STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Jumat, 10 Juni 2011

TEMA POKOK, KARAKTERISTIK AJARAN, DAN MU’JIZAT AL-QUR’AN

BAB II
PENDAHULUAN
Dalam mendalami ilmu-ilmu Al-Qur’an agar pemahaman Al-Qur’an dapat maksimal, sungguh-sungguh, dan mendalam, diperlukan ilmu tafsir. Para guru besar serta ulama terkenal telah banyak menyita waktu dan pikirannya untuk medalami wahyu yang diturunkan oleh Allah STW. Sehingga mereka telah banyak meninggalkan khazanah ilmu pengetahuan yang luar biasa banyaknya, bahkan melimpah ruah dan tidak akan habis sepanjang masa. Namun, sekalipun seluruh tenaga untuk mendalami Al-Qur’an telah dicurahkan, mereka tetap saja masih kekurangan waktu, karena begitu luasnya ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al-Qur’an itu. Itulah sebabnya, diperluka penyelam yang terjun kedalamnya (untuk mempelajari ilmu Al-Qur’an) agar dapat mengambil mutiara dan permata Al-Qur’an dari dasarnya.
Hal itu karena Al-Qur’an merupakan wahyu Allah dan mukjizat yang dapat menjadi pedoman hidup manusia didunia maupun di akhirat kelak.manusia yang ingin hidup bahagia di dunia dan akhirat harus memahami serta mengamalkan Al-Qur’an. Para pujangga, sastrawan, cendikiawan dan penyair berlomba-lomba untuk mengomentari Al-Qur’an dengan mengemukakan keindahan dan kelebihannya.

Al-Qur’an Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai sifat. Salah satu diantaranya adalah ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Sebagaimana dalam firman Allah “Sesungguhnya kami yang menurunkan Al-Qur’an dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya” [QS 15:9].
Demikianlah Allah menjamin keotentikan atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat diatas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw. Dan yang didengar serta yang dibaca oleh para sahabat Nabi saw.
Tetapi dapatkah kepercayaan itu didukung oleh bukti-bukti lain? Dan, dapatkah bukti-bukti itu meyakinkan manusia, termasuk mereka yang tidak percaya akan jaminan Allah diatas? Tanpa ragu kita meng-iyakan pertanyaan diatas, karena seperti yang ditulis oleh almarhum Abdul Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar: “Para orientalis yang dari saat kesaat berusaha menunjukkan kelemahan Al-Qur’an, tidak mendapatkan celah untuk meragukan keotentikannya.” Hal ini disebabkan oleh bukti-bukti kesejarahan yang mengantarkan mereka kepada kesimpulan tersebut.
SUBSTANSI KAJIAN
1. Pokok-pokok Al-Qur’an
Kita telah mengetahui bahwa Al-Qur’an itu adalah firman Allah, pencipta manusia dan alam semesta, maha mengetahui semua keadaan dan kepentingan makhluk-Nya. Sebab itu maka akal kita manusia yang sangat picik ini, betapapun kita merasa cinta dan tingginya ilmu pengetahuan kita, namun kita takkan sanggup menjangkau seluruh isi dan maksud dari firman Allah tersebut. Dan kita tak akan mampu untuk menunjukkna batas-batas dari isi dan kandungan Al-Qur’an itu.
Walaupun demikian, untuk sekedar menunjukkan garis-garis besarnya saja, dan dapat dicapai oleh pikiran kita yang picik ini, bolehkah kita menyatakan, bahwa isi kandungan Al-Qur’an itu dapat disimpulkan dalam beberapa pokok, sebagai berikut:[1]
1. Ushuluddin: yaitu pokok-pokok agama, ialah ajaran-ajaran tentang kepercayaan tauhid terhadap Allah, serta pembasmian terhadap kepercayaan-kepercayaan syirik, kufur dan atheisme serta kemunafikan sampai keakar-akarnya.
2. Ajaran-ajaran tentang ibadah kepada Allah yaitu kebaktian makhluk terhadap khalik-Nya.
3. Hukum-hukum dan peraturan yang mengatur kehidupan manusia dalam segala bidang, baik dalam hubungannya dengan Tuhan seperti hokum-hukum mengenai ibadah dan kepercayaan.
4. Wa’ad dan Wa’id, atau Targhib dan Tarhib, atau Tabsyir dan Indzar. Wa’du ialah janji-harapan yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang berimandan beramal shaleh, bahwa mereka kelak akan diberi-Nya ganjaran pahala dan kebahagiaansebagai balasan, atas keimanan dan amal shaleh mereka itu, betapapun kecilnya. Sedang Wa’ied janji ancaman Tuhannya yang ditujukan kepada orang-orang yang ingkar dan berbuat kejahatan, bahwa mereka kelak akan ditimpa kemurkaan dan azab Tuhan sebagai balasan atas kekufuran dan perbuatan jahat mereka itu, betapapun kecilnya.
5. Riwayat-riwayat dan cerita-cerita mengenai bangsa-bangsa yang terdahulu, serta nabi-nabi dan rasul-rasul yang telah diutus Tuhan kepada mereka untuk menyampaikan agama Allah.
6. Selain dari pokok-pokok tersebut diatas Al-Qur’an juga berisi pokok-pokok atau dasar-dasar ilmu pengetahuandalam berbagai bidang
Itulah pokok-pokok atau garis-garis besar isi Al-Qur’an. Sekali lagi kita tegaskan bahwa isi Al-Qur’an bukan hanya itu saja, bahkan jauh lebih luas daripada apa yang dapat dijangkau oleh akal fikiran kita yang sangat picik ini, bila berhadapan dengan ilmu dan firman Tuhan.
Para ulama’ tafsir berpendapat, bahwa pokok-pokok yang tersebut diatas itu sebenarnya telah terkandung dalam surat Al-Fatihah secara ijmaly, secara global, hingga seolah-olah surat Al-Fatihah itu telah mencakup garis-garis besar dari isi Al-Qur’an seluruhnya sehingga apa-apa yang terdapat dalam surat-surat berikutnyadapatlah dipandang sebagai keterangan perincian dari pokok-pokok yang telah terkandung dalan surat Al-Fatihah tersebut.[2]
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy membagi isi pokok Al-Qur’an menjadi enam, yaitu:[3]
1. Aqidah yang merupakan pemisah antara mukmin dan kafir
2. Anjuran untuk menyelidiki alam semesta, untuk membuktikan adanya Allah dan kekuasaan-Nya.
3. Wa’ad dan Wa’id yaitu janji baik dan buruk (ancaman).
4. Kisah-kisah orang purbakala dan umat yang terdahulu.
5. Akhlak yang dibicarakan oleh sosiologi dan etika.
6. Hukum-hukum alamiyah. Hukum-hukum ini ada yang secara global dan ada yang secara detail.
2. Karakteristik Al-Qur’an
Setelah kita membicarakan tentang pokok-pokok Al-Qur’an, disini kita juga akan menyebutkan beberapa ciri khas yang dimiliki Al-Qur’an, antara lain:[4]
a. Ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang bersifat universal dan elastis, sehingga tetap sesuai untuk setiap umat, disetiap tempat dan masa.
b. Ajaran-ajaran dan hukum-hukumnya yang terang, logis, mudah difahami, dan mudah pula untuk diamalkan. Misalnya, ajarannya tentang ke-Tuhanan Yang Maha Esa, adalah sangat jelas, masuk akal dan sangat sesuai dengan fikiran yang semakin maju.
c. Ajaran-ajaran dan hukum-hukumnya sangat bermanfaat untuk kehidupan pribadi dan masyarakat. Ibadah-ibadah yang diwajibkannya, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lainnya, bkanlah semata-mata merupakan kebaktian makhluk terhadap khaliknya, bahkan faedah dan manfaatnya adalah untuk pribadi-pribadi yang melakukannya, dan untuk masyarakat umumnya karena ibadah-ibadah tersebut memupuk semangast kegotong-royongan, persamaan, persatuan dan persaudaraan yang akrab antara sesama makhluk.
d. Ajaran-ajaran dan hukum-hukum tidak hanya mementingkan masalah duniawi saja, atau ukhrawi saja, melainkan mementingkan keduanya. Ia membimbing umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat.
e. Al-Qur’an sangat menghormati akal dan kemajuan fikiran manusia. Oleh sebab itu Al-Qur’an merupakan pendorong utama kearah kemajuan fikiran dalam segala bidang kehidupan. Al-Qur’an tidak akan menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan, selama ilmu itu tetap diarahkan untuk kemaslahatan umat manusia, dan untuk pengabdian kepada Allah SWT.
Karakteristik Al-Qur’an Makki dan Madani
Sebagian besar surat makkiyah bertemakan pengokohan tauhid dan aqidah yang benar, khususnya berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan penetapan iman kepada hari kebangkitan karena kebanyakan yang diajak bicara mengingkari hal itu. Sedangkan sebagian besar ayat madaniyah berisi perincian ibadah-ibadah dan mu’amalah karena keadaan manusia pada waktu itu jiwanya telah kokoh dengan tauhid dan aqidah yang benar, sehingga membutuhkan perincian tentang berabagai ibadah dan mu’amalah.[5]
Dalam ayat madaniyah banyak disebutkan tentang jihad, hokum-hukumnya dan keadaan orang-orang munafik karena keadaan yang menuntut demikian di mana pada masa tersebut telah disyari’atkan jihad dan mulai bermunculan orang-orang munafik. Berbeda dengan isi ayat makiyah.
Mayoritas tema Al-Qur’an Makki berisi tentang:[6]
  1. Ajaran Ketauhidan (meng-Esakan Allah).
  2. Larangan berbuat syirik.
  3. Larangan mengalihkan suatu peribadatan kepada selain Allah (seperti; doa), sekalipun maksudnya ialah mendekatkan diri kepada Allah dan mencari syafaat dari sesembahannya itu di sisi Allah.
  4. Ajakan untuk beriman kepada hari akhir dan kebangkitan manusia dari kuburnya untuk menjalani hisab.
  5. tantangan kepada orang-orang yang berusaha menyamai Al-Qur’an walaupun satu suran saja.
  6. Kisah-kisah kaum terdahulu yang telah mendustakan ayat-ayat Al-Qur’an, seperti kaum Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Shaleh, dan lainnya.
  7. Motivasi untuk bersabar.
  8. Anjuran untuk melawan kaum musyrikin sesuai dengan Al-Qur’andan dengan cara-cara yang baik.
  9. Da’wah untuk menegakkan dalil-dalil kauniyah dan akliyah akan tauhid Rububiyah yang mengharuskan tauhid Uluhiyah.
  10. Lafadz-lafadznya bernada keras.
Mayoritas tema Al-Qur’an Madani berisi tentang:[7]
  1. Ajakan untuk berjihad dan mencapai syahid di jalan Allah.
  2. Penjelasan tentang hukum-hukum Islam.
  3. Keputusan hukum had.
  4. Mengungkap aib kaum munafik.
  5. Mengunci mulut ahli kitab dan selainnya serta mendebat mereka untuk menegakkan hujjah atas mereka.
  6. Menyebutkan kemenangan orang-orang mukmin atas musuh-musuhnya dalam peperangan.
3. Mu’jizat dan Keistimewaan Al-Qur’an
Setiap manusia selalu mengalihkan perhatiannya apabila ada sesuatu yang baru. Begitu juga yang terjadi pada umat manusia pada masa Nabi Muhammad saw. Ketika mereka memperhatikan kitab suci yang dibawakan Nabi Muhammad saw. Yang merupakan mukjizat beliau yang paling agung dan abadi. Mereka belum pernah menjumpai dan kitab suci apapun yang terpelihara dan terhormat seperti halnya kitab suci Al-Qur’an. Hujjahnya, keterangannya dan tutur bahasanya yang mantap dan lebut membuat Al-Qur’an mudah mendapat tempat dilubuk hati setiap manusia yang beriman.
Selain daripada itu, Al-Qur’an telah membangkitkan umat manusia untuk memperbaharui masyarakat, dan menyusun generasi yang belum pernah tampil dalam sejarah. Al-Qur’an pula yang menampilkan orang arab dari kehidupan sebagai pengembala unta dan kambing menjadi pemimpin bangsa-bangsa, yang dapat menguasai dunia bahkan dikenal sampai kenegeri-negeri yang sangat jauh. Kesemuanya itu berkat Al-Qur’an sebagai mukjizat (Muhammad) penutup para Nabi dan Rasul.
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad serta kaum muslimin. Disamping itu pada hakekatnya, Qur’an itu mukjizat dengan segala maknanya yang dibawakan dan dikandung oleh lafaz-lafaznya. Mukjizat-mukjizat tersebut antara lain terkandung dalamlafaz-lafaz dan uslub-uslubnya, dalam bayan (penjelasan, retorika) dan nazam (jalinan)-Nya, dalam ilmu pengetahuan dan alam ghaib.
3.1 Mu’jizat Al-Qur’an dari segi kebahasan
3.1.1 Pengertian Mu’jizat.
Kata mu’jizat dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan manusia”.[8]
Kata mu’jizat terambil dari kata bahasa arab “a’jaza” yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”.[9]
Mu’jizat didefinisikan oleh pakar agama Islam antara lain, sebagai “suatu hal peristiwa laur biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang didatangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu malayani tantangan itu”.[10]
Mu’jizat juga didefinisikan dengan suatu hal yang luar biasa, yang dijadikan Tuhan timbul dari Rasul-Nya, dan Rasul-Rasul tersebut meminta tandingan kepada orang-orang yang tidak mempercayai kerasulannya, supaya orang-orang tersebut mencoba pula melakukan hal-hal seperti yang telah mereka lakukan itu, dan ternyata tidak seorang pun dapat menandingi rasul-rasul tersebut, dengan demikian terbuktilah kebenaran mereka.
Jadi, ada tiga unsur penting pada mu’jizat itu, adalah:
a. Bahwa ia adalah suatu hal atau perbuatan yang luar biasa, yang menakjubkan dan menarik hati.
b. Diberikan oleh Allah kepada Rasul yaitu orang-orang yang mendakwahkan diri mereka menjadi utusan Allah, dan Rasul-Rasul tersebut meminta tandingan kepada orang-orang yang tidak mempercayai kerasulan mereka.
c. Kenyataan, bahwa tak seorang pun mampu menandingi rasul-rasul tersebut dalam hal itu.[11]
Makna mu’jizat Al-Qur’an berarti bahwa mu’jizat (bukti kebenaran) tersebut adalah mu’jizat atau yang terdapat di dalam Al-Qur’an, bukannya bukti kebenaran yang datang dari luar Al-Qur’an atau faktor luar.[12]
Ayat yang menerangkan tentang mu’jizat Al-Qur’an yang mendapat tantangan dari orang-orang kafir.
  1. QS Al-Isra’ ayat 17
  2. QS At-Thur ayat 33-34
  3. QS Hud ayat 13
  4. QS Yunus ayat 38
Al-Qur’an diturunkan pada saat bangsa Arab mencapai kemajuan dalam hal kebahasaan dan kesustraan. Banyak para ahli bahasa dan sastra yang terkenal namun begitu Al-Qur’an turun mereka merasa tersaingi oleh bahasa Al-Qur’an. Sebagian dari mereka bahkan tunduk terhadap Al-Qur’an. Bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an menduduki sistem atau gaya bahasa yang sangat tinggi yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Keunikan dan keistimewaan Al-Qur’an dari segi bahasa merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditujukan kepada masyarakat Arab 15 tahun yang lalu.
Susunan kata dan kalimat Al-Qur’an[13]
a. Nada dan Langgamnya
Al-Qur’an mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata-kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi dan kemudian kumpulan kata-kata itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian ayat-ayatnya. Dalam Al-Qur’an juga terdapat keteraturan bunyi yang indah melalui nada huruf-hurufnya ketika ia mendengar harokat dari sukunnya, mad dan ghunnahnya, fasilah dan maknanya sehingga telinga tidak pernah merasa bosan, bahkan ingin senantiasa terus mendengarnya.
b. Singkat dan Padat
Kalimat yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersusun secara singkat namun dapat menapung sekian banyak makna. Lafaz-lafaz Al-Qur’an memenuhi hak setiap makna pada tempatnya, tidak satupun diantara lafaz-lafaz itu dikatakan sebagai kelebihan. Bahkan tidak ada seorangpun peneliti yang mengharuskan menambahkan satu huruf saja pada lafaz tersebut, karena ada kekurangan.
c. Memuaskan Para Pemikir dan Orang Kebanyakan
Kemukjizatan didapatkan pula dalam macam-macam kitab dimana berbagai golongan manusia yang berbeda tingkat intelektualitasnya dapat memahami kitab itu sesuai dengan tingkat akalnya, sehingga masing-masing dari mereka memandangnya cocok dengan tingkatan akalnya dan sesuai dengan keperluannya, baik orang awam maupun kalangan ahli.
d. Memuaskan Akal dan Jiwa
Manusia yang terdiri dari akal dan jiwa, daya piker dan daya rasa atau akal dan kalbu. Akal dan kalbu tersebut mendorong dan memberikan sesuatu yang nyaman bagi manusia. Namun dalam berbahasa sulit sekali memuaskan kedua daya dalam saat yang sama. Al-Qur’an mempunyai keunikan yakni dapat menggabungkan kedua daya tersebut. Al-Qur’an dapat memenuhi kebutuhan jiwa manusia, pikiran maupun perasaan, sama dan seimbang. Kekuatan piker tidak akan menindas kekuatan rasa dan kekuatan rasapun tidak akan pula menindas kekuatan pikir.
Para ahli bahasa yang mamusatkan perhatian mereka kepada segi keindahan bahasa Al-Qur’an itu mereka berkata bahwa kemukjizatan Al-Qur’a, itu terletak pada nilai susunan bahasanya. Keindahan uslub-uslub dan gaya bahasanya serta ketinggian fashahahdan balaghahnya, sehingga berada di luar batas kemampuan makhluk Tuhan untuk menandiginya.
Menurut Jalaluddin As-Suyuthi (1996: 311) al-I’jaz menurut bahasa berarti lemah. Setelah mengalami perubahan kata maknanya berarti kemampuan. Jadi mu’jizat adalah memperlihatkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan memperlihatkan kelemahan orang-orang Arab untuk menghadapi mu’jizatnya. Mu’jizat tersebut adalah Al-Qur’an.
e. Keseimbangan Redaksi Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab yang paling sempurna, kesempurnaan itu juga terdapat pada keseimbangan kata-kata yang digunakan didalamnya. Hal-hal tersebut telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat As-Syuro:17:
ª!$# üÏ%©!$# tAtRr& |=»tGÅ3ø9$# Èd,ptø:$$Î/ tb#uÏJø9$#ur 3 $tBur y7ƒÍôム¨@yès9 sptã$¡¡9$# Ò=ƒÌs%
Artinya:
“Allah-lah yang menurunkan Kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat ?” (QS As Syuro: 17)
Rosyad khalifah berpendapat, bahwasannya terdapat rahasia terhadap pengulangan kosa-kata dalam Al-Qur’an. Ia membuktikan idenya dengan mengulas kata basmalah yang terdiri dari 19 huruf. Dari 19 huruf yang terdapat dalam kata basmalah dijadikan dasar bagi setiap ilmiyah menyangkut perhitungan angka-angka dalam Al-Qur’an.
Abdurrrazaq Naufal dalam bukunya Al-‘Ijaz Al-‘Adad Al-Qur’an Al-Karim (Kemukjizaztan dari Segi Bilangan dalam Al-Qur’an) yang terdiri dari tiga jilid, mengemukakan sekian banyak contoh tentang keseimabangan tersebut, yang dapat penulis simpulkan secara sangat ringkas sebagai berikut.[14]
1) Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya, misalnya:
Al Hayaatu dengan Al Mautu sebanyak 145 kali
An Naf’u dengan Al Fasaadu sebanyak 50 kali
Al Harru dengan Al Bardu sebanyak 4 kali, dan masih banyak lagi.
2) Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinoninmya/makna yang dikandungnya, misalnya:
Al Hartsu dengan Az Ziraa’atu sebanyak 14 kali
Al ‘Aqlu dengan An Nuur sebanyak 49 kali
Al Qur’an dengan As Salaam sebanyak 70 kali, dan masih banyak lagi.
3) Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya, misalnya:
Al Infaaqu dengan Ar Ridlo sebanyak 73 kali
Al Bukhlu dengan Al Hasaratu sebanyak 12 kali
Al Faahisyatu dengan Al Ghadhabu sebanyak 26 kali, dan masih banyak lagi.
4) Keseimbangan antara ju,lah bilangan kata dengan penyebabnya, misalnya:
Al Israafu dengan As Sur’atu sebanyak 23 kali
Al Mau’idzatu dengan Al Lisaanu sebanyak 25 kali
As Salaamu dengan At Thayyibaatu sebanyak 60 kali, dan masih banyak lagi.
3.1.2 Kemu’jizatan Al-Qur’an Secara Ilmiah
Kemukjizatan Al-Qur’an secara ilmiah pada hakikatnya terlatak pada dorongannya untuk berpikir dan menggunakan akal. Al-Qur’an mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak mengebiri aktifitas dan kreatifitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau menghalanginya dari penambahan ilmu pengetahuan yang dicapainya.
Kemukjizatan ilmiah itu terutama pada ajakan Al-Qur’an untuk memperhatikan, memikirkan, membahas, dan menggunakannya, sebagaimana bunyi ayat berikut.[15]
È@è% (#rãÝàR$# #sŒ$tB Îû ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÇÊÉÊÈ
Artinya:
“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi”. (QS Yunus: 101)
Al-Qur’an bukan suatu kitab ilmiyah sebagaimana halnya kitab-kitab ilmiyah yang dikenal selama ini. Kebenaran ilmiyah yang terdapat dalam Al-Qur’an bersifat mutlak, sedangkan kitab-kitab ilmiyah karangan manusia bersifat relatif, artinya kebenaran tersebut dapat disangkal jika ditemukan teori-teori yang baru.
Kebenaran ilmiyah adalah pasti. Banyak petunjuk yang telah dijelaskan tentang ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an. Hakekat-hakekat ilmu yang disinggung Al-Qur’an, dikemukakannya dalam redaksi yang singkat dan serat makna, sekaligus telepas dari ciri umum. Redaksinya yakni memuaskan banyak orang terutama para pemikir.
3.1.3 Kaidah-kaidah Kajian Mu’jizat Ilmiyah
Kajian-kajian ini berdasarkan kaidah-kaidah yang secara singkat sebagai berikut.[16]
  1. Ilmu Allah itu universal dan kebenarannya bersifat mutlak. Sedangkan ilmu manusia terbatas dan kebenarannya bersifat relative. Mungkin benar dan mungkin salah.
  2. Ada nash-nash wahyu yang dilalah (indikasi)-nya pasti, sebagaimana disana juga ada realitas ilmu pengetahuan alam pasti.
  3. Dalam nash-nash wahyu yang dilalah-nya tidak pasti, begitu pula dalam teori-teori pengetahuan yang ketentuannya tidak pasti.
  4. Tidak mungkin terjadi pertentangan antara yang pasti dari wahyu dan yang pasti dari ilmu eksperimental. Maka kalaulah pada gejalanya terjadi pertentangan, pasti ada kesalahan dalam menentukan kepastian salah satunya.
  5. Sesungguhnya nash-nash wahyu diturunkan dengan lafaz-lafaz yang mencakup segala konsep yang benar dalam topik-topiknya yang terus-menerus muncul dari satu generasi kegenerasi selanjutnya.
  6. Jika terjadinya pertentangan antara dilalah nash yang pasti dengan teori ilmiyah, maka teori ini harus ditolak, karena nash adalah wahyu dari dzat yang ilmunya mencakup segala sesuatu. Dan jika ada kesesuaian antara keduanya, maka nash merupakan pedoman atas kebenaran teori tersebut. Dan jika nash tadi adalah tidak pasti dilalah-nya sedangkan hakekatnya alam itu pasti, maka nash itu dita’wilkan.
  7. Jika terjadi pertentangan antara realitas ilmiyah yang pasti dan hadist yang ketetapannya tidak pasti, maka hadist yang tidak pasti ketetapannya itu harus dita’wilkan agar sesuai dengan realitas yang pasti. Dan jika tidak terjadi kesesuaian, maka yang pasti itu didahulukan.
3.1.4 Sisi Mu’jizat Ilmiyah
Sesungguhnya mu’jizat ilmiyah Al-Qur’an diketahui oleh para pakar ilmu pengetahuan pada seluruh disiplin ilmunya. Hal itu tampak pada susunan kalimatnya, pada pemberitaannya tentang umat yang lalu, kajadian mendatang, hukum syari’at dan lain sebagainya. Dan sungguh mu’jizat ilmiyah telah tersebar luas pada zaman kita ini untuk menunjukkan dimensi-dimensi mu’jizat Al-Qur’an dan sunnah yang telah ditentukan oleh ilmu-ilmu pengetahuan alam dan kedokteran.
Mu’jizat ilmiyah dalam Al-Qur’an dan Sunnah tergambar pada hal di bawah ini.[17]
  1. Ada kesesuaian antara apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah dengan apa yang telah ditemukan oleh para pakar ilmu pengetahuan alam yang tidak mungkin dapat diketahui manusia pada waktu turunnyab Al-Qur’an.
  2. Koreksi Al-Qur’an dan Sunnah terhadap pemikiran manusia yang salah dalam menguak rahasia makhluk-Nya, karena ilmu-Nya mencakup segala sesuatu.
  3. Ketika nash-nash dan Sunnah yang shahih dikumpulkan, ditemukan sebagian nash itu melengkapi bagian lainnya sehingga tampaklah hakikatnya. Padahal nash itu diturunkan secara terpisah masanya, begitu pula tempatnya dalam Al-Qur’an. Tentunya hal ini hanya semata-mata dari sisi Allah yang mengetahui rahasia baik dilangit maupun di bumi.
  4. Pembentukan syari’at yang sangat bijaksana yang kadangkala hikmahnya tidak diketahui oleh manusia pada waktu turunnya Al-Qur’an dan baru ditemukan oleh kajian-kajian dari para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
  5. Tidak ada pertentangan antara nash-nash wahyu yang pasti dalam menerangkan rahasia-rahasia alam dan realitas ilmiyah yang ditemukan, padahal ada pertentangan antara apa yang diungkapkan oleh para pakar ilmu pengetahuan alam dengan teori-teorinya yang sering berganti-ganti karena kemajuan penemuan dan adanya pertentangan antara ilmu pengetahuan dengan apa yang ditetapkan oleh semua agama yang diselewengkan dan diganti (ajarannya).
3.1.5 Pemberitaan Ghaib dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an mengungkap sekian banyak ragam hal ghaib. Al-Qur’an mengungkap kejadian masa lampau yang tidak lagi diketahui oleh manusia, karena masalahnya telah demikian lama, dan mengungkap juga peristiwa masa datang atau masa kini yang belum diketahui manusia.
3.1.5.1 Peristiwa atau Berita Ghaib Tentang Masa Lampau
Al-Qur’an mengisahkan sekian banyak peristiwa masa lampau. Peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam Al-Qur’an tentang masa lampau telah banyak terbukti kebenarannya melalui penelitian arkeolog. Tapi banyak juga peristiwa-peristiwa masa lalu yang belum terbukti, namun kita wajib menyakini kebenarannya.
Di antara peristiwa atau informasi kisah-kisahnya yang telah terbukti diantaranya:
a. Kaum ‘Ad dan Tsamud serta kehancuran kota Iran, sebagaimana dalam firman Allah.[18]
ôMt/¤x. ߊqßJrO 7Š%tæur ÏptãÍ$s)ø9$$Î/ ÇÍÈ $¨Br'sù ߊqßJrO (#qà6Î=÷dé'sù ÏpuÏî$©Ü9$$Î/ ÇÎÈ $¨Br&ur ׊$tã (#qà6Î=÷dé'sù 8xƒÌÎ/ AŽ|Àö|¹ 7puŠÏ?%tæ ÇÏÈ $ydt¤y öNÍköŽn=tã yìö7y 5A$uŠs9 spuŠÏY»yJrOur BQ$­ƒr& $YBqÝ¡ãm uŽtIsù tPöqs)ø9$# $pkŽÏù 4Ótç÷Ž|À öNåk¨Xr(x. ã$yfôãr& @@øƒwU 7ptƒÍr%s{ ÇÐÈ
Artinya:
“Kaum Tsamud dan 'Ad Telah mendustakan hari kiamat. Adapun kaum Tsamud, Maka mereka Telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaum 'Aad Maka mereka Telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang,. Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; Maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang Telah kosong (lapuk)” (QS Al Haqqah: 4-7)
b. Berita tentang tenggelam dan selamatnya badan Fir’aun.[19]
Dalam Al-Qur’an ditemukan sekitar tiga puluh kali. Allah SWT. menguraikan kisah Musa dan Fir’aun, yang kisah tersebut tidakdikenal masyarakat ketika itu kecuali melalui kitab perjanjian lama. Al-Qur’an mengungkap secara rinci dan jelas peristiwa tersebut yang terjadi pada abad ke dua belas SM atau 3200 tahun silam. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 90-92.
* $tRøuq»y_ur ûÓÍ_t7Î/ Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) tóst7ø9$# óOßgyèt7ø?r'sù ãböqtãöÏù ¼çnߊqãYã_ur $\øót/ #·rôtãur ( #Ó¨Lym !#sŒÎ) çmŸ2u÷Šr& ä-ttóø9$# tA$s% àMZtB#uä ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) žwÎ) üÏ%©!$# ôMuZtB#uä ¾ÏmÎ/ (#þqãZt/ Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) O$tRr&ur z`ÏB tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# ÇÒÉÈ z`»t«ø9!#uä ôs%ur |MøŠ|Átã ã@ö6s% |MZä.ur z`ÏB tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÒÊÈ tPöquø9$$sù y7ŠÉdfuZçR y7ÏRyt7Î/ šcqä3tGÏ9 ô`yJÏ9 y7xÿù=yz Zptƒ#uä 4 ¨bÎ)ur #ZŽÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# ô`tã $uZÏG»tƒ#uä šcqè=Ïÿ»tós9 ÇÒËÈ
Artinya:
Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, Karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu Telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal Sesungguhnya kamu Telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu, supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”. (QS Yunus: 90-91)
c. Ashab al-Kahfi[20]
Kisah tentang ashabul kahfi yang tertidur di dalam gua selama ratusan tahun diungkapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an yakni surat Al Kahfi, bahkan gua tempat bersembunyi mereka juga dilukiskan dalam Al-Qur’an yakni surat al-Kahfi ayat 17.
* ts?ur }§ôJ¤±9$# #sŒÎ) Myèn=sÛ âurºt¨? `tã óOÎgÏÿôgx. šV#sŒ ÈûüÏJuø9$# #sŒÎ)ur Mt/{xî öNåkÝÎ̍ø)¨? |N#sŒ ÉA$yJÏe±9$# öNèdur Îû ;ouqôfsù çm÷ZÏiB 4 y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÏM»tƒ#uä «!$# 3 `tB Ïöku ª!$# uqßgsù ÏtGôgßJø9$# ( ÆtBur ö@Î=ôÒム`n=sù yÅgrB ¼çms9 $|Ï9ur #YÏ©óD ÇÊÐÈ
Artinya:
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.”(QS Kahfi: 17)
Di samping kisah-kisah tersebut di atas yang telah terbukti kebenarannya yang terdapat dalam Al-Qur’an masih banyak lagi kisah-kisah arkeolog serta peralatan yang canggih yang mampu mendeteksi lokasi peristiwa tersebut.
3.1.5.2 Peristiwa Berita Ghaib Masa Datang yang Terbukti
a) Peristiwa terjadi kini setelah sebelumnya Al-Qur’an menerangkan bakal terjadinya. Misalnya, pemeberitaan Al-Qur’an tentang akan terjadinya kemenangan bangsa Romawi atas Persia pada masa sekitar 9 tahun sebelum kejadiannya. Peristiwa tersebut terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 1-5.[21]
Selain kisah bangsa Romawi, juga terdapat kisah-kisah lain seperti kasus Al-Walid bin Mughiroh dan kisah Abu Jahal (QS Al Alaq: 9-19).[22]
b) Peristiwa masa datang yang belum lagi seperti peristiwa kehadiran seekor binatang yang berbicara menjelang hari kiamat. Sebagaimana dalam firman Allah: [QS. An-Naml: 82]:
* #sŒÎ)ur yìs%ur ãAöqs)ø9$# öNÍköŽn=tã $oYô_t÷zr& öNçlm; Zp­/!#yŠ z`ÏiB ÇÚöF{$# óOßgãKÏk=s3è? ¨br& }¨$¨Z9$# (#qçR%x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ Ÿw tbqãZÏ%qムÇÑËÈ
Artinya:
Dan apabila perkataan Telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat.” (QS An Naml: 82)
Tentu saja peristiwa masa datang yang belum terjadi tidak dapat dijadikan bukti kemukjizatan Al-Qur’an dari aspek pemberitaan ghaibnya. Namun kita sebagai muslim wajib percaya atas berita tersebut.
3.2 Keistimewaan Al-Qur’an
Al-Qur’an memberikan petunjuk-petunjuk dalam persoalan aqidah, syari’ah dan akhlaq, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut; dan Allah SWT menugaskan Rasul SAW, untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu. Semua itu, merupakan sebuah keistimewaan daripada Al-Qur’an. Di bawah ini termasuk sebagian dari keistimewaan Al-Qur’an.[23]
1. Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada rasul kita Muhammad saw, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas.
2. Membacanya baik di dalam shalat maupun yang lain ternilai sebagai ibadah, serta mendapatkan pahala, berdasarkan sabda Rasulullah SAW “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah maka dia mendapatkan satu kebajikan, sedangkan satu kebajikan itu dilipat-gandakan menjadi sepuluh. Saya tidak mengatakan “Alif Lam Mim” itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”
3. Shalat tidak sah tanpa membaca Al-Qur’an, berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Tidak ada shalat bagi siapapun yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah)”.
4. Al-Qur’an dijamin terlepas dari perubahan dan penggantian, berdasarkan firman Allah SWT:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr: 6)
5. Al-Qur’an dijamin terlepas dari saling kontradiksi, berdasarkan firman Allah SWT:
Ÿxsùr& tbr㍭/ytFtƒ tb#uäöà)ø9$# 4 öqs9ur tb%x. ô`ÏB ÏZÏã ÎŽöxî «!$# (#rßy`uqs9 ÏmŠÏù $Zÿ»n=ÏF÷z$# #ZŽÏWŸ2 ÇÑËÈ
Artinya:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa’: 82)
6. Dimudahkan untuk menghafalnya, berdasarkan firman Allah SWT, dalam QS. Al-Qamar: 40.
ôs)s9ur $tR÷Žœ£o tb#uäöà)ø9$# ̍ø.Ïe%#Ï9 ö@ygsù `ÏB 9Ï.£B ÇÍÉÈ
Artinya:
Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS Al Qamar: 40)
7. Di dalam Al-Qur’an ada semua yang dibutuhkan oleh manusia, berupa aqidah, ibadah, hukum, mu’amalah, akhlaq, politik, ekonomi dan lain sebagainya dari hal-hal yang mesti dibutuhkan oleh masyarakat, Allah berfirman:
$¨B $uZôÛ§sù Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« ÇÌÑÈ
Artinya:
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam al-Kitab”. (QS Al An’am: 38)
8. Al-Qur’an menenangkan hati dan meneguhkan keyakinan. Allah berfirman, dalam QS Ar-Ra’d: 28
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ûÈõuKôÜs?ur Oßgç/qè=è% ̍ø.ÉÎ/ «!$# 3 Ÿwr& ̍ò2ÉÎ/ «!$# ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$# ÇËÑÈ
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’du: 28)
Al-Qur’an datang ke dunia, setelah kemampuan manusia itu lengkap, dan pola pemikirannya pun meningkat. Karena risalah kita Nabi Muhammad SAW adalah untuk memenuhi manusia setelah ia mencapai tahap kepintarannya dan pertumbuhan akalanya telah mencapai kesempurnaan. Mu’jizat Muhammad bisa dicapai dengan akal dan tidak lagi membutuhkan macam-macam perasaan/indra. Ia berupa ide-ide abadi yang bisa ditangkap kearifannya oleh manusia dalam setiap generasi. Ia juga merupakan mu’jizat untuk membimbing/meluruskan jalan hidup semua manusia.
KRITIK DAN KOMENTAR
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul karim
Majid, Abdul, dkk. 1997. Mu’jizat Al Qur’an dan As Sunnah Tentang IPTEK. Jakarta: Gema Insani Press
Mustofa, A. 1994. Sejarah Al-Qur’an. Surabaya: Al-Ikhlas
Qawwam, Muhammad. 2006. Bagaimana Kita Memahami Al-Qur’an. Malang: Cahaya Tauhid Press
Saifullah, dkk. 2004. Ulumul Qur’an. Ponorogo: Prodial Permata Sejati
Shihab, Quraish. 2005. Mukjizat Al-Qur’an diTinjau dari Aspek Kebahasaan, Syarat Ilmiyah dan Pemberitaan Ghaib. Bandung: Mizan

[1] Drs. H. A. Mustofa, Sejarah Al-Qur’an (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994) hlm, 121-124.
[2] Ibid., hal, 127.
[3] Ibid., hal, 128.
[4] Ibid., hal, 134-135.
[5] Muhammad Qawwam, Bagaimana Kita Memahami Al-Qur’an (Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006, hal, 142.
[6] Ibid., hal, 143.
[7] Ibid., hal, 144.
[8] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an diTinjau dari Aspek Kebahasaan, Syarat Ilmiyah dan Pemberitaan Ghaib (Bandung: Mizan, 2008) hal, 23.
[9] Ibid., hal, 23.
[10] Ibid.
[11] Drs. H. Mustofa, ...op. cit, hal, 138.
[12] M. Quraish Shihab, ...op. cit, hal, 43.
[13] Ibid., hal. 118-127.
[14] Ibid., hal. 140-143.
[15] Saifullah, dkk, Ulumul Qur’an (Ponorogo: Prodial Permata Sejati, 2004) hal, 138.
[16] Abdul Majid bin Aziz Al Zindani, dkk, Mu’jizat Al Qur’an dan As Sunnah Tentang IPTEK (Jakarta: Gema Insani Press, 1997) hal, 26-27.
[17] Ibid., hal, 28.
[18] M. Quraish Shihab, …op. cit, hal, 196.
[19] Ibid., hal, 200.
[20] Ibid., hal, 203.
[21] Ibid., hal, 212.
[22] Ibid., hal, 217.
[23] Muhammad Qawwam, …op. cit, hal, 161-169.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar