BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Perbincangan  mengenai filsafat ilmu baru mulai merambak di awal abad kedua puluh,  namun Francis Bacou dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad  kesembilan belas dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu  dalam khazanah bidang filsafat secara umum. Sebagai ahli filsafat  berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi  filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu Pengetahuan dan Teknologi  (Iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini ada semacam  kekahawatiran dikalangan para ilmuwan dan filosof, termasuk juga  kalangan agamawan, bahwa alam beserta kemajuan Iptek dapat mengancam  eksistensi umat manusia, bahwa balam beserta isinya. Para Filosof  terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan Iptek  berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosifisnya seperti landasan  ontologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri. Untuk  memahami gerak perkembangan Iptek yang sedemikian itulah, maka  kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi Iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan conceru terhadap kebahagiaan umat manusia sangat diperlukan. 
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian filsafat ilmu ?
2.      Bagaimana objek material dan formal filsafat ilmu ?
3.      Bagaimana implikasi mempelajari filsafat ilmu ?
C.     TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
1.      Untuk mengetahui apa pengertian dari filsafat ilmu itu sendiri
2.      Untuk mengetahui bagaimana filsafat ilmu memiliki objek material dan formal.
3.      Untuk mengetahui bagaimana implikasi dari mempelajari filsafat ilmu tersebut.
D.    MANFAAT PEMBUATAN MAKALAH
Untuk  mengetahui landasan bagi filsafat ilmu dan meletakkan kembali peran dan  fungsi Iptek serta permasalahan selintas tentang filsafat ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Ada berbagai definisi filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie[1] disini hanya akan dikemukakan empat pendapat yang dianggap paling representatif.
1.      Robert  Ackermann : Filsafat ilmu adalah sebuat tinjauan kritis tentang  pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan  pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
2.      Lewis  White Beck : Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode  pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha  ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3.      Cornelius  Benjamin : Filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan Filsafati yang  menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya,  konsep-konsepnya, dan pranggapan-pranggapan, serta letaknya dalam  kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual.
4.      May  Brodbeck : Filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis  dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Keempat  definisi tersebut memperlihatkan ruang lingkup atau cakupan yang  dibahas di dalam filsafat ilmu, meliputi antara lain : (1) Komparasi  kritis sejarah perkembangan ilmu, (2) Sifat dasar ilmu pengetahuan, (3)  Metode ilmiah, (4) Pranggapan-pranggapan ilmiah, (5) Sikap etis dalam  pengembangan ilmu pengetahuan. Diantara faktor-faktor itu, yang paling  banyak dibicarakan terutama adalah sejarah perkembangan ilmu, metode  ilmiah dan sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Metode  ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan fikiran, pola  kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru  atau memperkembangkan pengetahuan yang ada. Metode ilmiah para umumnya  diartikan sebagai prosedur yang dipergunakan oleh para ilmuan dan  pencarian sistematis terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali  pengetahuan yang telah ada.[2] 
 Namun,  acapkali ilmuan di dalam aktivitas ilmiahnya itu terjebak ke dalam  sikap pemujaan yang berlebihan terhadap metode. Sikap yang demikian ini  dinamakan metode latri, yaitu menganggap metode sebagai tujuan yang  hakiki dari sebuah proses ilmiah. Padahal metode ini hanya sekedar saran untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.
B.     OBJEK MATERIAL DAN FORMAL FILSAFAT ILMU
Filsfat  ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga  memiliki objek mateial dan objek formal tersendiri. Objek material atau  pokok bahasan filsafat ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan  yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu.  Sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Disini  terlihat jelas perbedaan yang hakiki antara pengetahuan dengan ilmu  pengetahuan, Pengetahuan itu lebih bersifat umum dan didasarkan ata pengalaman sehari-hari, sedangkan Ilmu Pengetahuan  adalah pengetahuan yang bersifat khusus dengan ciri-ciri sistematis,  metode ilmiah tertentu, serta dapat diuji kebenarannya. Semua menusia  terlibat dengan pengetahuan sejauh ia hidup secara normal dengan  perangkat inderawi yang dimilikinya, namun tidak semua orang terlibat  dalam aktivitas ilmiah, karena ada prasyarat yang harus dimiliki seorang  ilmuwan. Prasyarat-prasyarat itu meliputi antara lain :
1.      Prosedur ilmiah yang harus dipenuhi agar hasil kerja ilmiah itu diakui oleh para ilmuan lainnya.
2.      Metode  ilmiah yang dipergunakan, sehingga kesimpulan atau hasil temuan ilmiah  itu bisa diterima entah sementara atau seterusnya oleh para ilmuwan,  terutama bidang ilmu yang sejenis.
3.      Diakui secara akademis karena gelar atau pendidikan formal yang ditempuhnya.
4.      Imuwan harus memiliki kejujuran ilmiah sehingga tidak mengklaim hasil temuan ilmuwan lain sebagai miliknya.
5.      Ilmuwan  yang baik juga harus mempunyai rasa ingin tahu (curiosity) yang besar,  sehingga senantiasa tertarik pada perkembangan ilmu yang terbaru dalam  rangka mendukung profesionalitas keilmuannya.
6.      Objek  formala filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya  filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar  ilmu pengetahuan, maka landasan pengembangan ilmu pengetahuan itu dapat  digambarkan sebagai berikut :
C.     IMPLIKASI MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU
- Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu di perlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuan memiliki landasan berpijak yang kuat. Ini berarti ilmuan sosial perlu mempelajari ilmu-ilmu kealaman secara garis besar, demikian pula seorang ahli ilmu kealaman perlu memahami dan mengetahui secara garis besar tentang ilmu sosial. Sehingga antara ilmu yang satu antara lainnya saling menyapa, bahkan dimungkinkan terjalinnya kerja sama yang harmonis memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.
 - Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading” yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat di lepaskan dari kontesk kehidupan sosial-kemasyarakatan.
 
BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Filsafat  ilmu di perlukan kehadirannya di tengah perkembangan Iptek yang di  tandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab dengan  mempelajari filsafat ilmu, maka para ilmuan akan menyadari keterbatasan  dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap organisasi intelektual.  Hal yang lebih di perlukan diri di kalangan ilmuan, sehingga mereka  dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi ke ilmuan yang  dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
B.     SARAN
1.      Kita sebagai para ilmuwan harus bisa memecahkan masalah serta mencari hakikat yang sebenarnya.
2.      Penulis berharap saran dan pendapat demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSAKA
Mustansyir Rizal dkk, 2001, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.
Bakker, A.,1992, Ontologi Atau Melabisika Umum, Kanisius, Yogyakarta.
Liek Wilardjo, 1998, “Filsafat Ilmuan Kealaman”, dalam Internship Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta.
The Liang Gie, 1996, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar