STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Kamis, 09 Juni 2011

Refleksi terhadap Manajemen Kelas dan Pengajaran yang Efektif

Bagaimana guru-guru memahami kedisiplinan dan bentuk-bentuk manajemen perilaku lain tergantung pada bagaimana mereka melihat pekerjaan mereka sebagai seorang guru dan sejauh mana mereka meyakini bahwa semua anak dapat belajar. Perilaku di kelas dan hasil belajar banyak dipengaruhi oleh kualitas pengajaran. Guru menguasai banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku siswa ereka. Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan kualitas komunikasi antar guru dan siswa merupakan faktor penting yang bisa memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal.
Guru bertanggung jawab untuk berbagai siswa, termasuk mereka dari keluarga yang tidak mampu atau kurang beruntung, siswa yang mungkin harus bekerja setelah sekolah, atau mereka yang berasal dari kelompok minoritas etnis, agama atau bahasa atau mereka dengan berbagai kesulitan atau kecacatan belajar.
Tak satupun dari situasi atau faktor ini harus menyebabkan masalah pendidikan, namun anak-anak ini mungkin beresiko mendapatkan pengalaman sekolah yang negatif dan tak bermakna jika guru tidak responsif terhadap kebutuhan dan kemampuan mereka atau mampu menggunakan pengajaran dan strategi kelas yang efektif dan disesuaikan menurut individu.
Untuk mengurangi atau menghilangkan hambatan belajar dan partisipasi siswa diperlukan pengetahuan mendalam tentang dari mana asal hambatan ini dan bagaimana dan kapan hambatan ini muncul. Penting bagi guru untuk memahami latar belakang sosial ekonomi dan keluarga siswa agar dapat memahami faktor non akademis yang mempengaruhi pembelajaran mereka. Banyak faktor sosial yang mempengaruhi belajar tidak dapat langsung diubah, tapi pemahaman faktor-faktor ini akan memampukan guru dalam memahami; kegagalan; atau ;perilaku tak pantas; siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang mengurangi bukan menambah efek faktor ini. Guru yang baik menganggap ini tantangan pribadi dan profesional.
Namun, guru-guru juga perlu secara kritis berefleksi terhadap apa yang terjadi di dalam kelas karena perilaku siswa seringkali merupakan reaksi dari faktor-faktor di dalam sekolah. Guru perlu berefleksi tentang lingkungan belajar yang telah mereka ciptakan dan apakah lingkungan ini melibatkan semua anak secara aktif dan bermakna. Beberapa hal yang kita lakukan sebagai guru bisa membantu belajar, beberapa di antaranya malahan tak berguna dan bahkan ada yang membahayakan!
Ketika mencari penjelasan untuk rendahnya prestasi dan masalah perilaku, guru perlu disiapkan terlebih dahulu mengingat keterbatasan di lingkungan dan proses belajar daripada di dalam diri anak. Mereka perlu merefleksikan apa yang mereka ajarkan dan bagaimana mereka mengajar. Apa yang mereka katakan dan lakukan di kelas untuk membangun pemahaman di antara siswa? Bagaimana mereka memperkenalkan topik-topik baru? Bagaimana mereka menghubungkan pengetahuan baru dengan apa yang telah diketahui anak?
Guru cenderung menunjuk pada kelemahan anak daripada memuji mereka karena upaya dan peningkatan (kecil). Untuk banyak anak ini sangat mengecilkan hati, dan bisa mengakibatkan perasaan rendah diri dan kegagalan. Guru perlu menyadari hal ini.
Pengajaran pada umumnya adalah kegiatan kelompok, sedangkan pembelajaran lebih kepada kegiatan individu dan tidak semua siswa belajar dengan kecepatan yang sama atau dengan cara yang sama. Guru perlu mempertimbangkan berapa banyak kebijakan dan praktek yang mengarah pada labelling siswa. Penelitian tentang interaksi guru-siswa menunjukkan bagaimana guru sering berperilaku berbeda kepada individu siswa berdasarkan pada persepsi mereka endiri tentang kemampuan siswa.
Mereka yang diberi label;berprestasi rendah; atau;siswa lamban belajar; sering menerima sedikit kesempatan dibanding orang lain untuk berpartisipasi, dan mereka yang dipandang sebagai;tak disiplin; diperlakukan sedemikian rupa, bahkan ketika mereka berperilaku baik. Guru perlu berefleksi pada asumsi dan ekspektasi mereka dengan meminta feedback dari anak-anak tentang proses belajar-mengajar dan tentang apa yang terjadi di kelas pada umumnya. Semua guru harus melakukan ini seperti yang terungkap pada mereka apa yang dikenali siswa sebagai karekteristik yang berkualitas pada guru, yang hampir tanpa pengecualian berkaitan dengan kemampuan guru untuk mengenali mereka sebagai individu dengan cara positif, memperlakukan mereka dengan adil dan dengan hormat, membuat pelajaran menarik dan beragam, memberikan dorongan dan mengatakan agar mereka meyakini diri mereka sendiri dan kemampuannya.
Ini berarti bahwa hubungan guru-siswa dan iklim kelas yang positif merupakan faktor penting dalam mempengaruhi bagaimana anak mendapat pengalaman bersekolah. Guru tidak hanya mengajar pengetahuan dan keterampilan, mereka juga membantu siswa untuk menjelaskan siapa mereka. Dari interaksi sehari-hari dengan guru, anak belajar mengetahui apakah mereka penting atau tidak, pintar atau lambat, disukai atau tak disukai. Seorang guru mengirimkan pesan-pesan ini melalui perilakunya, gesti, dan kata-kata. Dari pesan yang diterima anak ini mereka memutuskan untuk meresikokan partisipasi di kegiatan kelas atau tidak. Guru harus mengetahui bahwa keterlibatan tersebut tidak selalu datang dengan mudah dan bahwa ini memerlukan sebuah lingkungan kelas yang nyaman secara psikologis dan dipercaya.
Motivasi untuk belajar dan untuk berperilaku berdasarkan pada minat. Jika guru berhasil merangsang keingintahuan di antara siswa, mereka akan juga menemukan kesediaan di antara siswa untuk belajar dan berperilaku baik. Pengajaran yang memuaskan keingintahuan anak jauh lebih memotivasi dengan efektif daripada memaksa mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang mereka anggap tidak relevan dan membosankan. Oleh karena itu cara guru berinteraksi dengan anak dan cara mengajarnya itu penting dalam mencegah perilaku tak pantas.
Namun, walau upaya interaksi positif itu, masalah perilaku mungkin masih terjadi dan guru harus disiapkan untuk ini dengan berbagai teknik berkisar dari konseling, memfokuskan pada pemahaman, bersama-sama mengatasi masalah perilaku acuh yang tak pantas sambil memberdayakan perilaku yang pantas. Yang penting adalah bahwa guru harus selalu memahami bahwa perilakunyalah yang tak pantas, bukan anaknya! Masalahnya apakah guru dapat melihat melampaui perilaku yang tak pantas itu dan melihat seorang manusia yang patut dihargai. Dengan lulus tes ini akan membuat guru lebih dapat dipercaya, tidak hanya sebagai guru tapi juga, dan lebih penting lagi, sebagai manusia penuh kasih yang tulus.
Guru mungkin terlalu memfokuskan pada apa yang harus dilakukan ketika anak berperilaku tak pantas. Teknik disiplin sering dipahami oleh guru sebagai sesuatu yang terpisah dari teknik pengajaran, hanya digunakan jika dan ketika masalah muncul saja. Namun, manajemen kelas merupakan bagian integral pengajaran efektif yang mencegah masalah perilaku melalui perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang lebih baik, pemberian materi pengajaran yang lebih baik, dan interaksi guru siswa yang lebih baik, membidik pada mengoptimalan keterlibatan dan kerjasama siswa dalam belajar. Teknik kontrol perilaku atau pendisiplinan pada akhirnya akan tidak terlalu efektif karena teknik tersebut tidak mendorong perkembangan disiplin diri atau tanggung jawab anak sendiri atas tindakannya. Siswa tidak otomatis menjadi disiplin pada usia tertentu atau melalui kontrol atau paksaan. Nilai-nilai dan ketrampilan sosial harus diajarkan dan dicontohkan oleh guru. Belajar untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan yang memerlukan praktek, termasuk membuat kesalahan. Inilah yang dinamakan manajemen kelas dan pengajaran yang efektif. Dan itulah, tidak hanya memberikan kurikulum, adalah tujuan pendidikan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar