STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Selasa, 11 Oktober 2011

MENEROPONG PENDIDIKAN ISLAM DI KOTA MAKKAH

Pendahuluan
Dalam perjalanannya mengemban wahyu Allah, Nabi memerlukan suatu strategi yang berbeda dimana pada waktu di Makkah Nabi lebih menonjolkan dari segi tauhid dan perbaikan akhlaq tetapi ketika di Madinah Nabi banyak berkecimpung dalam pembinaan/pendidikan sosial masyarakat karena di sana beliau di angkat sebagai Nabi dan kepala negara.
Persoalan yang dihadapi oleh Nabi ketika di Madinah jauh lebih komplek dibanding ketika di Makah. Di sini ummat Islam sudah berkembang pesat dan harus hidup berdampingan dengan sesama pemeluk agama yang lain, seperti Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu pendidikan yang diberikan oleh Nabi juga mencakup urusan-urusan muamalah atau tentang kehidupan bermasyarakat dan politik.
Pelaksanaan pendidikan islam masa nabi dapat di bedakan menjadi dua tahap, baik dari segi waktu dan tempat penyelenggaraan, maupun dari segi isi dan materi pendidikan. Yaitu : ( 1 ) fase makkah, sebagai fase awal pembinaan pendidikan islam dengan makkah sebagai pusat kegiatannya. Dan ( 2 ) fase madinah, sebagai fase lanjutan ( penyempurnaan ) penbinaan islam dengan madinah sebagai sentral kegiatannya.

Pelaksanaan Pendidikan Islam di Makkah.
Sebelum Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan islam terhadap umatnya. Alloh telah mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehiduapan masyarakat dan lingkungan budayanya. Dengan potensi fitrah nya yang luar biasa, ia mampu mengadakan penyesuaian diri denagan masyarakat dan lingkungan budaya masyarakatnya yang telah menyimpang dari ajaran-ajaran yang sebenarnya.
Menjelang usia ke-40, alloh memberiakan kepercayaan kepada Muhammad sebagai rasul / utusan untuk menjadi pendidik bagi umatnya, untuk meluruskan kembali warisan nabi ibrahim dan penyempurnaannya, serata memperbaiki keadaan dan situasi budaya masyarakatnya. Maka mulailah Nabi Muhammad SAW menerima petunjuk-petunjuk dan instruksi dari Alloh pada tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum hijrah ( 6 Agustus 610 M ) untuk melaksakan pendidikan islam.
Nabi Muhammad mulai melaksanakan pendidikan islam sejak ayak 1-5 dari surat Al-Alaq diturunkan. Ayat tersebut berisi perintah dan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh Nabi Muhammad, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap umatnya.
Nabi Muhammad mendidik umatnya secara bertahap, ia mulai dengan keluarga dekatnya, yang pada mulanya secara sembunyi- sembunyi. Mula-mula di ajak istrinya. Khadijah, untuk beriman kepada alloh, kemudian diikuti oleh putra angkatnya, Ali bin Abi Thalib dan disulsul oleh shabat-shabat karib yang telah lama bergaul dengannya. Di antara shabat-shabat tersebut adalah Abu Bakar As- Siddiq. Utsman ibnu affan. Zubair ibnu awwan. Sa’ad ibnu Abi waqas, Abdurrahman ibnu auf dan beberapa shabat lainnya.
Keadaan demikian berlangsung sampai lebih dari 3 tahun sampai akhirnya turun dan perintah dari alloh, agar Nabi memberikan pendidikan islam secara terbuka.
“Maka sampaikanlah olehmu secara terng-terangan segala apa yang diperintahkan ( kepadamu ) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik ( Q.S. Al-Hijr: 94 )
Di antara materi-materi pendidikan islam yang diajarkan nabi ketika makkah diantaranya termasuk Pendidikan Tauhid.
Dalam melaksanakan tugas kerasulannya. Nabi Muhammad SAW. Berhadapan dengan nilai-nilai warisan ibrahim yang telah banyak menyimpang dari yang sebenarnya, inti warisan tersebut adalah ajaran tauhid. Tetapi ajaran tersebut telah pudar, penyembahan terhadap behala-berhala dan perbuatan syirik lainnya menyelimuti ajaran tauhid. Inilah tugas Muhammad, yaitu untuk memancarkan kembali sinar tauhid dalam kehidupan umat manusia umumnya.
Intisari ajaran tauhid yang diajarkan oleh Nabi Muhammad kepada umatnya berdasarkan surat Al-Fatihah pokok-pokoknya adalah:
  1. Alloh adalah pencipta alam semesta, pengatur kehidupan manusia, pemilak segalanya maka dia yang berhak mendapat pujian dari manusia. Memuji alloh harus dilaksanakan secara langsung kepadanya bukan seperti kebiasaan masyarakat yang memuji tuhan dengan perantaraan berhala-berhala.
  2. Alloh bersifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yang memberikan dorongan untuk menjabarkan sifat kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari terhadap sesama manusia yang berbeda dengan sikap permusuhan antar suku di kalangan bangsa arab.
  3. Alloh adalah raja hari kemudian, memberikan pengertian bahwa segala amal perbuatan manusia, baik atau buruk akan di balas olehnya, pegertian tersebut bertentangan dengan kepercayaann orang arab yang menganggap tidak ada hidup sesudah mati.
Itulah intisari ajaran tauhid yang dibawa oleh nabi Muhammad. Pelaksanaan tauhid tersebut jelas-jelas bertentangan dengan praktek kehidupan sehari-hari masyarakat arab inilah sebabnya. Nabi menyampaikan ajaran-ajaran islam secara bertahap yang di mulai dengan keluarga terdekat dengan sembunyi-sembunyi, baru kemudian, baru kemudian secara terbuka.
Dalam pelaksanaan pendidikan islam ini. Nabi mengajak umatnya untuk membaca, memperhatikan dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran alloh dan diri manusia sendiri. Nabi memberikan teladan dan contoh dalam pelaksanaan sehari-hari, kemudian memerintahkan umatnya untuk mengikutinya.
Kebiasaan orang-orang arab membaca syair-syair yang berisi pujian kepada tuhan-tuhan mereka diganti dengan membaca Al-Qur’an. Kebiasaan memulai pekerjaan dengan menyebut nama berhala di ganti dengan membaca basmalah.
Dengan keadaan seperti ini maka Nabi pun mengajarkan Al-Qur’an dengan jalan membacakan ayat-ayat yang diterima dari Alloh, lalu Nabi  memerintah sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat tersebut sesuai dengan yang di bacakan oleh Nabi dan yang mereka hafalkan.
Pendidikan Islam Di Madinah
Hijrah dari makkah ke madinah bukan hanya sekedar menghindarkan diri ancaman dari kaum Quraisy, tetapi juga mengatur potensi dan menyusun kekuatan untuk menghadapi tantangan-tantangan dari luar.
Berbeda dengan priode mekkah yang pengajarannya menekankan tauhid, maka di madinah ini nabi menekankan pengajarannya tentang social kemasyarakatan serta politik.
Pembinaan dan Pembentukan Masyarakat Baru / Pendidikan Ukhuwah.
Langkah pertama yang dilakukan oleh nabi adalah membangun masjid-masjid tersebut di gunakan untuk tempat tinggal nabi dan kaum Muhajirin. Selain itu masjid juga du gunakan sebagai sarana tempat berkumpulnya umat muslim untuk shalat berjama’ah, membaca Al-Qur’an dan bermusyawarah sebagai urusan.
Tugas selanjutnya yang di hadapi Nabi Muhammad adalah membina dan mengembangkan persatuan dan kesatuan masyarakat islam yang baru tumbuh tersebut Nabi mengikis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku yang berasal dari daerah yang berbeda yakni kaum muhajirin dan anshor dengan jalan mengikat tali persaudaraan mereka.
Disamping itu, Nabipun berhadapan dengan masyarakat madinah lainnya yang belum masuk islam dan bangsa yahudi yang telah menetap di madinah untuk itu Nabi mengadakan perjanjian kerja sama dengan orang-orang yahudi madinah. Perjanjian tersebut sekaligus berarti bahwa masyarakat baru yang di bentuknya telah mendapatkan pengakuan dari pihak yahudi. Perjanjian kerjasama tersebut dengan kontistitusi madinah.
Pendidikan Kesejahteraan social
Dibidang ekonomi, memenuhi kesejahteraan social nabi memerintahkan kepada kaum muhajirin dan anshor untuk bekerja sesuai kemampuan masing-masing. Sedangkan yang sudah tidak kuat bekerja atau karena miskin, belanja mereka diberikan dari harta kaum muslimin bauk dari kalangan muhajirin maupun anshor.
Selain itu untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syariat Zakat dan Puasa yang merupakan pendidikan masyarakat dalam tanggung jawab social baik secara social maupun moral.
Pendidikan Hankam Dakwah Islam.
Setelah berlakunya kostitusi madinah maka kaum muslimin secara resmi menjadi satu kesatuan social dan politik atau masyarakat yang berdaulat sendiri dan diakui kedaulatannya oleh masyarakat sekelilingnya.
Usaha selanjutnya adalah memperluas kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah di sekitar madinah untuk masuk islam, kalau mereka tidak mau maka nabi tidak memaksa. Namun beliau berusaha mengikat perjanjian damai sebagai perjanjian dengan masyarakat yahudi di madinah.
Untuk menghadapi ancaman-ancaman dari luar, Nabi membentuk satuan pengamanan dan pertahanan untuk mendukung da’wah islam.
Itulah usaha-usaha yang dilakukan Nabi Muhammad SAW agar mutiara-mutiara islam yang telah tenggelam dalam Lumpur budaya masyarakat kembali bersinar, menyinari kehidupan umat manusia selamanya serta membawa rahmat bagi semesta alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar