Ibn Abbas
Tafsirnya
Riwayat dari Ibn Abbas mengenai tafsir tidak terhitung banyaknya, dan apa yang dinukil darinya itu telah dihimpun dalam sebuah kitab tafsir ringkas yang campur aduk yang diberi nama Tafsir Ibn Abbas. Di dalamnya terdapat ermacam-macam riwayat dan sanad yang berbeda-beda, tetapi sanad paling baik adalah melalui Ali binAbi Talhah al-Hasyimi, dari Ibn Abbas; sanad ini dipedomani oleh Bukhari dalam kitab Sahih-nya. Sedangkan sanad yang cukup baik, jayyid, ialah yang melalui Qais bin Muslim al-Kufi, dari ‘Atâ’ bin as-Sa’ib.
Di dalam kitab-kitab tafsir besar yang mereka sandarkan kepada Ibn Abbas terdapat kerancuan sanad. Sanad paling rancu dan lemah adalah sanad melalui al-Kalbi dari Ubu Salih. Al-Kalbi adalah Abun Nasr Muhammad bin as-Sa’ib (w. 146 H). dan jika dengan sanad ini digabungkan riwayat Muhammad bin Marwan as-Sadi as-Sagir, maka hal ini akan merupakan silsilatul kazib, mata rantai kedustaan. Demikian juga sanad Muqatil bin Sulaiman bin Bisyr al-Azdi. Hanya saja al-Kalbi lebih baik daripadanya karena pada diri Muqatil terdapat berbagai mazhab atau paham yang rendah.
Sementara itu sanad ad-Dahlak bin Muzahim al-Kufi, dari Ibn Abbas adalah Munqati’, terputus, karena ad-Dahlak tidak bertemu langsung dengan Ibn Abbas. Apabila digabungkan kepadanya riwayat Bisyr bin ‘Imarah maka riwayat ini tetap lemah karena Bisyr adalah lemah. Dan jika sanad itu melalui riwayat Juwaibir, dari ad-Dahlak, maka riwayat tersebut sangat lemah karena Juwaibir sangat lemah dan ditinggalkan riwayatnya.
Sanad melalui al-‘Aufi, dan seterusnya dari Ibn Abbas, banyak dipergunakan oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim, padahal al-‘Aufi itu seorang yang lemah meskipun lemahnya tidak keterlaluan dan bahkan terkadang dinilai hasan oleh Tirmizi.
Dengan penjelasan tersebut dapatlah kiranya pembaca menyelidiki jalan periwayatan tafsir Ibn Abbas dan mengetahui mana jalan yang cukup baik dan diterima, serta mana pula jalan yang lemah atau ditinggalkan, sebab tidak setiap apa yang dirwayatkan dari Ibn Abba situ sahih atau pasti. Masalah ini telah kami kemukakan lebih rinci pada bagian terdahulu ketika membicarakan tentang tafsirnya. (hal. 524-525)
At-Tabari
Tafsirnya
Kitabnya tentang tafsir, Jâmi’ul Bayân fî Tafsîril Qur’ân, merupakan tafsir paling besar dan utama serta menjadi rujukan penting bagi para musafir bil-ma’sir. Ibn Jarir memaparkan tafsir dengan menyandarkannya kepada sahabat, tabi’in,, dan tabi’it tabi’in. Ia juga mengemukakan berbagai pendapat dan mentarjihkan sebagian atas yang lain. Para ulama berkompeten sependapat bahwa belum pernah disusun sebuah kita tafsir pun yang dapat menyamainya. Nawawi adalah Tahżîb-nya mengemukakan, “Kitab Ibn Jarir dalam bidang tafsir adalah sebuah kitab yang belum seorang pun pernah kitab yang menyaminya.” Ibn Jarir mempunyai keistimewaan tersendiri berupa istinbat yang unggul dari pemberian isyarat terhadao kata-kata yang samara i’rabnya. Dengan itulah, antara lain, tafsir tersebut berada di atas tafsir-tafsir yang lain. Sehingga Ibn Kasir pun banyak menukil darinya. (hal. 527)
Ibn Kasir
Tafsirnya
Tentang tafsirnya ini Muhammad Rasyid Rida menjelaskan:
Tafsir ini merupakan tafsir paling masyhur yang memberikan perhatian besar terhadap apa yang diriwayatkan dari para mufasir salaf dan menjelaskan makna-makna ayat dan hukum-hukumnya serta menjauhi pembahasan i’rab dan cabang-cabang balagah yang pada umumnya dibicarakan secara panjang lebar oleh kebanyakn mufasir; juga menjauhi pembicaraan yang melebar pada ilmu-ilmu lain yang tidak diperlukan dalam memahami al-Qur’an secara umum atau memahami hukum dan nasihat-nasihatnya secara khusus.
Di antara ciri khas atau keistimewaannya adalah perhatiannya yang cukup besar terhadap apa yang mereka namakan “tafsir Qur’an dengan Qur’an.” Dan sepanjang pengetahuan kami, tafsir ini merupakan tafsir yang paling banyak memuat atau memaparkan ayat-ayat yang bersesuaian maknanya, kemudian diikuti dengan (penafsiran ayat dengan) hadis-hadis marfu’ yang ada relevansinya dengan ayat (yang sedang ditafsirkan) serta menjelaskan apa yang dijadikan hujjah kdari ayat tersebut. Kemudian diikuti pula dengan asar para sahaat dan pendapat para tabi’in dan ulama salaf sesudahnya.
Termasuk keistimewaannya pula ialah disertakannya selalu peringatan akan cerita-cerita Isra’iliyat tertolak (munkar) yang banyak tersebar dalam tafsir-tafsir bil-ma’sûr, baik peringatan itu secara global maupun mendetail. Namun alangkah akan sangat lebih baik lagi andaikan ia menyelidikinya secara tuntas, atau bahkan tidak memuatnya sama sekali jika tidak untuk keeperluan penyaringan dan penelitian. (hal. 528)
Fakhruddin ar-Razi
Tafsirnya
Ilmu-ilmu aqliah sangat mendominasi pemikiran ar-Razi di dalam tafsirnya, sehingga ia mencampur adukkan ke dalamnya berbagai kajian mengenai kedokteran, logika, filsafat, dan hikmah. Ini semua mengakibatkan kitabnya keluar dari makna-makna Qur’an dan jiwa ayat-ayatnya serta membawa nas-nas Kitab kepada persoalan-persoalan ilmu aqliah dan peristilahan ilmiahnya, yang bukan untuk itu nas-nas tersebut diturunkan. Oleh karena itu kitab ini tidak memiliki ruhaniah tafsir dan hidayah Islam, sampai-sampai sebagian ulama berkata, “Di dalamnya terdapat segala sesuatu selain tafsir itu sendiri”, sebagaimana telah kami kemukakan pada bagian muka. (hal. 529)
Az-Zamakhsyari
Tafsirnya
Kitab al-Kasysyâf karya Zamakhsyari adalah sebuah kitab tafsir paling masyhur di antar sekian banyak tafsir yang disusun oleh mufasir bir-ra’yi yang mahir dalam bidang bahasa. Al-Alusi, Abus Su’ud, an-Nasafi dan para mufasir lain banyak menukil dari kitab tersebut, tetapi tanpa menyebutkan sumbernya. Paham kemu’tazilahan dalam tafsirnya itu telah diungkapkan dan diteliti oleh ‘Allamah Ahmad an-Nayyir yang dituangkan dalam bukunya al-Intisâf. Dalam kitab ini an-Nayyir menyerang Zamakhsyari dengan mendiskusikan masalah akidah mazhab Mu’tazilah yang dikemukakannya dan mengemukakan pandangan yang berlawanan dengannya sebagaimana ia pun mendiskusikan pula masalah-masalah kebahasaan. Al-Maktabah at-Tijariyah Mesir telah menrbitkan al-Kasysyâf cetakan terakhir yang diterbitkan oleh Mustafa Husain Ahmad, dan diberi lampiran empat buah kitab; 1) al-Intisâf oleh an-Nayyir, 2) asy-Syâfi fî Tajhrîji Ahâdîsil Kasysyâf oleh al-Hafiz Ibn Hajar al’Asqalani, 3) Hâsyiyah Tafsîr al-Kasysyâf oleh Sayikh Muhammad Ulyan al-Marzuqi, dan 4) Masyâhidul Insâf ‘alâ Syawâhidil Kasysyâf juga oleh al-Marzuqi. Kitab terakhir ini menunjukkan bahwa tafsir Zamakhsyari mengandung banyak akidah Mu’tazilah yang diungkapkan secara tersirat. Dan pada bagian terdahulu kami telah mengemukakan keterangan yang dinukil dari al-Buqini, “Saya telah mengeluarkan dari al-Kasysyaf paham Mu’tazilah untuk didiskusikan.” (hal. 531)
Asy-Syaukani
Tafsirnya
Fathul Qadir karya asy-Syaukani adalah sebuah tafsir yang menggaungkan antara riwayat dengan istinbat dan penalaran atas nas-nas ayat. Dalam tafsir ini asy-Syaukani banyak bersandar pada tokoh-tokoh mufasir seperti an-Nahhas, Ibn ‘Atiyah dan al-Qurtubi. Dan tafsir tersebut kini beredar luas di berbagai penjuru dunia Islam. (hal. 532)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar