STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Jumat, 27 Mei 2011

Nabi Muhammad SAW sebagai Pemimpin Agama dan Pemimpin Negara

I. Pendahuluan
Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah SWT., dengan segala kemuliaan yang melekat pada dirinya. Kemuliaan semasa kecil, remaja hingga dewasa. Semasa hidupnya tiada cela yang melekat dalam dirinya yang ada hanyalah suri tauladan yang patut dicontoh oleh seluruh umatnya sebagaimana Allah berfirman dalam Qur’an surat Al Ahzab ayat 21 yang artinya “ô Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu ( QS.33:21 )

Pernyataan itu merupakan sebuah harga mati, yang harus kita yakini bahwa apa yang berasal dari Rasul maka kita sebagai umatnya harus dapat berusaha semaksimal mungkin untuk mencontoh Rasulullah SAW., dalam hal melaksanakan apa yang diperintah dan meninggalkan apa yang telah dilarangnya. Menjadikan Nabi Muhammad SAW., sebagai contoh adalah dalam rangka menjadikan jayanya umat islam itu sendiri, sebagaimana yang disampaikan oleh Robert N. Bellah yang dikutip oleh Emha Ainun Najib bahwa Generasi yang terbaik yang pernah ada didunia ini adalah Generasi Nabi Muhammad dan para Sahabat. Pernyataan itu tentunya bukan perkataan kosong tapi memang sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah oleh siapapun.
Kemudian jika kita telaah lebih lanjut maka akan didapati suatu kenyataan bahwa hal itu terjadi karena ketaatan para sahabat kepada Nabi itu sendiri.
Kemudian bagaimanakah Kehidupan Rasul itu, Bagaimana Rasulullah dalam memimpin Agama sekaligus Kepala, apakah ketika masih di Makkah sudah bisa dikatakan pemimpin Agama dan pemimpin Negara? Kemudian bagaimana munculnya perseteruan dengan Byzantium?. Permasalahan atau pertanyaan tersebut, Pemakalah mencoba untuk menyampaikannya dalam makalah ini

II. PEMBAHASAN
A. RIWAYAT HIDUP NABI MUHAMMAD SAW
I. JAZIRAH ARAB SEBELUM ISLAM
a. Letak Geografis
Tidak ada semenanjung pun yang menyamai luas jazirah Arabia. Jazirah Arabia adalah semenanjung yang paling luas di dunia.
Para ahli geografis Arab menamakan semenanjung Arab itu dengan nama jazirah (pulau). Sebab ketiga sisinya dikelilingi oleh laut.
Letaknya di sebelah barat daya Benua Asia. Sebelah timur jazirah berbatasan dengan Teluk Persia. Sebelah selatannya dibatasi oleh Lautan Hindia dan sebelah baratnya dibatasi oleh Laut Merah. Sedangkan sebelah utaranya merupakan perbatasan yang tidak jelas. Hanya saja para ahli geografis Arab membatasinya mulai dari teluk Aqabah memanjang sampai teluk Persia.
b. Keadaan Iklim dan Penduduk Jazirah Arab
Pada umunya keadaan di jazirah Arabia adalah suatu padang pasir yang kering dan tandus. Keadaan yang sedemikian itu disebabkan oleh pengaruh iklim dan letak geografisnya. Karena itu penduduknya sangat sedikit sekali. Keadaan yang sedemikian itu pula yang menyebabkan penduduknya hidup dengan nomaden (berpindah-pindah) yang tidak mempunyai rasa persatuan sehingga tidak dapat didirikan pemerintah yang teratur.
Bangsa Arab juga mempunyai sifat ikhlas dan taat pada pimpinan kabilahnya. Mereka senang sekali terhadap tamu dan selalu menepati janji dalam peperangan maupun dalam janji persahabatan seperti yang telah mereka tetapkan. Sifat yang kami sebutkan di atas itu selalu mereka banggakan dan mereka abadikan dalam puisi-puisi mereka. Bangsa Arab senang pada persamaan dan hidup bebas. Mereka pada umumnya bersifat tegas dan berani untuk membela kebenaran. Jarang sekali mereka yang mau hidup dalam kehinaan. Mereka selalu bangga dengan keadaannya walaupun keadaannya sangat melarat.
Pada umumnya bangsa Arab kepercayaannya pada agama sangat lemah. Mereka hanya percaya pada agama dan adat istiadat yang diwarisi oleh nenek moyangnya saja. Mereka berlaku baik itu hanya terdorong oleh sifat mulia saja. Mereka selalu mengelu-elukan segala budi pekerti itu dalam syair dan puisi mereka.
c.Hubungan Jazirah Arabia dengan Agama Samawi
Sejak lama jazirah Arab menjadi pusat tempat turunnya wahyu Allah, Sejak lama beberapa orang Nabi telah diutus di jazirah Arabia. Allah pernah menyebutkan hal ini dalam al-Qur’an “Dan ingatlah seorang suudara Aad (Nabi Hud) ketika memberikan peringatan kepada umatnya dibukit AHQAF.
”Yang di maksud disini adalah Nabi Hud yang diutus oleh Allah kepada kaum Aad. Kaum Aad adalah bangsa Arab Baidah yang tinggal di bukit AHQAF seperti yang dikatakan oleh para ahli sejarah. Bukit AHQAF letaknya dekat Hadramaut. Yaitu suatu negeri yang gersang dan mati. Negeri ini di masa kaum Aad tinggal disana merupakan negeri yang subur sekali dan penduduknya sangat kuat sekali. Namun mereka dibinasakan oleh Allah dengan angin samun yang dapat menghancurkan seluruh isi negeri itu (lihat kisah ini di surat al-Haqqah ayat 5-7).
d. Sejarah dan Asal-usul Berhala di Mekkah
Sepeninggal Ibrahim dan Ismail pada mulanya bangsa Quraisy masih taat pada syariat Allah yang diajarkan oleh Ibrahim dan Ismail. Mereka masih tetap menyembah Allah yang Esa sampai zamannya Amru bin Amir al-Khuzai. Amru bin Amir al-Khuzai adalah orang pertama yang menyesatkan bangsa Quraisy untuk menyembah berhala dan membuat syariat yang menyimpang dari Syariat Allah yang dibawa oleh Ibrahim dan Ismail. Pada mulanya Amru bin Amir ini pergi ke kota Syam. Di sana ia melihat suatu kaum yang menyembah berhala yang terbuat dari batu dan kayu. Amru sangat tertarik sekali pada cara persembahan berhala itu. Sehingga dia membawa sejumlah berhala ke kota Mekkah dan mengajak penduduknya untuk menyembahnya.
e. Kelahiran Nabi
Tepat pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal bertepaan 20 April 571 M alam semesta bergembira dengan kelahiran seorang bayi suci yang akan menjadi Nabi akhir zaman. Sedang menurut ahli ilmu falaq Mesir, Mahmud Basya, kelahiran nabi adalah tanggal 9 rabiul Awal tahun Gajah, betepatan dengan 20 April 571 M. Bayi suci itu tak lain adalah Nabi kita Muhammad. Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusaiy bin Kilab bin Murra bin Kaab bin Luaiy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadher bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrika bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Maad bin Adnan. Nasab Adnan kerakhir dengan nasab Ismail bin Irahim a.s.
Ketika bayi suci itu lahir ibunya segera mengirimkan pada kakeknya Abdul Muthalib. Dengan wajah yang berseri-seri bayi suci itu diterima dan segera ditimang-timang dalm Ka’bah. Beliau berdoa dalam Ka’bah sambil bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya yang maha besar itu. Kemudian beliau memberi bayi suci tersebut dengan nama Muhammad walaupun nama Muhammad merupakan sesuatu yang asing sekali bagi bangsa Arab. Namun beliau mengharapkan agar bayi itu kelak akan dipuji baik di langit dan di dunia (Muhammad artinya terpuji).
f. Masa Muda Muhammad sebelum kerasulan dan Cara Hidupnya
Ayah Muhammad SAW., meninggal sebelum ia dilahirkan dan ibunya meninggal ketika ia masih kecil. Dia kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan setelah kakeknya meninggal dia tinggal bersama pamannya, Abu Thalib pamannya itu:
Sangat mencintai kemenakannya sehingga dia lebih menyikainya dari pada anaknya sendiri. Dia melihat dalam diri Muhammad terdapat sifat keluhuran, cerdas, suka berbakti, baik hati, dan oleh karena itu dia menjadi semakin dekat dengannya.
g. Muhammad sebagainya pengembala kambing
Haikal lebih lanjut menyelami tradisi bahwa Muhammad adalah seorang pengembala kambing pada masa mudanya. Pengambala kambing yang berhati terang, mendapat desempatan untuk memikir dan merenung dalam udara terbuka bebas di siang hari, dan dalam kemilau bintang ketika malam tiba. Dan berbagai ragam fenomena alam semesta, dan dia melihat jati dirinya sendiri adalah bagian yang tak terpisahkan dari alam semesta ini.
II. Masa kerasulan nabi muhammad saw
Ketika Nabi Muhammad genap berusia empat puluh tahun, di waktu dunia sedang diliputi oleh kabut kesesatan dan umat manusia sedang berada dalam lembah kebiadaban yang sukar untuk ditolong, di saat itulah Allah menurunkan tanda ditutusnya Nabi Muhammad. Demikianlah Sunatullah jika dunia sedang tenggelam dalam kebejadan maka Allah menolong dengan mengutus seorang Nabi.
III. Kepemimpinan Rasul di Makkah
Sebagai seorang utusan Allah SWT, sudah tentu Muhammad SAW. Menjadi penyebar ajaran-Nya kepada umat manusia. Kegiatan penyampaian wahyu dan ajakan beriman kepada Allah biasanya disebut dakwah. Beliau melaksanakan fungsi dakwah ini tidak kurang dari 23 tahun.
Semakin bertambahnya jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy, menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu.
(1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada Seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini tidak mereka inginkan.
(2) Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
(3) Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
(4) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
(5) Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
IV. PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya merupakan sebagai stereotip yang harus dijadikan pegangan umat Islam dalam hal menjalankan kehidupan di dunia ini. Perilaku Rasul adalah contoh terbaik dalam kehidupan sehingga harus dapat diikuti semaksimal mungkin oleh umatnya. Karena segala perikehidupan yang baik itu sudah dicontohkan semua oleh Rasul baik dari hal –hal kecil sampai contoh hal yang besar.
  1. Penutup
Untuk mengakhiri penulisan ini penulis mengucapkan Alhamdulillah (segala puji syukur hanya milik Allah ) atas terselesaikanya makalah ini. Kemudian dalam penulisan akhir ini penulis juga hanya dapat menyampaikan bahwa dalam menilai sejarah terutama sejarah islam maka tentunya ada hal yang bernilai positif dan negatif maka dalam hal ini tentunya ambilah nilai-nilai positif terutama yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW kepada kita dan meninggalkan sejauh-jauhnya jika terdapat nilai-nilai yang ada dalam peran yang telah dilakukan oleh umat islam.
V. Daftar Pustaka
Abu Hasan Ali An-Nadwi (2007) Sirah Nabawiyah, (terj. H. Bey Arifin dan Yunus Ali Muhdhar : Riwayat Hidup Rasulullah), Surabaya: Bina Ilmu cet. Ke-4
Antonie Wesselss (2006) Biografi Muhammad, (Jakarta: Litera antar Nusa)
Badri Yatim (2003) Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)
A.Syalabi (1983) Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka AlHusna)
Muhammad Husain Haekal (1990) Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa Cet.12)
Harun Nasution (1985) Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press), Cetakan ke lima
Hasan Ibrahim Hasan (tt) Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Penerbit kota Kembang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar