasah. Bahkan, pendalaman aspek kognitif pun hanya
berhenti pada menghafal ayat Al-Qur’an dan memahami terjemahnya.
Padahal, pendalaman pada aspek ini demikian luas, yakni mencakup asbabun
nuzul, makna harfiah ayat, fiqh al-aayah (kandungan ayat), serta
kontekstualisasi ayat dalam situasi di sini dan saat ini.
Oleh karena itu, sudah saatnya bahan ajar
Al-Qur’an di madrasah diarahkan pada ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Pada ranah afektif, bahan ajar berisi pendalaman materi
yang mampu menggugah emosi siswa dan mampu memberikan kesan mendalam
kepada pribadi siswa. Hal ini bisa ditempuh dengan memberikan
kisah-kisah teladan yang terkait dengan tema yang sedang dibahas.
Misalnya, dalam pelajaran Al-Qur’an Hadis Kelas IX Semester 2 dibahas
kandungan Surah al-‘Alaq yang berisi kewajiban menuntut ilmu. Penekanan
pada ranah afektif dalam pembahasan tentang kewajiban menuntut ilmu ini
bisa dilakukan lewat pengungkapan kisah-kisah inspiratif tentang
menuntut ilmu, seperti kegigihan para ulama dalam menuntut ilmu sehingga
mereka bisa mencapai derajat ulama sebagai pewaris para nabi, atau
kisah sukses negara kecil seperti Singapura dan Jepang yang sukses dan
maju berkat kegigihan warga negaranya dalam belajar dan menuntut ilmu.
Dengan mengemukakan kisah-kisah inspiratif tersebut, diharapkan minat
dan girah para siswa dalam menuntut ilmu akan bertambah. Dengan
demikian, para siswa tidak hanya menghafal ayat Al-Qur’an dan
terjemahnya, tetapi juga mendapatkan inspirasi menggugah yang bisa
mengubah hidup mereka.
Sementara itu, pada ranah psikomotorik,
bahan ajar berisi instruksi-instruksi praktis yang harus dilaksanakan
oleh siswa untuk mengamalkan dan membiasakan pesan inti yang ada dalam
bahan ajar dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kaitannya dengan
pengembangan bahan ajar pada ranah psikomotorik, penulis perlu
mengemukakan contoh pengembangan bahan ajar dan pengembangan
pembelajaran yang sangat inspiratif dari Munif Chatib, seorang konsultan
pendidikan dan manajemen serta Direktur Sekolah Yayasan Islam Malik
Ibrahim (YIMI) Gresik. Dalam mengembangkan materi “Keinginan dan
Kebutuhan” pada mata pelajaran Ekonomi, Munif Chatib, lewat Pak Musa
sebagai guru pengampu mata pelajaran tersebut, meninggalkan metode
ceramah atau membaca buku paket yang selama ini biasa dipakai oleh para
guru. Pak Musa malah memberikan tugas kepada para siswanya untuk
melakukan wawancara terhadap penduduk desa, menanyakan tentang keinginan
dan kebutuhan mereka. Dari kegiatan ini, para siswa tidak hanya
mengetahui definisi keinginan dan kebutuhan, tetapi juga mengetahui
realitas nyata yang terjadi di masyarakat dan mengambil pelajaran
darinya. Bahkan, salah seorang siswa yang bernama Rima mampu memperoleh
capaian yang sangat mengejutkan. Lewat kegiatan ini, Rima berhasil
mewawancarai dan mempertemukan Pak Samsuri, orang kaya yang membutuhkan
seorang pekerja, dengan Pak Slamet, orang miskin yang baru terkena PHK
dan membutuhkan pekerjaan. Singkat cerita, lewat kegiatan pembelajaran
yang sangat luar biasa tersebut, Pak Slamet akhirnya bisa bekerja lagi,
dan Pak Samsuri pun bisa mendapatkan seorang pekerja.
Kedua, pengembangan materi pelajaran
Al-Qur’an di madrasah bisa didasarkan pada prinsip hermeneutika yang
terdiri atas ranah teks, konteks, dan kontekstualisasi. Pada aspek ini,
pengembangan materi pembelajaran lebih bertumpu pada ranah kognitif.
Dengan memakai prinsip hermeneutika, pemahaman ayat Al-Qur’an akan terus
berkembang mengikuti tuntutan zaman, tidak hanya terpaku pada pemahaman
berdasarkan pandangan dan pendapat para ulama masa lampau. Dengan
pengembangan bahan ajar yang berbasis hermeneutika, wawasan para siswa
akan luas dan terbuka, tidak picik dan fanatik.
Itulah beberapa masukan untuk
mengembangkan bahan ajar Al-Qur’an di madrasah. Dengan melihat konsep
pengembangan bahan ajar berdasarkan teori taksonomi Bloom dan teori
hermeneutika, penulis berpendapat bahwa sumber pembelajaran tidak hanya
bertumpu pada buku dan guru. Buku hanyalah sebagai pedoman belajar dan
guru hanya berperan sebagai pembimbing serta motivator siswa. Dengan
demikian, siswa dapat terus belajar tiada henti di samudera kehidupan
yang luas tak bertepi. Bisa dibayangkan jika pembelajaran Al-Qur’an di
madrasah dapat dilaksanakan dengan mengikuti prinsip-prinsip di atas.
Tentu saja dari kegiatan belajar-mengajar tersebut akan lahir para
genius yang mampu menggebrak dan menggoncang dunia. [ ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar