STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Jumat, 08 Juli 2011

Bahasa Arab Baidah (tsamud, shafa dan lihyan)

Bahasa Arab baidah adalah bahasa Arab prasasti yang dialek-dialeknya dipakai oleh kabilah-kabilah yang telah punah sebelum Islam. Nisabon berpendapat bahwa kabilah-kabilah ini sangat dekat masanya dengan Sam bin Nuh. Di antara kelas sosial ini yang terkenal adalah ‘Ad yang tinggal di Ahqaf sebelah selatan Jazirah Arab; Tsamud yang bertempat di al-Hijr di lembah al-Qura antara Hijaz dan Palestina; ‘Ubayl di Yatsrib; Thasm dan Judays di Yamamah; ‘Imalaqah di Makkah, Yatsrib dan sekitarnya, serta di nejd, Bahrain, Palestina dan Irak; Jurhum dan Wabar di Yaman; serta Amim antara Oman dan Ahqaf.
Dalam beberapa literatur berbahasa Arab, disebutkan bahwa bahasa ini tidak sampai kepada kita melainkan hanya melalui prasasti-prasasti, dan banyak dari prasasti ini yang didapatkan pada oase dan padang sahara antara Damaskus dan daerah al-‘Ula (sebelah utara Hijaz). Dari prasasti-prasasti ini tampak bahwa para penutur dialek-dialek itu terisolasi dari orang-orang Arab Nejd dan Hijaz. Juga tampak bahwa dialek-dialek Arab Selatan baidah diwarnai oleh peradaban Aramaik dan menggunakan huruf yang mirip dengan Musnad dan sejarahnya ditulis dengan sejarah Bashrah dan perang antara bangsa Nabasia, Persia dan Romawi, sedangkan dialek-dialek Arab Utara baidah dipengaruhi oleh peradaban Nabasia, kemudian ditulis dengan khat Nabasia atau yang mendekatinya.

Dialek-dialek Arab baidah yang terpenting ada tiga yaitu
1.Dialek Tsamud adalah dialek yang dinisbatkan pada kabilah-kabilah Tsamud yang telah disebutkan dalam al-Qur’an. Sejarah sebagian besar prasasti yang ditulis dengan dialek ini kembali pada abad VI SM. sampai IV M. Kalkulasi prasasti ini mencapai + 2000 buah, yang paling banyak didapatkan di Hijaz, Nejd, Shafa (timur Damaskus) dan Jazirah Sinai, yang ditulis dengan khat Musnad yang bagus dan elegan yang ditulis dari atas ke bawah, dan tidak ditetapkan hanya pada satu masa. Jika diperhatikan, dalam prasasti-prasasti Shafa ditemukan kata-kata yang tidak popular dalam bahasa Arab yang diambil dari bahasa Ibrani dan Suryan.
2.Dialek Shafa adalah dialek yang dinisbatkan pada daerah Shafa (sebelah tenggara Damaskus), prasasti-prasastinya terdapat di daerah-daerah yang berbeda yaitu pada tanah vulkanik yang terdapat antara bukit Shafa dan Gunung Daruz. Jumlah prasasti-prasastinya hingga saat ini mencapai + 2000 buah yang ditulis antara abad III dan VI M. Seorang orientalis Jerman Enno Litmann telah menganalisa sebagian besar rumus-rumusnya dan menemukan huruf-huruf abjadnya, serta memperhatikan bahwa tulisannya dekat dengan tulisan Tsamud, dan dimungkinkan diambil darinya, tetapi terdapat banyak perubahan dan perbedaan. Terkadang dibaca dari kiri ke kanan, dan terkadang dari kanan ke kiri. Kemiripan antara tulisan Tsamud dan Shafa membuat sebagian ahli menetapkan khat kuno yang memperlihatkan pengaruh kedua jenis tulisan itu yang disebut dengan Khat Tsamud-Shafa.
3.Dialek Lihyan adalah dialek yang dinisbatkan pada kabilah-kabilah Lihyan yang tinggal di daerah al-‘Ula (sebelah utara Hijaz). Terdapat dalam banyak prasasti, penyebutan nama-nama para raja Lihyan. Kemungkinan sejarah prasasti-prasasti ini dari pertengahan kedua Millenium I SM., dari oase-oase Didan, al-‘Ula modern, 300 km sebelah tenggara Madinah. Sejarah prasasti-prasasti ini adalah pada masa antara tahun 400 dan 200 SM. Tulisan yang digunakan juga diambil dari tipe tulisan Arab Selatan, Musnad, tetapi lebih bagus, halus, sistemnya lebih kuat dan indah dibandingkan dengan khat Tsamud dan Shafa. Khat ini ditulis melintang dari kanan ke kiri.
Tulisan-tulisan yang ditemukan di wilayah vulkanis Shafa di Hauran serta tulisan-tulisan Dedan dan Lihyan di al-‘Ula (yang disebut proto-bahasa Arab) dari abad VII hingga III SM., juga tulisan-tulisan Tsamud di daerah yang sama, terutama dari al-Hijr dan Tema (abad V SM. hingga abad IV M.), dalam epigrafnya mewakili bentuk alphabet Arab Utara; tapi bahasa tulisan-tulisan itu adalah bahasa Arab Utara yang hanya sedikit berbeda dengan bahasa Arab klasik yang kita kenal. Tulisan graffiti Tsamud merupakan perkembangan dari tulisan Lihyan, sebuah perkembangan lain dari apa yang kita lihat dalam tulisan graffiti Shafa. Tulisan-tulisan Shafa merupakan hasil tangan orang-orang Arab Selatan bagian paling utara yang pernah ditemukan. Tulisan Arab Selatan juga ada yang ditemukan di Ethiopia. Hubungan histories antara tiga bangsa di Utara yang menggunakan tulisan yang sama ini, yaitu bangsa Shafa, Lihyan, dan Tsamud, belum sepenuhnya terungkap. Orang-orang Lihyan, yang disebut sebagai orang Lechieni oleh Pliny, termasuk salah satu bangsa Arab kuno – mungkin bagian dari bangsa Tsamud.
Prasasti-prasasti bahasa Arab baidah menurut cara sampainya kepada kita ini terbagi menjadi dua bagian yaitu
1.Yang banyak dipengaruhi oleh bahasa Aramaik, yaitu yang tertulis dengan khat yang terbentuk dari khat Musnad.
2.Yang sedikit terpengaruh oleh bahasa Aramaik dan lebih mendekati bahasa Arab baqiyah dari segi kosakata, gaya bahasa dan tata bahasanya, sedangkan daerah tempat ditemukannya prasasti-prasasti ini tidak terlalu jauh dari daerah tempat ditemukannya prasasti-prasasti bagian pertama. Prasasti-prasasti bagian ini tertulis dengan khat Nabasia atau yang terbentuk darinya.
Penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap prasasti-prasasti Tsamud, Shafa, dan Lihyan yang telah ditemukan, menunjukkan bahwasanya dialek-dialek ini merupakan dialek-dialek Arab baidah yang paling dekat dengan bahasa Arab fashih, dan bahwasanya tulisan-tulisannya dekat dengan khat Musnad, atau bahkan terbentuk darinya. Sedangkan tulisan Arab Utara yang masih digunakan hingga sekarang, terbentuk dari tulisan Nabasia, sebagaimana yang terdapat pada prasasti Umm al-Jimal I (sekitar pertengahan abad III M.), prasasti Namara (328 M.), Zabd (512 M.), Hiran (568 M.), serta prasasti Umm al-Jimal II (abad VI M.).
Untuk pembuktian-pembuktian awal sebuah tipe bahasa Arab yang memiliki kata sandangt al-, kita harus kembali pada dua kelompok prasasti yang lain, Nabasia dan Palmyra. Keduanya ditulis dalam bahasa Aramaik, tetapi keduanya berasal dari sebuah lingkungan di mana bahasa Arab digunakan. Dalam prasasti-prasasti ini kita banyak menemukan pengaruh dari bahasa Arab yang dipakai ini.
Prasasti-prasasti Nabasia berasal dari kerajaan Nabasia, dengan ibukotanya Petra, yang tumbuh subur hingga 106 M. Sejarah prasasti-prasasti ini adalah dari abad I SM. Sampai abad I M.; yang termuda adalah dari tahun 355/356 M. Meskipun teks-teksnya dalam bentuk tulisan dan bahasa Aramaik, namun bahasa sehari-hari warga kerajaan Nabasia adalah bahasa yang memiliki hubungan dengan bahasa Arab klasik.
Kelompok prasasti Palmyra berasal dari oase-oase Tadmur (Palmyra), yang telah dirusak oleh bangsa Romawi pada tahun 273 M. Sejarah prasasti-prasasti ini adalah dari abad II dan III M. Seperti halnya prasasti-prasasti Nabasia, prasasti-prasasti dari Palmyra ditulis dalam lingua franca wilayah ini, Aramaik, dengan sebuah tipe tulisan Aramaik.
Bagi sejarah bahasa Arab, kedua kelompok prasasti ini kurang mempunyai arti penting, sejak mereka tidak banyak memakai kosakata Arab, dan kebanyakan darinya adalah nama-nama orang.
Prasasti bahasa Arab dengan tulisan lain yang paling terkenal adalah yang berasal dari Namara (120 km sebelah tenggara Damaskus, bertarikh dari 328 M. dan ditemukan pada tahun 1901). Prasasti ini dibuat untuk menghormati Imru’ al-Qays bin ‘Amr I (w. 328 M.), seorang raja dari Dinasti Nashri atau Lakhmi. Prasasti Namara menjadi prasasti yang paling terkenal di kalangan ahli bahasa adalah karena prasasti ini paling komplit. Tulisan yang digunakan dalam prasasti ini merupakan tulisan proto-Arab tertua yang berhasil ditemukan. Tulisan itu merupakan variasi dari huruf orang-orang Nabasia dan memperlihatkan banyak tanda peralihan menuju tulisan Arab Utara yang belakangan, terutama dari sisi penggabungan huruf-huruf.
DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K., History of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002
Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah, Ithra’ “Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah” li Kitabay “Fiqh al-Lughah” wa “’Ilm al-Lughah”, Mesir: Dar al-Kutub, 1945
Sarhan, Muhammad, Fiqh al-Lughah, Riyadh: Al-Idarah al-‘Ammah li al-Ma’ahid al-‘Ilmiyyah wa al-Kulliyyat, 1956
Versteegh, Kees, The Arabic Language, …
Ya’qub, Emile Badi’, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyah wa Khashaishuha, Beirut: Dar al-Tsaqafah al-Islamiyyah, 1982

Tidak ada komentar:

Posting Komentar