STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Minggu, 26 Juni 2011

TAFSIR AL-QUR'AN, SURAH ALI 'IMRAN 3: 5-6.

Keterangan Ayat: 05 Allah Maha Mengetahui Baik Yang Nyata Maupun Yang Ghaib. 06 Dialah Yang Membentuk Ketika Dalam Rahim Seorang Ibu.   Ayat 05: إِنَّ اللَّهَ لا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ   INNALLOOHA LAA YAKHFAA ‘ALAIHI SYAI-UN FIL-ARDHI WALAA FIS-SAMAAA-I.=Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.   “INNALLOOHA LAA YAKHFAA ‘ALAIHI SYAI-UN=Sesungguhnya bagi Allah tidak ada suatu pun yang tersembunyi”, di antara barang wujud ini “FIL-ARDHI WALAA FIS-SAMAAA-I.=baik di bumi maupun di langit”, karena ilmu-Nya terhadap apa yang terdapat di seluruh alam, baik merupakan keseluruhan maupun yang sebagian-sebagian, dan ini diistimewakan menyebutkannya karena penginderaan dapat melampauinya.   Allah memberitahu bahwa Dia mengetahui segala yang ghaib di langit ataupun dibumi, tidak ada barang sesuatu pun dari padanya tersembunyi bagi-Nya. Hal ini sesuai dengan sifat Allah  'ilmun artinya mengetahui, maka mustahil jahil (tidak mengetahui),firman-NYA:  وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ WALLOOHU BIKULLI SYAI-IN 'ALIIM: 


Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS An-Nisa:176), Dengan mengenal Allah bersifat 'ilmun ini seharusnya kita takut melakukan segala maksiat walau sekecil apapun, karena tidak ada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Alloh, bahkan selembar daun yang kering yang jatuh dari dahannya di malam gelap gulita tidak luput dari pengetahuan Allah, apalagi yang nyata maupun yang ada di hati kita.  
Dia mengurus semua makhluk-Nya, maka tentu saja tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya, baik makhluk yang berada di bumi dan bumi itu sendiri maupun makhluk yang di langit dan langit itu sendiri dengan seluruh tingkatnya. Demikianlah ayat ini merupakan bukti tentang sifat Qayyuum Allah. Di sisi lain, tentu pengetahuan-Nya tentang makhluk mencakup perbuatan siapa yang taat dan siapa pula yang durhaka.   Hidup, Qayyuum, pengetahuan yang menyeluruh, adalah sifat-sifat yang harus melekat pada Tuhan Yang disembah. Demikian itulah Allah S.W.T.   Dalam konteks bantahan terhadap utusan Kristen Najran, ayat-ayat ini menjadi bukti ketidakwajaran Nabi Isa a.s. dipertuhankan. Betapa tidak! Hidupnya bukan bersumber dari dirinya, tetapi dia dihidupkan, hidupnya pun tidak kekal. Dan, sebagaimana diakuinya sendiri, dia hanya dapat mengetahui sebagian dari yang ghaib, itu pun atas informasi Allah, bahkan dalam Injil (Perjanjian Baru) ditemukan ucapan-ucapan beliau yang menunjukkan keterbatsan pengetahuan beliau.   Ayat 06: هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الأرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ HUWAL-LADZII YUSHAWWIRUKUM FIL-ARHAAMI KAIFA YASYAAA-U, LAAA ILAAHA ILLAA HUWAL-‘AZIIZUL-HAKIIMU.= Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.   “HUWAL-LADZII YUSHAWWIRUKUM FIL-ARHAAMI KAIFA YASYAAA-U=Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya” apakah akan jadi laki-laki atau perempuan, berkulit putih atau berkulit hitam dan sebagainya. “LAAA ILAAHA ILLAA HUWAL-‘AZIIZU=Tiada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Tangguh” dalam kerajaan-Nya, “HAKIIM=lagi Maha Bijaksana” dalam tindakan dan perbuatan-Nya.   Dia menciptakan kamu di dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya, laki atau perempuan, bagus atau jelek, durhaka atau bahagia. Dialah yang menciptakan dan Dialah yang patut dan yang pantas untuk disembah, tiada sekutu bagi-Nya.   Ayat ini mengandung sindiran bahkan penegasan bahwa Isa ibnu Maryam adalah seorang hamba yang diciptakan Allah sebagaimana manusia-manusia lainnya, karena ia diciptakan di dalam rahim dalam bentuk yang dikehendaki-Nya. Bagaimana ia menjadi tuhan sebagaimana anggapan orang-orang Nasrani, sedangkan ia berada dalam perut ibunya mengalami perubahan dan perpindahan dari keadaan demi keadaan, sebagaimana firman Allah S.W.T.: يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلاثٍ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ YAKHLUQUKUM FII BUTHUUNI UMMAHAA-TIKUM KHOLQOM-MIM-BA’DI KHOLQIN FII ZHULUMAATI TSALAATSIN, DZALIKUMULLOOHU ROBBAKUM LAHUL-MULKU LAA-ILAAHA ILLAA HUWA, FA ANNAA TUSHRIFUUN.= Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[**]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan? [Ket **] Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.   Allah S.W.T. adalah Pencipta. Dia mengukur ciptaan-Nya, kemudian memisahkan sebagian ciptaan itu dari yang lain, kemudian membentuknya, yakni memberinya rupa, membentuk cara dan substansi bagi sesuatu sesuai dengan fungsi yang dikehendaki-Nya.   Pembentukan manusia bermula di dalam rahim, sejak pertemuan sperma dan ovum. Allah menetapkan hukum-hukum yang mengatur pembentukan tersebut melalui gen sehingga jenis manusia berbeda dengan makhluk lain. Bahkan, seorang manusia berbeda dengan manusia lain. Di antara yang berbeda adalah suara dan sidik jarinya. Pembentukan itu sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Sedangkan yang dikehendaki-Nya antara lain tercermin dalam hukum-hukum yang ditetapkan-Nya, baik yang telah diketahui manusia maupun yang belum, Memang, sebagian hukum-hukum tersebut telah diketahui manusia dan dapat mereka manfaatkan melalui rekayasa genetika, tetapi itu bukan berarti bahwa manusia yang menetapkannya. Manusia hanya memanfaatkan pengetahuannya dalam konteks pembentukan. Di sisi lain, kita belum atau tidak tahu bagaimana pembentukan Nabi Isa a.s. sehingga dapat lahir, sedang ibunya yang suci, Maryam, tidak pernah berhubungan seks dengan seorang lelaki pun.   Kelahiran Nabi Isa a.s. yang seperti itu menimbulkan kesamaran tentang diri beliau bagi sementara orang, bahkan mengantar sebagian mereka menduganya anak Tuhan atau Tuhan. Karena itu, ayat ini segera menegaskan bahwa Tidak ada Tuhan yang memiliki, mengatur, menetapkan, dan membentuk segala sesuatu di alam raya ini, baik pembentukan yang jelas dan tidak samar maupun yang menimbulkan kesamaran, melainkan Dia. Dia Yang Mahaperkasa, tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Lagi Mahabijaksana dalam ketetapan, pengaturan, dan pembentukan-Nya.   Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Mas’ud r.a., dia berkata: ”Rasulullah s.a.w. telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan: ’Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (air mani), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Allah yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).   Dalam hadits ini ada beberapa hal yang perlu kita maklumi, yaitu: Malaikat yang dikirimkan ini, memang diserahi oleh Allah untuk melihat rahim ibu anak itu sejak ia berupa mani. Di waktu ini malaikat itu berkata: "Wahai Tuhan, apa dijadikan terus apa tidak? Kalau tidak terus ditakdirkan oleh Allah menjadi manusia, lalu dijadikan darah kotor yang terlempar sia-sia. Tetapi apabila memang dikehendaki jadi manusia, malaikat itu lalu berkata: "Wahai Tuhan, laki-lakikah atau perempuankah ini, bagaimana rezekinya, kapankah ajalnya (waktu meninggalnya), bagaimana kelakuannya dan di bumi mana ia nanti meninggal (di kubur)." Allah lalu berfirman: "Pergilah ke Lauh Mahfuzh, akan engkau temui semuanya." Malaikat itu lalu naik ke atas Lauh Mahfuzh dan mencatat semuanya. Jadi semua apa yang terjadi atas diri kita ini benar-benar telah digariskan oleh Allah menurut takdir yang dikehendaki. Tetapi kita tetap harus berusaha menjadi hamba Allah yang baik segala-galanya, sebab kita semua tentu tidak tahu takdir apa yang akan kita alami. Jadi marilah kita berusaha dan berikhtiar, sebab hanya di tangan Allahlah semua takdir itu.   Sesudah anak itu ditulis semua ketentuan-ketentuannya, lalu 40 hari jadi nuthfah, 40 hari 'alaqah dan 40 hari lagi berupa mudhghah, kemudian ditiupkan ruhnya. Selanjutnya ialah sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an: "Lalu kami ubahlah mudhghah itu menjadi tulang-belulang, kemudian tulang-belulang itu kami beri daging, selanjutnya Kami lupakanlah (jadikanlah) suatu makhluk lain (yakni jadi manusia benar-benar). Maha Sucilah Allah itu, sebaik-baiknya Zat yang membuat."   Yang meniupkan jiwa dalam tubuh manusia itu malaikat, tetapi ini tidak berarti bahwa malaikat yang memberi ruh kita, tetapi Allah jualah yang memberikan, hanya saja dengan tiupan malaikat itulah yang merupakan sebab musababnya manusia diberi ruh oleh Allah. Jadi tiupan ini hanyalah sebagai perantaraan belaka. Adapun ruh itu adalah benda halus yang hanya Allah saja yang Mengetahui akan keadaannya. Dalam al-Quran disebutkan: "Dan orang-orang itu sama bertanya padamu (Muhammad) tentang halnya ruh. Katakanlah: "Ruh itu adalah dari urusan Tuhanku. Engkau semua ini tidak diberi pengetahuan oleh Allah melainkan hanya sedikit sekali."   Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Pada suatu hari, Rasulullah s.a.w. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah s.a.w. menjawab: Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadhan. Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? Rasulullah saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya; Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu termasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Allah. Kemudian Rasulullah s.a.w. membaca firman Allah Taala: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kemudian orang itu berlalu, maka Rasulullah s.a.w. bersabda: Panggillah ia kembali! Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasulullah saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka. (HR Muslim).   Firman Allah S.W.T.: أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ  فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ   إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ  فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ  وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ ALAM NAKHLUKKUM MIM-MAAA-IM-MAHIININ, FAJA’ALNAAHU FII-QOROORIM-MAKIININ, ILAA QODARIM-MA’LUMIN, FAQODARNAA FANI’MAL-QOODIRUUN, WAILUY-YAUMA-IDZIL-LILMUKADZ-DZIBIIN= Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?  Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), Maka Kami-lah Sebaik-baik yang menentukan. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (QS al-Mursalaat 77: 20-23).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar